About Me

My photo
have facebook , have twitter
Showing posts with label Fidanzata. Show all posts
Showing posts with label Fidanzata. Show all posts

Thursday, January 2, 2014

[Kolom Fidanzata] “Andai Aku Beppe Marotta” Part 1

cyndi

Sebut saja ia Cyndi. Gadis cantik asal Taipei yang kutemui secara tidak sengaja tiga bulan yang lalu. Saat itu aku sedang beristirahat dari segala rutinitas. Melalui Twitter aku mencoba menghilangkan segala penat. Membaca timeline para dedengkot Juventus membuatku sangat terhibur. Kecuali, tentu saja, akun si @fidanzata1897. Foto selfie-nya sangat menggangguku. ‘Sok ganteng bener sih ni orang” gumamku pelan.

Tiba-tiba pandanganku tertumbuk pada satu akun yang muncul di timeline-ku. Ia bernama Cyndi. Foto gadis cantik itu membuatku terpana. Namun timeline-nya membuatku pusing tujuh keliling. Deretan huruf-huruf mandarin membuatku sama sekali tidak mengerti. Sampai akhirnya pada tweet-nya ditiga bulan sebelumnya membuatku berkerut. Disitu dia menulis “cape deh bo”. ‘What?!’ batinku. ‘Orang Indo?’ gumamku. Tanpa pikir dua kali aku pun mengikuti akun itu dan berharap diikuti kembali. Hari pun berjalan. Dan ia tetap tidak mengikutiku. Nasib… -_-

Aku? Aku tentu saja bukan seorang kapiten. Sama sekali tidak memiliki pedang panjang. Aku adalah seorang jurnalis muda asal Jakarta. Saat ini aku sangat beruntung ditugaskan meliput talenta-talenta muda di Eropa. Namun satu hal yang membuatku merasa sangat beruntung didunia adalah ketika mendengar perintah Pak Susetyo, pemred dikantorku bekerja, dua bulan yang lalu. “Kris, kamu sekalian ngeliput ke Juventus Stadium ya. Juve-Roma”. Air hangat terasa membasahi celanaku saat itu juga. Itu pipis bahagia namanya.

————————————————————————————————————————————————————

Rue de la Huchette

Saat ini aku sedang di Paris. Duduk manis disebuah kafe dijalan Rue de la Huchette di seberang Katedral Notre Dame yang melintasi Sungai Seine. Suasana sore ini cukup dingin. Winter is coming. Begitu pun dengan jendela transfer kedua. Pikiranku melayang ke Juventus yang memberikan kebanggaan sekaligus kekecewaan sendiri bagiku. Tahun ini Juve mampu merebut Scudetto untuk kedua kalinya. Saat ini pun Juventus sedang mengukir rekor impresif di Serie A. 15 kali menang dari 17 kali pertandingan. Bahkan di 9 pertandingan terakhir, Juve selalu menang, dengan menggelontorkan 23 gol dan hanya menderita satu kebobolan. 46 point. Meninggalkan Roma diposisi 2 dengan perbedaan 5 poin. Sebuah pencapaian yang baik sekali. Juve pun merebut juara paruh musim.

Sayangnya, kehebatan Juve dikancah lokal tidak berbanding lurus dengan kiprahnya dipentas Eropa. Seperti yang kita ketahui bersama saat ini Juve harus puas berlaga di Liga Europa karena kandas dipenyisihan grup Liga Champions. Tidak perlu menuding siapapun kecuali diri sendiri. Begitu tanggapan allenatore Conte seusai pertandingan. Ia benar. Tentu saja tersingkir dikompetisi tertinggi Eropa dengan kondisi lapangan buruk merupakan cara yang menyakitkan. Namun jangan lupa bahwa Juve juga tidak dapat memanfaatkan keadaan diawal-awal kompetisi. Sering membuang peluang dan ceroboh. Sehingga semua ini tentunya wajib menjadi bahan introspeksi bagi skuad Juventus secara menyeluruh. Apalagi pada saat jendela transfer mulai dibuka sebentar lagi

Dari semua variabel introspeksi yang ada, terdapat satu hal yang banyak disorot para pemerhati, khususnya para fans. Hal tersebut adalah penggunaan taktik Conte dikancah Eropa. Pola 3-5-2 dianggap tidak efektif karena dianggap memiliki keterbatasan daya dobrak disisi sayap. Stephan Lichtsteiner dan Kwadwo Asamoah dianggap bukan pemain sayap murni yang mampu mengemban tugas menyisir dan mengacak-acak sisi lapangan serta memberi umpan-umpan lambung seperti layaknya wingers. Sebuah masukan yang masuk diakal. Seperti yang kita ketahui bersama, baik Asamoah maupun Lichtsteiner aslinya memang bukan pemain sayap. Asamoah adalah pemain tengah yang disulap menjadi sayap kiri sementara Lichtsteiner adalah bek kanan yang diminta maju kedepan untuk mengisi sektor sayap. Hasilnya memang tokcer diliga lokal dan dibeberapa pertandingan internasional. 3-5-2 terlihat seperti baja yang sangat kuat dan sulit tertembus. Bayangkan saja, empat pemain berotot otot besi mengisi lini tengah dan didukung oleh otak permainan dibelakangnya. Sangat kuat dan sangat trengginas. Namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa dalam beberapa kesempatan sangat terlihat Juventus seperti kehilangan akal. Jika faktor kreasi telah dikunci (baca: Andrea Pirlo) maka pergerakan Juve sangat mudah ditebak. Gempuran-gempuran Juventus akhirnya mudah dipatahkan dan ujungnya lawan hanya menunggu kesempatan untuk menyerang balik ketika Juventus lengah. Oleh karenanya dalam beberapa pertandingan, khususnya di kompetisi Eropa yang membutuhkan daya dobrak tinggi, Conte terlihat menggunakan formasi 4-3-3. Hasilnya memang cukup menyakinkan. Terlepas dari hasil yang didapatkan, namun secara tim, terlihat Juventus lebih menguasai pertandingan dan sangat ampuh menekan lawan. Perhatikan penampilan menawan Juventus melawan Madrid musim ini. Atau Bayern Munich dikompetisi Eropa musim lalu. Sayangnya, walau penampilannya cukup ciamik, tetap saja Juventus kalah. Kendala kurangnya winger berkualitas dianggap salah satu hal yang harus diperbaiki.

Faktor-faktor tersebutlah yang akhirnya membuat para fans mengharapkan kehadiran seorang (atau dua orang) winger yang mumpuni. Fungsinya jelas untuk menjadi alternatif pemecah kebuntuan. Hal ini sepertinya juga sejalan dengan manajemen Juventus. Dalam beberapa pemberitaan, kita semua sudah mahfum jika Juventus tengah mengincar para pemain sayap. Mulai dari Alessandro Diamanti, Jonathan Biabiany, Luis Nani, Jeremy Menez, Kevin De Bruyne, Erik Lamela sampai dengan Iker Muniain. Siapa yang akan mendarat?

Perlu diperhatikan bahwa Juventus di era Andrea Agnelli ini tidak pernah mengeluarkan budget besar diparuh kedua transfer. Jangan berharap kebijaksanaan tersebut akan tiba-tiba berubah karena penentuan kebijaksanaan selalu telah ditetapkan pada awal musim di Rapat Umum Pemegang Saham (shareholder general meeting). Jadi memang dituntut untuk realistis karena board wajib konsekwen terhadap hal yang sudah disepakati bersama. Oleh karenanya, tidak akan mungkin tiba-tiba Juventus mendatangkan Juan Mata dengan transfer sebesar $ 30 juta atau Robert Lewandowski sebesar $ 20 juta. Semua yang akan datang di jendela transfer musim kedua ini akan berbentuk pinjaman (loan), pinjaman dengan opsi membeli dikemudian hari (loan with an option to buy) atau metode pinjaman dengan kewajiban untuk membeli diakhir musim (loan with an obligation to buy). Jikapun dilakukan pembelian, maka dipastikan jumlahnya tidak akan signifikan dan disertai oleh opsi peminjaman pemain inti ataupun primavera kepada klub penjual.

