About Me

My photo
have facebook , have twitter
Showing posts with label Review. Show all posts
Showing posts with label Review. Show all posts

Thursday, January 2, 2014

[Review Coppa Italia] Juventus 3-0 Avellino: Different Men, Same Result

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Review Coppa Italia] Juventus 3-0 Avellino: Different Men, Same Result

Juventus memulai langkah mereka di ajang Coppa Italia musim ini dengan berjumpa klub Serie  B, tim tamu Avellino. Ini adalah pertemuan kedua tim sejak medio pertengahan 90-an. Juve sendiri punya rekor tak terkalahkan di Juventus Stadium di ajang Coppa Italia, meraih 4 kemenangan dan 2 hasil seri. Pertandingan ini menjadi kesempatan bagi pelatih Antonio Conte untuk memainkan para personel Juve yang lebih jarang diturunkan sebelumnya musim ini.

Marco Storari turun dibawah gawang, sementara Martin Caceres, Angelo Ogbonna dan Federico Peluso berdiri di lini pertahanan di depan Storari. Turun sejak awal di sisi sayap adalah Marco Motta dan Paolo De Ceglie. Claudio Marchisio dan Kwadwo Asamoah menjadi dua nama tim pertama yang turun malam tadi, ditemani oleh Simone Padoin di sektor tengah. Sementara itu, Sebastian Giovinco dan Fabio Quagliarella memimpin serangan Sang Nyonya Tua di depan.

Baru 6 menit pertandingan berjalan, Juventus langsung membuka skor melalui Giovinco. Menerima bola pendek dari Quagliarella sedikit di dalam kotak penalti lawan, Giovinco menghentikan bola dan kemudian melakukan gerakan setengah langkah sebelum melepas bola melengkung ke tiang jauh gawang Giuseppe Di Masi. Sebuah gol indah, yang mengingatkan akan keindahan gol alla Del Piero. 1-0

Tak lama berselang, tepatnya di menit 16, Giovinco menjadi pemberi umpan bagi gol kedua Juventus. Dari situasi bola mati di sisi kiri pertahanan, Giovinco mengirim freekick ke jantung pertahanan Avellino. Martin Caceres yang tak terjaga menyambar bola dan melesakkannya ke pojok atas gawang lawan. Ini adalah gol pertama Caceres musim ini. 2-0

Di menit 30, Avellino hampir saja menipiskan skor. Davide Zappacosta melepaskan umpan silang ke tiang jauh yang disundul Luigi Castaldo, dan beruntung sundulannya dari posisi yang baik hanya menemui sisi luar jala gawang. Tak lama berselang, Juve mendapatkan gol ketiga mereka. Lagi-lagi freekick Giovinco, kali ini dari sisi kanan pertahanan lawan, menjadi pembuka gol. Kali ini Giovinco melepas freekick yang tidak terlalu tinggi ke tiang dekat. Secara tak terduga Quagliarella menyambar umpan ini dengan sundulan ke tiang dekat, yang tidak mampu ditahan oleh kiper De Masi. 3-0

Di babak kedua, pertandingan tetap berjalan searah. Quagliarella melepas freekick berbahaya di menit 58, tapi sayang tembakannya ke pojok atas  gawang masih bisa ditahan De Masi. Tak lama berselang, De Masi kembali menyelamatkan gawang dari sundulan Marco Motta dari jarak dekat.

Di dua puluh menit terakhir pertandingan, Conte mulai memasukkan para pemain pengganti. Yang pertama adalah Ouasim Bouy, menggantikan  Asamoah dan langung bertukar peran dengan Marchisio sebagai pengatur serangan. Di menit 80, Conte membuat dua pergantian: Stephan Lichtsteiner menggantikan Motta, dan Simone Pepe menggantikan Giovinco. Masuknya Pepe mendapat applause luar biasa dari 17,716 suporter yang hadir di Juventus Stadium. Nama terakhir sudah lebih dari satu tahun tidak mencicipi pertandingan resmi karena berkali-kali mengalami cedera.

Akhirnya skor 3-0 tidak berubah hingga akhir pertandingan. Satu catatan baik dari partai ini adalah indah rivalitas antara pendukung tuan rumah dan sekitar 1,400 fans tamu. Kedua tim saling berlomba mengeluarkan nyanyian-nyanyian yang mendukung kedua tim tanpa menghina tim lain. Puncaknya, ketika suporter Juve meneriakkan “Avellino kalian akan segera kembali ke Serie A!”, dan suporter Avellino sebagai rasa hormat menyanyikan beberapa cori Juventus. Bellissimo!

Menurut statistik pemain-pemain Juve yang menonjol adalah Caceres yang menyelesaikan 91 umpan yang akurat; Giovinco yang membuat lima peluang, dan Quagliarella yang menciptakan empat tendangan ke arah gawang. Kebetulan, ketiganya juga masing-masing mencetak satu gol. Selain itu, dengan golnya ini, Quagliarella menjadi satu-satunya pemain Juve yang mencetak gol di tiga kejuaraan musim ini: Serie A, Champions League dan Coppa Italia.

Juventus (3-5-2): Storari; Caceres, Ogbonna, Peluso; Motta (Lichtsteiner), Padoin, Marchisio, Asamoah (Bouy), De Ceglie; Giovinco (Pepe), Quagliarella

Avellino (3-5-2): Di Masi; Izzo, Peccarisi, Pisacane; Zappacosta, D’Angelo, Togni (Schiavon), Arini (Angiulli), Millesi; Herrera, Castaldo (Galabinov)

Wasit: Irrati

Match Highlights

Bentornato Pepe! Forza Juve!

____________________________________________________________________________________

Hit me @adityaregar and ask.fm/adityaregar


View the original article here

[Match Review Giornata 16 Serie A 13/14] Juventus vs Sassuolo – Pelampiasan di Juventus Stadium

You Are Here: Home » - Daily News -, All Articles » [Match Review Giornata 16 Serie A 13/14] Juventus vs Sassuolo – Pelampiasan di Juventus Stadium

Seperti yang diprediksi, Juventus akan melampiaskan amarahnya setelah tersingkir dari penyisihan grup Liga Champions, dan korbannya kali ini adalah Sassuolo. Dengan mendominasi sepanjang pertandingan, Juventus menghancurkan Sassuolo 4-0 di Juventus Stadium. Juventus menguasai ball possession sampai dengan 61%, dengan total 20 shots, 8 diantaranya shots on target.

Kemenangan ini membuat Juventus menjauhkan diri dari kejaran AS Roma yang berada diperingkat 2 dengan selisih 6 poin. Namun jarak tersebut bisa terpangkas kembali menjadi 3 poin jika AS Roma mampu mengalahkan AC Milan dinihari nanti di San Siro.

Conte terpaksa melakukan rotasi di lini tengah karena cederanya Pirlo dan akumulasi kartu Marchisio. Asamoah dikembalikan ke posisi aslinya sebagai LCM, selama ini Asamoah bermain sebagai LWB di Juventus dan hasilnya tidak