Namun justru disinilah menariknya permainan transfer ini. Seorang CEO, Sporting Director, coach dan bahkan para scouts wajib mengetahui caranya mendatangkan pemain dengan budget yang terbatas. Ini bukan masalah kaya atau miskin. Ini masalah strategi bisnis. Apalagi Italia sedang kesulitan ekonomi sehingga jelas seorang Beppe Marotta dan timnya harus pintar-pintar menyiasatinya.

————————————————————————————————————————————-

“Aku baru kelar gym“

Tiba-tiba Cyndi mengirimkanku sebuah pesan melalui Twitter setelah sekian lama tidak ada kabar. Ia memang selalu seperti itu. Menghilang seharian dan tiba-tiba muncul. Bergurau dan bercengkrama seakan tidak terjadi apa-apa. Mungkin benar aku terlalu berharap jauh. Mungkin benar aku terlalu delusional sehingga menginginkan hal yang lebih. Tapi aku cuma laki-laki biasa yang menyukai seseorang dan kemudian berharap dapat lebih dekat lagi. Nyatanya? Jangankan ukuran celana dalam atau setidaknya alamat rumah. Ia bahkan tidak memberiku pin bb, wechat atau whatsapp. Jadi selama ini aku hanya bertukar dm di Twitter! ‘Apa-apaan ini?!?!?!’ jerit batinku tak santai.

Dua bulan yang lalu. Hari itu memang hariku yang terbaik. Setidaknya dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Ok, mungkin peringkat kedua setelah hari wisudaku. Tapi yang jelas, hari itu aku benar-benar seperti berada dilangit ketujuh. Setelah mendengar perintah Pak Susetyo bahwa aku dikirim ke Juventus Stadium, aku pun dengan girangnya memberitahu kabar gembira itu keseluruh orang. Termasuk kurir dan para office boy dikantor. Satpam juga. Kemudian sambil berdendang kecil aku membuka pintu kamar kerjaku. Disitu terlihat Adi yang sedang serius bekerja dan Nenden yang sedang tertawa renyah ditelepon. Aku menuju mejaku. Segera membuka Twitter untuk mengabarkan berita gembira ini. Semua orang harus tahu. Termasuk ke 36 teman-temanku di Twitter.

Namun aku memicingkan mata. Ternyata ada 37 teman sekarang. ‘Siapa yang follow ya?‘ batinku sambil melihat notifikasi. Kemudian aku tertegun. Air hangat kembali terasa dicelanaku. Pipis bahagia kedua hari ini.

ejaculate

Aku masih ingat pesan pertamaku ke Cyndi hari itu. ‘Hai…apa kabar? Aku kabar baik lho“. Seketika itu pun aku menyesal. Seharusnya aku bisa lebih cool dari itu. Seharusnya aku bisa lebih pintar dalam mengolah kata-kata. Seharusnya aku malu dengan foto Marchisio yang menjadi avatarku. Penyesalan-penyesalan itu terus terbawa sampai beberapa hari. Sampai akhirnya dihari ketiga aku menerima notifikasi baru.

“Baik juga. You from Jakarta?“

Aku cukup bangga dengan self control-ku saat itu. Mungkin benar saat itu aku berada di Kopaja. Namun tentu aku bisa saja menjerit kegirangan. ‘Cyndi! Dia bales pesan gue. Oh Tuhan!’ Aku kemudian berusaha kembali menenangkan diri ini. Lalu dengan lebih berhati-hati dan dipikirkan berulang kali, aku pun membalas pesannya. Akhirnya kami berbagi pesan seharian itu. Ternyata dia pernah tinggal di Bandung selama 5 tahun mengikuti orangtuanya. Kemudian beberapa tahun belakangan ini kembali ke Taiwan untuk meneruskan sekolahnya. Cyndi ternyata sangat humoris dan baik hati. Terlepas bahwa ia tertarik untuk mengikutiku karena berpikir Marchisio adalah aku (ia mengakuinya) namun ternyata ia juga suka chatting karena aku lucu (Ia mengakuinya juga. Sumpah ga boong). Akhirnya, sebulan terakhir kami habiskan dengan ber-chatting ria sampai larut malam. Lama-lama aku semakin suka dengan dia. Sayangnya ia selalu menjaga jarak denganku….

————————————————————————————————————————————————

Lamunan itu tersentak ketika pesananku tiba. Croissant itu nampak sangat menggoda. Harum dan hangat. Aku menikmatinya dengan pelan dengan pandangan yang tidak terlepas pada satu figur di laptop-ku. Iker Muniain. Pemain muda berusia 21 tahun asal klub Fernando Llorente yang sudah mencuri perhatian sejak ia berusia 16 tahun. Saat itu ia sudah diprediksi akan menjadi bintang besar. Ia tercatat sebagai pemain termuda yang mencetak gol di divisi utama liga Spanyol pada umur 16 tahun 289 bulan.

“Bart Simpson” begitu ia dijuluki oleh teman-teman satu timnya, bahkan sudah dipercaya menjadi pemain inti di Bilbao pada tahun 2011 yang lampau. Statistiknya pun sangat baik. Suatu hal yang sangat jarang ditemui oleh pemain-pemain muda sepertinya.

Iker 2011

Saat ini Muniain semakin berkembang. Ia tetap dipercaya sebagai pemain inti dan telah tampil sebanyak 15 kali dengan menyumbang 3 gol serta 2 assist selama ini. Posisi Muniain sendiri sangat pas bila ditempatkan disisi kiri lapangan dengan sistem 3 striker. Jika ia didatangkan oleh Juventus, tentu ia akan bersaing dengan Tevez atau Giovinco yang memang memiliki jatah sebagai striker gantung dikiri. Kehebatan pria bertinggi 169 cm ini dalam menyisir sisi kiri lapangan memang sudah tidak diragukan lagi. Bahkan pada awal Desember yang lalu, Munianin menjadi Man of the Match dengan mengacak-acak sisi kanan Barcelona dan berhasil mencetak satu-satunya gol kegawang Jose Pinto.

Bilbao

Satu hal yang menarik, kontrak Muniain akan habis musim depan. Dengan pengalaman Fernando Llorente yang dicaplok Juventus dengan gratis, tentu saja hal ini sangat dihindari oleh pihak manajemen Bilbao. Disinilah celah bagi Marotta untuk mendatangkan Munian dengan murah. Namun sayangnya, hal ini bagai punuk merindukan bulan. Secara terang-terangan President Bilbao, Josu Urrutia, menyatakan bahwa Muniain hanya akan dilepas sesuai dengan release clause yang tercantum dalam kontraknya saat ini yaitu € 38 juta. Mungkinkah Juventus berani menginvestasikan uang sebesar itu?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, rasanya hal tersebut sangat mustahil bila terjadi. Menggelontorkan uang sebesar itu diparuh musim transfer kedua untuk seorang pemain yang sisa kontraknya hanya setengah musim lagi tentu suatu langkah yang amat ceroboh. Oleh karenanya, nama Muniain untuk bulan Januari ini layak dicoret. Namun tunggu musim depan. Mari berharap wonderkid yang juga teman lamanya Llorente ini dapat bergabung dengan skuad Juventus.

Lalu siapa kira-kira winger yang patut bergabung dengan Juventus dibulan Januari ini? Nama Alessandro Diamanti terus bergaung dikepalaku. Seorang target yang sangat masuk diakal. Berkualitas, pintar memasak dan rajin menabung.

Ok now seriously. Dia memang berkualitas terutama kaki kirinya yang menyerupai seorang Juninho Pernambucano. Bukan itu saja, ini justru yang terpenting, dia disinyalir mau menerima status sebagai pemain cadangan mengingat umurnya yang sudah menginjak kepala tiga. Harganya pun masih terjangkau yaitu sekitar $ 10 juta (negotiable). Variabel ini sangat win-win solution bagi banyak pihak. Diamanti dapat menutup karirnya disebuah klub besar yang menjanjikan banyak gelar sementara Bologna bisa mendapatkan fulus yang bagus untuk diinvestasikan ke pemain yang lebih muda. Juventus sendiri juga mendapatkan keuntungan ganda. Juve bisa berhemat dan menyekolahkan talenta-talenta mudanya di Bologna (jika skema pembelian dapat dilakukan dengan uang dan meminjamkan pemain muda). Namun satu hal yang paling penting, Juve bisa mendapatkan cadangan berkualitas dan tidak perlu secara drastis merubah skema 3-5-2 secara tiba-tiba. Bayangkan jika Juventus mendapatkan Muniain saat ini. Tentu saja Muniain akan menuntut bermain dan mau tidak mau tim harus konsekwen serta mengakomodir pemain ini karena telah mendatangkannya dengan harga mahal.

Tapi layakkah Diamanti berbaju Juventus?

Diamanti

Tentu saja. Ia tentu saja tidak memiliki kharisma kegantengan para Alessandro yang lain. Wajahnya biasa saja. Rambutnya…ya biasa juga. Tapi kakinya, apalagi kaki kirinya, sangatlah dahsyat. Perhatikan video dibawah ini:

Jika ia didatangkan, tentu ia bisa menjadi pelapis Carlos Tevez yang sangat mumpuni. Atau bahkan memberikan alternatif yang sempurna jika Conte memutuskan untuk bermain dengan pola 4-3-3. Kemudian jika musim depan datang, ia bisa menjadi mentor yang baik bagi Manolo Gabbiadini, Domenico Berardi dan Simone Zaza untuk menjadi striker sayap yang berkualitas. Oleh karenanya, untuk saat ini, secara objektif nampaknya Diamanti-lah yang akan datangkan ke Juventus.

Selain Diamanti, target realistis Juve sebenarnya adalah Jonathan Biabiany. Harganya cukup terjangkau (kurang lebih $ 8 juta) dan berposisi sebagai sayap kanan di skema 4-3-3. Ia juga disinyalir tidak akan keberatan untuk menjadi cadangan terlebih dahulu mengingat ia bukan pemain inti Perancis yang akan tampil di Brazil. Kelebihannya yang lain adalah speed-nya yang diatas rata-rata. Tidak banyak yang tahu jika sebenarnya dia mempunyai catatan lari secepat 11.03 detik untuk 100 m. Bandingkan dengan Theo Walcott (10,6) yang digadang-gadang sebagai atlet sepakbola tercepat didunia dan sangat diminati Conte.

Banyak potensi Biabiany yang dapat diolah dan dipoles Conte terutama kecepatannya. Hal ini yang rasanya dicari-cari oleh Conte selama ini. Dulu ia sangat menginginkan para pelari cepat model Theo Walcott dan Victor Ibarbo (10,5 detik untuk 100 m). Jadi sangat wajar jika ia menginginkan Biabiany.

Biabiany juga mirip dengan Paul Pogba. Bermain untuk Perancis namun mempunyai darah Guadaloupe. Jika ia bergabung maka tentu akan memotivasi dirinya untuk terus melecut penampilannya agar dapat tampil di timnas Perancis bersama Pogba.

Oleh karenanya, variabel-variabel tersebut diatas terlihat sangat cocok satu sama lain dan Jonathan Biabiany juga mempunyai peluang yang cukup besar untuk bergabung dengan Juve dijendela transfer paruh kedua musim ini. 

————————————————————————————————————————————————

Manusia berhak mempunyai mimpi. Berhak untuk memiliki keinginan. Hanya Tuhan yang memiliki hak prerogatif untuk mem-veto mimpi kita. Dasar pemikiran itulah yang membuat para fans terus bermimpi untuk melihat pemain bintang untuk berkostum Juventus. Bermimpi agar sayap Juventus bisa dihuni kembali oleh winger sekelas Pavel Nedved atau Mauro Camoranesi. Banyak yang mengidamkan sosok Fabio Coentrao atau Angel di Maria yang mulai kehilangan tempat di Madrid. Namun banyak juga yang membuka tangan untuk Luis Nani dan Jeremy Menez yang saat ini sedang menjadi selebritas kolom gosip untuk datang ke Juventus. Kabar tersanter yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah pertukaran Luis Nani dengan Mirko Vucinic. Lho…ada apa dengan Mirko?

Vucinic

Mirko ditenggarai sedang gundah. Kegelisahan pemain terbaik Montenegro ini sebetulnya sangat wajar. Selama dua tahun terakhir ia sudah memberikan banyak sekali bagi Juventus. Ia bahkan turut menyumbangkan scudetto pertama bagi Juventus setelah dua musim memble. Sayangnya musim ini semuanya mulai berubah dengan kedatangan Fernando Llorente dan Carlos Tevez. Vucinic pun mulai tergeser.

Namun sejujurnya, hal ini sudah dapat diprediksi jauh-jauh hari. Dulu ia memang pilihan nomor 1. Kreatifitas dan olah bolanya belum ada yang mengalahkan dilini depan Juventus. Giovinco mungkin bisa mengimbangi dari segi dribling dan penguasaan bola. Namun ia kalah dari segi fisik. Begitu pun dengan Matri dan Quagliarella. Sayangnya Vucinic sering angin-anginan dan membuat banyak fans geregetan. Akhirnya masa keemasan Vucinic harus berakhir musim ini. Performa apik diawal musim bersama Tevez ternyata tidak berlanjut dan akhirnya ia harus menelan kenyatan pahit ketika Llorente tampil sangat baik ketika menggantikannya. Kemudian mudah ditebak, Vucinic pun gerah. Wajar saja karena ia memang pemain juara dan diumurnya yang sudah menginjak 30 ini, masuk diakal jika ia mencari sebuah kepastian dalam karirnya. Beppe Marotta juga sudah mengkonfirmasi hal ini. Menurutnya, Vucinic memang masih betah di Juventus. Namun jika terdapat tawaran yang menarik maka ia akan mempertimbangkan. Sontak gosip pun bergulir bagai bola salju. Tuttosport mengabarkan bahwa Manchester United tertarik untuk mendapatkan Vucinic dan bersedia dibarter dengan Luis Nani. Mungkinkah?

Seandainya berita ini muncul diawal musim, mungkin saya akan menanggapinya dengan antusias. Namun ditengah musim seperti ini? Dengan memperhatikan tingginya gaji Nani (£95,000/minggu) dan posisi Nani yang pure winger (dalam skema 4-4-2 dan 4-3-3) membuatku pesimis bisnis pertukaran pemain ini akan terjadi. Seperti yang dikatakan diawal, pada periode tengah musim, sungguh sangat riskan jika Juventus secara drastis merubah skema permainan (dari 3-5-2 ke 4-3-3).

Betul bahwa Nani harus berjuang untuk mendapatkan tempat. Betul bahwa sebagai pemain profesional maka Nani wajib menerima semua keputusan Conte. Tapi ini bukan film Disney ketika semua mimpi dapat menjadi kenyataan. Secara realistis, Nani membutuhkan kepastian untuk bermain secara kontinyu karena tahun depan Portugal tampil di Piala Dunia Brazil. Dengan posisi Juventus yang sudah lekat dengan 3-5-2 pasti membuat Nani agak sulit untuk beradaptasi. Apalagi dengan keberadaan Lichsteiner atau Asamoah yang sudah dipercaya Conte. Belum lagi dengan cadangannya seperti Peluso, Padoin dan Isla yang memang sudah mahfum dengan pola 3-5-2. Oleh karenanya, secara subjektif aku tidak bisa melihat Nani berkostum Juve setidaknya dimusim ini. Hal ini juga berlaku untuk Jeremy Menez dan Kevin de Bruyne. Pola permainan mereka sama persis dengan Luis Nani dan mereka membutuhkan kepastian untuk tampil di World Cup Brazil.

Kemudian belakangan ini muncul nama baru lagi dari ranah Inggris. Ia adalah Erik Lamela yang hanya tampil sebagai starter di tiga pertandingan Tottenham Hotspurs musim ini. Padahal ia adalah pembelian termahal Spurs sepanjang masa. Ia juga tercatat sebagai wonderkid yang sangat potensial dimana pada usianya yang baru menginjak 12 tahun ia sudah sanggup mencetak 120 gol bagi River Plate dikancah junior. Sayangnya Lamela tidak berkembang di Inggris dan dikabarkan akan ditukar oleh Vucinic untuk mengantisipasi kepergian Jermain Defoe yang akan hengkang bulan Januari ini.

Tipe permainan Lamela memang sama seperti Luis Nani, Jeremy Menez dan Kevin de Bruyne yang juga sanggup bermain sebagai striker bayangan dan striker sayap. Namun berbeda dengan ketiga pemain tersebut, Lamela bukan pemain inti di timnas Argentina sehingga ia relatif bisa menerima rotasi. Kondisi Lamela ini persis seperti Giovinco yang juga bukan pemain inti di timnas Italia sehingga ia mau menerima kondisi rotasi pemain. Sayangnya, gaji Lamela yang menembus $ 4 juta/musim membuat semua variabel-variabel tersebut menjadi goyah. Kecuali ia mau menurunkan setengah dari gajinya.

Sementara itu Fabio Coentrao dan Angel di Maria tetap menjadi wishlist nomor satu dikalangan Juventini. Skill permainan anggota timnas Portugal dan Argentina ini memang sangat cocok di Juventus. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa mereka kehilangan tempat di Real Madrid sejak kedatangan Gareth Bale. Satu hal yang menarik, gaji mereka tidak terlalu tinggi. Baik Coentrao dan di Maria sama-sama memiliki gaji tidak lebih dari $ 3 juta/musim. Menarik bukan? Sekarang coba lihat skill mereka berdua dibawah ini:

Fabio Coentrao. Seorang bek sayap kiri asal Portugal yang memiliki kecepatan kaki diatas rata-rata. Pria berumur 25 tahun ini sebetulnya memiliki skill yang sangat baik. Ia bahkan terpilih dalam UEFA  Euro Team of The Tournament di tahun 2012 lalu. Sayangnya ia tidak mendapat tempat ditim inti Real Madrid. Baik pada saat Jose Mourinho maupun Carlo Ancelotti. Hal ini karena di Madrid bercokol seorang Marcello dan baru saja kedatangan seorang Gareth Bale. Ia menyadari semua itu dan berniat pindah. Pada awal musim yang lalu ia sebenarnya sudah siap pindah ke Manchester United. Sayangnya pada detik terakhir Madrid membatalkan peminjaman Coentrao karena  Guilherme Siqueira yang hendak dipinjam dari Granada untuk menggantikan Coentrao ternyata memilih pindah ke Benfica. Sebagai kompensasi atas pembatalan ini maka Madrid disinyalir memberikan obat luka dengan menyodorkan kontrak baru kepada Coentrao. Akhirnya Coentrao pun meneken kontrak barunya yang diperpanjang setahun. Tidak ada keterangan jelas mengenai jumlah gajinya. Namun dari beberapa berita dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada kenaikan gaji bagi Coentrao dan hanya pemberian insentif belaka. Oleh karenanya, status Coentrao sendiri sampai saat ini sebetulnya masih on the market. Dengan gaji yang tidak lebih dari $ 2 juta/musim rasanya tidak berat bagi Juventus untuk mengambilnya. Apalagi dengan status pinjam. Menariknya, nama putri Coentrao pun mirip dengan nama putri Antonio Conte yaitu “Victoria“. Dapat ditebak bahwa kedua orang tersebut selalu tidak lepas dari yang namanya kemenangan.

Sayangnya, secara pribadi aku tidak dapat melihat Coentrao berbaju Juventus. Hal ini dikarenakan Juventus telah menginvestasikan cukup banyak uang dan waktu untuk posisi sayap kiri pada diri Kwadwo Asamoah yang baru saja terpilih menjadi Ghana Player of the Year. Namun tentu semua ada pengecualian. Jika Juventus memutuskan untuk tidak memboyong Nainggolan maka ada kemungkinan Asamoah dipindah kembali ketempat asalnya ditengah dan Juve dapat membawa sosok sayap kiri yang baru. Mungkinkah? Melihat kebiasaan Conte yang enggan merubah sesuatu secara mendadak membuatku ragu hal itu bisa terjadi.

Lain Fabio Coentrao maka lain pula dengan Angel di Maria. Ada apa dengannya? Sebelum lanjut dengan pembahasan mengenai dirinya maka lebih baik ditonton dahulu skill-nya dibawah ini:

Ini dia pemain idolaku sejak di Rosario Central. Sayangnya ia dibeli Benfica dan kemudian Madrid. Pemain ini sangat cocok dengan skema di Juventus baik pada skema 4-3-3 maupun 3-5-2. Ia bahkan bisa bermain didua sayap. Skill dribble-nya yahud dan ia lebih kuat dari segi bertahan dibanding dengan Mauro Camoranesi. Gajinya pun masih terjangkau yaitu $ 3 juta/musim. Kemungkinan ia dilepas oleh Madrid pun tergolong besar karena di Maria sudah kelihatan gerah dengan kedatangan Gareth Bale.

“I’m happy at Real Madrid because it is a team that has me in mind. What happens is that I knew that when a player of 100 million euro is signed he is expected to play“

Operasi mendatangkan di Maria dijamin akan sulit. Baik dari segi finansial maupun dari segi adaptasi taktik. Pastinya ada beberapa pemain cadangan yang akan dilepas untuk mengakomodir sosok di Maria di Juventus. Peluso, Padoin dan bahkan Mauro Isla bisa saja dilepas. Namun rasanya semua ini sepandan dengan figur di Maria sendiri yang mampu bermain diberbagai sisi lapangan. Sayangnya Juventus harus bersaing ketat dengan Monaco yang pasti menawarkan fulus jauh lebih tinggi. Selain itu, Monaco dijamin akan memberikan kepastian di Maria untuk selalu tampil disetiap pertandingan. Sesuatu yang mustahil ditawarkan oleh Juve khususnya Conte.

Jadi siapa sayap-sayap yang akan menghinggapi Juve? Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Diamanti atau Biabiany yang mungkin akan mendarat di Juve. Statistik mereka cukup baik dan sangat potensial untuk menjadi pemain berguna di Juve. Selebihnya hanya mimpi belaka. Namun salahkah kita untuk bermimpi? Lalu siapa pemain idaman kalian??

dream

——————————————————————————————————————————————————

Aku mengetatkan jaket yang membalut tubuh tipisku. Lalu lalang para wisatawan nampak membanjiri kota Paris. Tidak aneh karena hari ini tepat dengan perayaan hari Natal. Semua orang ingin merasakan indahnya Natal dipusat kota mode ini. Pemandangan indah nampak dimana-mana. Dari Champ Elysees dan tentu saja di Eiffel Tower. Tapi favoritku justru di Place Vendome yang terletak didekat Tuileries Gardens dan Église de la Madeleine. Semua ini adalah monumen bersejarah di Perancis yang sedari dahulu selalu kuimpikan untuk dikunjungi.

Xmas tree

Berbicara tentang mimpi, tentu tidak akan lepas dari bicara tentang mewujudkannya. Satu-satunya cara mewujudkan mimpi adalah membuka mata. Kemudian melakukan apa yang diimpikan. Saat ini aku berada dikota mimpi. Sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku bisa minum kopi di kota Paris. Anugrah Tuhan yang luar biasa. Dan aku pun bersyukur saat dulu mengikuti kata hati untuk melamar sebagai jurnalis. Untunglah aku tidak jadi melamar mantan kekasihku. Terbukti ia selingkuh dengan teman SMA-nya. Keputusanku untuk terus mengikuti mimpi akhirnya membawaku ke Juventus Stadium. Suatu kebahagiaan yang tiada tara.

Tiba-tiba pikiranku melayang ke Cyndi. Ia adalah mimpiku saat ini dan satu saat aku berharap bisa memilikinya. Walaupun ia sudah menikah….

Yep…ia sudah menikah. Kabar itu menyambarku bak petir disiang bolong. Itu dua minggu yang lalu. Ia mengatakan akan menghabiskan Natal bersama suaminya di Beijing. Saat itu aku hanya tertawa hambar. Tentunya aku menertawakan diriku sendiri. Begitu delusionalnya hingga bisa jatuh cinta di social network. Namun cinta memang tidak bisa ditebak. That’s why we call it “fall” in love. You just fall. You cant help it. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah bangkit dan berjalan lagi. Terlepas dari apapun yang kita rasakan. Hadapilah. Dan berdoa untuk mendapatkan yang terbaik.

“Whenever I get gloomy with the state of the world, I think about the arrivals gate at Heathrow Airport. General opinion’s starting to make out that we live in a world of hatred and greed, but I don’t see that. It seems to me that love is everywhere. Often it’s not particularly dignified or newsworthy, but it’s always there – fathers and sons, mothers and daughters, husbands and wives, boyfriends, girlfriends, old friends. When the planes hit the Twin Towers, as far as I know none of the phone calls from the people on board were messages of hate or revenge – they were all messages of love. If you look for it, I’ve got a sneaky feeling you’ll find that love actually is…..all around“

Narasi Hugh Grant itu terngiang dikupingku. Memang benar. Love is actually everywhere. Mungkin benar mimpi ini sudah berakhir. Mungkin benar aku harus melupakannya. Masih banyak cinta yang lain. Tapi setidaknya bukan hari ini. Bukan pada saat Natal. Bukan pada saat aku sangat merindukan sosok ilusinya. Aku pun mengirimkan tweet ini kepadanya..

merry christmas

to be continue………..

Story created by @fidanzata1897

wine


View the original article here

[Kolom Fidanzata] “Andai Aku Beppe Marotta” Part 2

Dear Diary. Sudah lama kita tidak berjumpa. Sudah 10 tahun. Aku pikir aku tidak butuh kamu lagi. Nyatanya aku salah. Aku ingin cerita sama kamu. Aku lagi sedih. Aku dicampakkan. Cintaku disia-siakan artis JAV. Kamu ga tau JAV ya? Ya gitu deh. Pokoknya cantik lah. Ga usah tanya-tanya lagi yah…

Diary…ternyata benar kata mama. Semakin cantik seorang wanita, semakin dia tidak dapat dipercaya. Mungkin itu alasan orang jelek ya? Tapi kayanya bener deh. Aku ngedeketin gadis cantik tapi aku dibodohi dan kemudian dicampakkan begitu saja. Namun aku terus menerus memaafkan dia. Mungkin karena aku terobsesi JAV ya? 

Diary…dia ga berhak dapetin cintaku. Dia ga layak dapetin seluruh hatiku. Dia jahat. Dia terlalu egois. Aku benci dia. Aku ingin pulang. Aku ingin menenggak berbotol-botol alkohol sampai mabuk…

Tiba-tiba aku terbangun. Sambil mengerjapkan mata aku mengintip keluar jendela. Salju nampak bertambah lebat. Aku melirik jam. Ternyata baru sejam perjalanan dari Paris. Masih 4 jam lagi sampai di Turin. Aku pun menguap lagi. Naik kereta di Eropa memang menyenangkan. Bahkan bisa dibilang menjadi pilihan nomor satu dibanding pesawat terbang. Disini tidak ada bagasi, tidak ada pemeriksaan keamanan yang super panjang dan yang terpenting…tidak berada puluhan ribu meter dari tanah. Yep. Aku memang takut terbang. Sejujurnya itu alasanku sebenarnya mengambil trip dengan kereta haha…

Namun lepas dari itu semua, bayangan atas pemandangan indah sepanjang Paris ke Turin memang sangat menggoda. Modalnya pun hanya 29 euro. Aku agak menyesal sempat tertidur barusan. Aku pun kembali melepaskan pandangan keluar jendela. Berusaha tidak mengingat-ingat mimpi yang barusan terjadi.

Aku berangkat jam 10.41 tadi pagi dari stasiun Paris Gare de Lyon. Rencana sampai di Turin Porta Susa sekitar jam 16.17. Kereta ini super cepat. Sekitar 300 km/jam. Dengan pemandangan diluar yang sangat indah, membuat perjalananku menjadi sangat indah. Namun lagi asik-asiknya melamun tiba-tiba ada pria besar berpakaian AS Roma menghampiriku.

“Scusami, questo posto e libero?” tanyanya dengan suara berat. Dia bertanya apakah kursi disampingku kosong.

“Si…prego! Accomodati…” jawabku mengiyakan. Aku kembali melihat keluar jendela. Namun kali ini pandanganku kosong. Akhirnya aku teringat kembali mimpi barusan. Sudah dua hari ini aku mimpi aneh-aneh seperti itu. Ga karuan. Kekanak-kanakan. Padahal khan aku pria dewasa. Gentleman. Kata mamaku sih..

Sudahlah…mungkin lagi saatnya aku mengalami situasi seperti ini. Dan memang sudah terhitung 3 hari ini aku tidak pernah menghubungi Cyndi lagi. Aku lelah. Semua perhatianku ternyata sia-sia. Dia tidak perduli lagi denganku. Dia memang berubah sejak mengaku sudah menikah dua minggu yang lalu. Mungkin sekarang dia sudah menemukan mangsa lain yang bisa dibodohi seperti aku? Siapa tahu. Memang benar dia bukan milikku dan tidak akan pernah jadi milikku. Aku mencoba menutup mata ini kembali. Dan berharap bermimpi basah.

“Juventino, eh?” suara berat itu kembali terdengar. Aku kaget dan menoleh kearah suara itu. Pria itu nampak mengangguk-angguk sambil menunjuk syal yang aku kenakan. Aku tertawa mengiyakan.

“Speak English or Italy?”

“Both” jawabku sambil tersenyum sambil mengucek-ucek mata. Ya. Kebetulan aku bisa bahasa Italia. Ayahku adalah bule backpacker asal Calabria yang terdampar di Bali dan menikah dengan ibuku. Jadi tentunya aku bisa berbicara Italia walau terbata-bata. Pria itu tampak antusias mengetahui itu. Dia akhirnya bertanya banyak hal dan aku pun sedikit kelimpungan menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang Erick Thohir. Aku memilih untuk tidak terlalu jauh mencampuri urusan tim lain. Apa yang tidak aku tahu secara pasti, tidak akan aku sampaikan ke orang lain, karena itu hanya akan menjadi gosip belaka. Dan aku benci gosip. Roberto nampaknya cukup mengerti posisiku dan kemudian memilih bertanya tentang Radja Nainggolan. Apalagi saat ini ia diperebutkan empat top tim di Italia. Juventus, Roma, Milan dan Inter. Kemana ia akan berlabuh? Mungkinkah ke Juve? Hmmm…pembahasan yang menarik…

———————————————————————————————————————————————————

radjariana

Pria Batak ini sudah mendunia namanya sekarang. Tekel keras dan sikap pantang menyerah ala orang Sumatera menjadikannya sebagai gladiator terbaru dikancah Serie A. Semua tim besar memperebutkan dia. Kemana ia akan berlabuh? Mungkinkah ke Juventus? Dan kemudian mengenakan seragam nomor 17 sesuai tanggal kemerdekaan Indonesia?

Marianus Nainggolan. Ia adalah ayah dari Radja dan kembarannya Riana (lihat foto diatas). Dia yang berjasa mengenalkan Radja dan Riana kepada sepakbola. Sejak berusia 4 tahun, kedua bocah kembar ini selalu diajak nonton dan bermain sepakbola oleh ayahnya di Antwerpen, Belgia. Namun, sejak usia 6, kembaran ini harus berpisah dengan ayahnya yang bercerai dengan ibunya dan kembali ke Bali untuk meneruskan usahanya. Akhirnya, Radja mendapat dorongan dari ibunya Lizi Bogaerd, untuk terus menekuni sepakbola. Karir Radja terus naik. Pada tahun 2005, Radja ditarik klub Belgia, Germinal Beeschot. Akhirnya pada tahun 2007 ia dibeli Piacenza dan kemudian pada tahun 2010 dijual ke Cagliari. Sementara itu, Riana, juga terus bermain sepakbola dan sekarang ia bermain di klub sepakbola wanita Royal Antwerp FC di liga Belgia.

Radja memang memiliki potensi yang luar biasa. Kemampuannya terus menanjak dari waktu ke waktu. Dari beberapa literatur yang ada dapat dimengerti bahwa Radja memang memiliki potensi yang dapat terus berkembang. Mari kita lihat perbandingannya dengan top midfielder lainnya di Serie A sebagai berikut:

radja

Bagaimana posisi Radja jika bergabung dengan Juventus? Akan ditempatkan dimana? Dan yang lebih penting, akankah ia mendapatkan tempat di starting eleven Juve? Jika menilik pada posisi bermainnya maka Radja adalah seorang defensive midfielder. Dari situs whoscored sendiri dapat diketahui bahwa Radja memiliki tingkat permainan defensive yang baik (7,4). Bandingkan dengan Vidal yang mencapai rate sebesar 7,74. Ia juga mampu melakukan 3.8 tackling per game sementara Vidal sebesar 4.3. Namun menariknya, Radja memiliki tingkat intersepsi yang lebih baik dari Vidal. Ia mampu melakukan 1,5 intersepsi per game sementara Vidal hanya sebanyak 1,3. Paul Pogba malah kalah cukup jauh dari segi defensive. Bahkan Radja masih unggul dari segi passing yaitu 53,8 per game banding 43,2 per game). Dan ia juga mencatatkan tingkat kesuksesan melakukan passing sebesar 84% sementara Pogba unggul sedikit dengan 84,9%. Namun Pogba memiliki kelebihan dalam hal offensive (7,7) sementara Radja hanya 7,4 dan Vidal juga 7,4. Artinya, dengan asumsi Marchisio dan Pirlo tidak dalam kondisi fit, maka Radja bisa saling melengkapi dengan Pogba dan Vidal.

Lalu posisi apa yang dapat dimainkan oleh Radja? Dengan asumsi bahwa Pogba dan Vidal tetap menempati posisi terbaiknya mereka (didepan Pirlo), maka berdasarkan statistik, Radja dapat bermain sebagai sebagai holding midfielder atau posisi yang ditempati oleh Pirlo saat ini. Tentu ia masih harus banyak belajar dari sang maestro Andrea Pirlo (passing per game sebesar 68,2 dengan tingkat kesuksesan 89,5%). Namun hal ini tidak berarti Radja tidak memiliki tempat di Juventus.

Radja saat ini bermain diposisi MCL (midfielder center left) atau gelandang tengah yang berdiri disisi kiri. Persis seperti posisi awal Kwadwo Asamoah, Claudio Marchisio atau yang dimainkan Paul Pogba saat ini. Edgar Davids jaman dahulu juga berposisi sebagai MCL. Namun satu hal yang tidak banyak diketahui orang bahwa Radja dahulu bermain sebagai sayap kiri tepatnya amflc atau striker sayap kiri. Dia bahkan sempat menjadi topskor klubnya dahulu, Germinal Beeschot.

Food for thoughts…mungkinkah ia akan ditempatkan kembali seperti posisi awalnya dahulu oleh Conte? Dalam arti lain, posisi yang akan ditempati Radja nanti akan sangat bervariasi. Mulai dari posisi DMC, MCL sampai dengan DWBL atau bahkan AMLC. Ia bisa bertukar tempat dengan trio MVP, Pogba dan bahkan Asamoah. Oleh karenanya, dengan bervariasinya posisi Radja ini, merupakan suatu keuntungan yang membuat Radja pantas untuk dikejar Juventus diparuh kedua transfer musim ini.

Selain skill tersebut diatas, ada satu kelebihan Radja yang sangat spesial yaitu determinasi. Itu adalah senjata Radja sesungguhnya. Hal ini diakui oleh Beppe Marotta dalam beberapa kesempatan yang lalu. Menurutnya, Radja memiliki jiwa yang sesuai dengan yang diinginkan Conte dan oleh karenanya Juve tertarik untuk merekrutnya. Determinasi tidak pantang menyerah ini bahkan diakui pula oleh fitur game “Football Manager” yang memberikan 20 untuk determinasinya. Lihat gambar dibawah ini:

fm

Persaingan memperebutkan Radja tidak mudah. Seperti yang banyak dilansir media, Presiden Cagliari sudah terang-terangan akan melepas Radja mengingat banyak tim yang mengincarnya. Dikatakan olehnya bahwa Cagliari akan melepas Radja ke Juve mengingat hubungan baiknya dengan Beppe Marotta. Namun dilain kesempatan dikatakan bahwa Milan akan membeli disertai barter pemain yang ternyata disukai oleh Cagliari. Belum lagi dari Inter sendiri yang disinyalir akan melakukan segala cara agar Nainggolan dapat mendarat di Appiano Gentile mengingat sang presidennya satu tanah kelahiran dengan Radja. Kemudian Roma yang membutuhkan cadangan untuk trio midfielders-nya. Semua ini menjadikan harga Radja melambung. Kemana ia berlabuh?

Aku pribadi melihat ini hanya sebagai trik Presiden Cagliari, Massimo Cellino, untuk menaikkan harga Radja. Seperti yang kita ketahui bersama, teori ekonomi paling mendasar adalah “High Demand = High Price“. Dengan mengesankan bahwa Radja diinginkan semua tim maka tentu akan menciptakan bargaining yang lebih tinggi bagi Cellino untuk memasang harga. Apalagi diparuh musim kedua ini dimana banyak tim-tim yang desperate untuk memperbaiki kondisi timnya agar mencapai target diakhir musim. Oleh karenanya, ada beberapa kemungkinan ia akan berlabuh.

Jika melihat kondisi Milan yang hancur-hancuran, apalagi Mario Balotelli jadi dilepas, maka mereka dijamin akan sekuat tenaga mendapatkan amunisi baru. Namun tentunya bukan pemain midfield. Mereka wajib mencari ganti Mario Balotelli. Dan melihat tipikal Adriano Galliani yang sangat hemat menggelontorkan uang pada paruh kedua transfer, aku rasa Radja sulit untuk berlabuh di Milan. Kecuali Cellino mau Radja dibeli murah.

Aku melihat kemungkinan sangat besar Radja akan ditarik Inter. Chelsea membutuhkan pemain tengah dan mereka sudah melirik Guarin. Tentu dengan dilepasnya Guarin akan memberikan fulus yang besar untuk kantong Inter. Uang itulah yang akan diinvestasikan ke Radja. Apalagi Radja punya segi marketting yang kuat di Indonesia tempat Erick Thohir berasal. Jadi semua variabel rasanya mendukung Radja ke Inter.

Bagaimana dengan Roma? Mereka jelas membutuhkan cadangan untuk trio Pjanic, De Rossi dan Strootman. Dengan kondisi keuangan yang stabil ditambah ambisi klub yang ingin merengkuh scudetto, aku rasa mereka akan menjadi pesaing Inter paling kuat untuk mendapatkan Radja musim ini.

Juventus? Aku yakin jika pun transfer terjadi maka akan terlaksana pada akhir-akhir masa transfer. Beppe terikat pada budget yang ditetapkan oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Disinyalir jumlah uang transfernya pun tidak terlalu besar. Oleh karenanya metode loan with an obligation to buy plus peminjaman pemain kemungkinan besar akan disodorkan Beppe ke manajemen Cagliari. Dengan persaingan cash and carry ala Inter dan Roma rasanya Juve akan sulit bersaing. Oleh karenanya, strategi wait and see benar-benar harus dilakukan sambil menunggu celah yang muncul. Jika Guarin tidak dilepas atau Roma melorot jauh dari peringkat dua maka tentu Beppe punya bargaining yang lebih baik lagi.

Namun demikian, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, butuhkah Juventus terhadap Radja? Agak berbeda dengan beberapa pendapat yang beredar, menurutku justru musim ini target Juventus malah bertambah, yaitu menjuarai Europa League yang finalnya dimainkan di Juventus Stadium. Di Champions League, pada dasarnya Conte tidak dibebankan untuk menjuarainya. Walau begitu, dengan tersingkirnya Juve dipenyisihan grup secara objektif dapat dianggap sebuah kegagalan. Oleh karenanya, secara subjektif aku melihat bahwa Juve ditargetkan untuk juara Europa League musim ini. Konsekwensinya, pasukan Juve akan ditambah dari segi kualitas, khususnya lapangan tengah. Posisi Pirlo, selama ini tetap menjadi titik lemah karena tidak ada satu pun yang maksimal menggantikannya. Termasuk Pogba yang jauh lebih efektif tampil sebagai MCL. Oleh karenanya, secara objektif Juve wajib menambah kualitas dalam armadanya. Namun penambahan kualitas armada ini tentu tetap mengikuti batasan-batasan yang ada. Jika harga Radja sampai menembus € 14 juta maka sebaiknya Juventus melupakan sosok Radja. Lalu sosok siapa yang dapat menggantikan Radja?

—————————————————————————————————————————————-

Obrolanku dengan Roberto terhenti karena aku hendak ke kamar mandi. Lorong kereta ini cukup panjang. Pemandangan diluar sangat indah dengan alps mountain yang diselimuti salju. Tak sadar jariku menggerakkan kursor telpon genggamku. Melihat tweet Cyndi yang kufavoritkan dari sebulan yang lalu…..

“Hai Kris. I miss you……“

cyndiwang

Aku meninggalkannya tanpa memberikan penjelasan apapun. Tweet terakhir untuk Cyndi adalah ucapan selamat Natal 3 hari yang lalu. Cyndi hanya menjawab thanks. Begitu dingin. Begitu tidak berperasaan. Dan ini sudah terjadi berulang kali belakangan ini. Begitu berbeda dengan Cyndi yang kukenal dua bulan yang lalu. Mungkin itu juga pemicu yang membuatku benar-benar meninggalkan dia. Aku merasa semua perhatianku sama sekali tidak dianggap olehnya. Aku merasa dicampakkan. Salahkah aku?

Toilet dikamar mandi kereta ini sangat bersih. Ibarat bumi dan langit dengan toilet kampusku yang sering digunakan Abdul untuk merenungi nasibnya yang berkali-kali ditolak wanita.

Aku menghela nafas panjang. Ada sebuah rasa menggelitik jauh didalam hatiku. Entah apa namanya. Rasanya seperti kupu-kupu setiap kali teringat Cyndi. Dan aku tidak tahu mengapa. Kemudian sayup-sayup otak kiriku meneriakkan kata-kata waspada agar aku tidak terjebak lagi dengan cinta delusi. Aku kembali menghela nafas panjang dan tangan kiriku menggerakkan kursor kesebuah lagu…..

—————————————————————————————————————————————-

Roberto menepuk pundakku. Aku sontak membuka mataku yang kututup sedari tadi. Aku tidak tidur. Aku hanya berusaha untuk tidak terlalu terbawa suasana hati yang tiba-tiba mengganggu hari indah ini. Aku kemudian mengikuti arah telunjuk Roberto. Ia menunjukkan pemandangan diluar jendela. Bardonecchia! Ternyata salah satu pusat ritiro squad Juventus itu sangat indah. Tidak terasa ternyata aku sudah sampai di Italy. Roberto tertawa. Dia mengatakan bahwa sebenarnya kita sudah sampai di Turin. Bardonecchia sendiri sudah masuk ke provinsi Turin dan hanya berjarak 90 km saja dari pusat kota Turin. Ia pun menyuruh aku berkemas karena sebentar lagi akan sampai.

bardonecchia

Barang bawaanku tidak banyak. Tepatnya dua ransel besar. Dan aku berada dikelas paling murah dikereta TGV (Train à Grande Vitesse/high-speed train) ini. Jadi tidak terlalu repot untukku. Begitu pun dengan Roberto. Akhirnya kami pun melanjutkan obrolan.

Roberto memiliki ketertarikan terhadap Geoffrey Kondogbia, pemain muda Perancis yang bermain di Monaco. Dia merasa kemampuan Kondogbia setara dengan Paul Pogba. Aku tersenyum semanis mungkin dan mengatakan kepadanya dengan sesopan mungkin bahwa dia gila. Tidak perlu terlalu jauh memperdebatkan statistik namun dilihat dari kontribusi Pogba kepada Juve serta timnas Perancis saja rasanya sudah cukup menggambarkan kehebatan Pogba. Dan tentu saja, pengakuan dunia jurnalis dengan menganugrahkan status Golden Boy 2013 kepadanya. Roberto tertawa terbahak-bahak. Ia mengaku kalah. Ia mengatakan bahwa sejujurnya ia sangat terinspirasi oleh kesuksesan Juventus mendapatkan Pogba dan ia berharap klubnya juga dapat mengalami hal yang sama. Kami pun tertawa bersamaan. Mimpi memang selalu indah.

Kemudian Roberto menanyakan kepadaku seandainya Juventus tidak mendapatkan Radja. Apakah ada opsi lain? Aku menjawab bahwa saat ini tidak ada lagi pemain tengah yang sanggup menambah kualitas armada Juventus. Seandainya pun ada, maka harganya dipastikan akan tinggi. Contohnya Verratti. Hanya dia figur yang paling pas menggantikan Pirlo. Namun tentu saja PSG tidak akan melepaskannya ditengah musim seperti ini. Apalagi dengan harga murah. Begitu pun dengan Xabi Alonso walau kontraknya tersisa setengah musim lalu. Tidak mungkin rasanya jika ia mau menerima status rotasi dan gantian maen dengan Pirlo.

Oleh karenanya, satu-satunya opsi yang tersisa adalah merekrut pemain sayap berkualitas karena Asamoah pada dasarnya bisa bermain ditengah. Perputaran Asamoah, Marchisio dan Pirlo rasanya sudah cukup membantu Juventus mengarungi sisa musim ini dan menjuarai setiap trophy yang ada. Belum lagi ditambah keberadaan Padoin dan Isla yang bisa main ditengah. Oleh karenanya, penambahan pemain tengah yang tidak cukup berkualitas tentu hanya membuang uang belaka.

Hal tersebut pun berlaku untuk sektor belakang. Kita sudah punya cukup banyak pemain berkualitas disektor tersebut. Dari Angelo Ogbonna dan Martin Caceres yang merupakan anggota timnas negaranya masing-masing. Sampai dengan Federico Peluso yang tetap merupakan pemain bagus. Total nilai pemain cadangan kita bahkan mencapai $ 30 juta. Penambahan pemain belakang yang tidak perlu selain hanya menghabiskan uang juga akan menutup kemungkinan bersinarnya bakat-bakat muda. Ambil contoh seperti Pol Garcia yang merupakan kapten di tim primavera Juventus.

Dari penjelasan-penjelasan diatas, menurutku yang perlu ditambah untuk menambah kualitas, selain sektor sayap tentunya, adalah sektor depan. Mirko Vucinic yang saat ini cukup banyak peminat merupakan salah satu potential income yang cukup baik. Dengan asumsi bahwa ia sudah kehilangan gairah maka win-win solution yang paling tepat adalah melepaskannya. Namun tentu sebaiknya Beppe bersikeras untuk menjual Mirko hanya dengan metode  cash and carry. Uang dari penjualan tersebut dapat diinvestasikan ke pemain yang dapat memperkaya opsi dari segi taktik khususnya disektor depan untuk menggantikan Mirko. Diamanti atau Biabiani merupakan target yang realistis untuk konsep 4-3-3. Bagaimana dengan yang lain?

Lini depan Juventus, kecuali Llorente dan Tevez, menurutku wajib diperbaiki kualitasnya. Setidaknya dimusim depan. Dengan asumsi Vucinic jadi dilepas, maka opsi dilini depan saat ini tidak menawarkan kualitas pembeda yang significant. Bergantung pada statistik dan harapan saja tidak cukup untuk membuat lini depan Juve menjadi lebih baik. Betul bahwa Quags merupakan pemain bagus dengan gol-gol fantastisnya. Betul bahwa Giovinco merupakan pemain dengan dribbling yahud. Ia bahkan menjadi tokoh sentral di Parma dahulu dan aku salah satu fan Gio mengingat ia berasal dari youth academy. Namun mata awamku tetap tidak melihat kontribusi mereka yang nyata saat kondisi tim membutuhkan perubahan. Gol-gol atau asisst yang mereka hasilkan saat Juventus tertinggal sifatnya untung-untungan belaka dan itu pun jarang terjadi. Namun tentu dibutuhkan sosok lain yang bisa memberikan variasi serangan didepan. Seperti Victor Ibarbo. Selain berbadan besar, ia juga memiliki kecepatan yang luar biasa. Dalam arti lain, ia dapat memberikan kekuatan dilini depan saat lawan kelelahan baik dengan fisiknya maupun dengan kecepatan larinya. Coba lihat skill larinya dibawah ini:

Ibarbo adalah sosok yang benar-benar pas dengan Juventus untuk saat ini. Sosok tinggi besar (188 cm) kelahiran Kolombia ini disinyalir akan menerima status rotasi karena pada dasarnya ia pun pemain cadangan di Cagliari. Ia mengecap status pemain inti hanya dimusim ini. Itu pun hanya sebanyak 10 kali. Namun kontribusi Ibarbo saat menjadi pengganti sangat baik. Seperti yang diperlihatkan pada video diatas, ia memiliki kecepatan kaki yang luar biasa. Jika perhitungan ini benar, maka ia bahkan lebih cepat daripada Theo Walcott, yang merupakan pemain idaman Conte jaman dahulu. Tentu saja, dengan hanya mengandalkan kecepatan kakinya, Ibarbo dapat membuat pasukan lawan yang kelelahan terpontang-panting mengejarnya. Apalagi dengan kekuatan fisiknya yang menjulang.

Ibarbo juga memiliki skill oleh bola yang baik. Dribbling-nya tercatat 2,6 per game dan passing-nya tercatat 1,2 per game. Bandingkan dengan striker besar Juventus lainnya, Fernando Llorente, yang dribbling-nya tercatat hanya 0,5 per game. Namun Llorente memiliki passing yang lebih baik pada 1,4 per game. Hal ini berarti Ibarbo dapat diandalkan sebagai opsi untuk memperkaya sektor didepan baik sebagai target man atau striker sayap.

Satu hal yang menarik, harga Ibarbo tidak terlalu mahal. Ia ditenggarai memiliki nilai pasar diangka $ 5,5 juta. Dengan umurnya yang baru 23 tahun maka tentu ia merupakan investasi yang baik. Apakah ada lagi yang lain? Sebetulnya ada dan dia sedari dahulu diprediksi akan bergabung dengan Juventus. Siapa dia?

“I would love to, but we already have enough strikers. And in January, Lacina will be a Juventus player“

Ia adalah Lacina Traore. Pemain asal Pantai Gading yang bermain bagi Anzhi Makachkala. Ia pemain bola tertinggi didunia (203 cm). Ia juga terkenal cepat dan jelas tangguh diudara. Namun harganya masih sangat tinggi. Namun demikian, menarik untuk ditunggu apakah prediksi dari Dan Petrescu diatas benar adanya. Sayangnya jika menilik pada trend transfer beberapa tahun belakangan ini, aku tidak yakin Traore dapat bergabung dengan Juve saat ini. Nilai $ 16 juta merupakan investasi yang sulit terwujud ditengah musim seperti ini. Bagaimana dengan musim depan?

Obrolan kami terhenti karena kereta sudah berhenti di Turin Porta Susa. Kami pun berpisah karena Roberto dijemput oleh keluarganya yang sudah menunggu. Aku pun keluar dari stasiun untuk mencari taksi.

“All’hotel Torino Centro” ujarku kepada supir taksi yang nongkrong tak jauh dari stasiun. Aku meminta diantarkan ke Hotel Torino Centro. Menurut pihak travel biro, jarak Hotel Torino Centro hanya beberapa blok dari stasiun dan tentunya harga taksi tidak mungkin mahal.

“Va bene, le metto le valigie nel cofano” sahut supir taksi itu sambil meraih ransel-ranselku yang dikiranya koper itu untuk dimasukkan ke bagasi.

“Mi scusi, è la strada più veloce? Mi hanno detto che sarebbero stati solo dieci minuti” balasku agak cerewet. Aku hanya tidak mau dikerjai supir taksi. Aku mengatakan padanya untuk mengambil rute terpendek karena setahuku jarak hotel sama sekali tidak jauh.

“In Italia dieci minuti non sono esattamente dieci minuti. C’è molto traffico!” ujar supir itu sambil menggerak-gerakkan tangannya seperti orang kesal. Aku hanya mengangguk-angguk saja. Yep. Ia nampaknya cukup kesal haha. Menurutnya, di Italia, 10 menit itu bukan berarti 10 menit karena jalanan sangat macet. ‘Haha..jadi inget Jakarta‘

Aku pun masuk ke taksi itu. Si supir bernama Alessandro. Aku langsung tersenyum. Aku jadi teringat akun @dwicarta yang selalu menghubungkan apapun yang dilihatnya di pintu tol dengan skor akhir Juventus. ‘Jangan-jangan Alessandro Diamanti nih yang bakal dateng bulan ini‘ batinku geli.

Aku menarik nafas panjang menghirup dalam-dalam udara Turin. Sangat segar. Aku tidak menyangka bisa satu kota dengan skuad Juventus. Perasaan baik pun tiba-tiba menyergap diriku. ‘Segalanya akan lebih baik lagi‘ batinku dengan yakin. Dengan suasana baru, aku pun siap menyongsong hidup baru. Apalagi sebentar lagi New Year 2014 akan datang dalam hitungan jam. Dan aku pun sudah siap menyongsong hidup baru ditahun baru ini………..sangat siap………….

——————————————————————————————————————————————

Kris? Christophe Prasasti? Pria lebay itu? Yes i like him. Selama dua bulan ini bahkan hanya dia yang mengisi hari-hariku.

Hyper-sensitive. Itu definisi paling tepat untuk menggambarkan dirinya. Dia begitu manis. Begitu perhatian dan begitu pintar mengambil hati wanita. Tapi dilain sisi, ia cepat sekali kesal bila aku menghilang beberapa saat. Negative thinking karena pikirannya selalu dikacaukan oleh suasana hatinya yang sensitif. Aku memang suka menghilang dan tidak memberikan celah bagi dia untuk mengetahuiku lebih jauh. Tapi aku punya alasan. Aku harus melindungi diriku sendiri.

Aku seorang model. Yes. Tapi itu setahun yang lalu. Dan aku cukup sukses dalam profesiku. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Saat ini aku lebih menyibukkan diri dengan berkumpul bersama dua sahabatku, Jane dan Alice. Hanya mereka yang mengetahui kondisiku saat ini. Hanya mereka bersama mama yang selalu menemaniku chemotheraphy.

 kemo

Aku bukan wanita cengeng. Aku tidak butuh dikasihani. Tapi akankah pria manja itu bakal tetap disampingku saat ia tahu aku kehilangan semua rambutku? Akankah ia tetap disisiku saat aku benar-benar tergantung padanya? Akankah ia disampingku saat umurku hanya tersisa 3 bulan lagi? He’s just a Twitter guy. Dia bisa menghilang kapan pun dia mau. Sementara aku? Aku akan kehilangan segalanya. Aku tidak mau kehilangan lagi. Biarlah rasa sayang ini berakhir saat ini. Tidak pada saat aku menghembuskan nafasku yang terakhir……

to be continue…………

       Story created by @fidanzata1897

pirlo


View the original article here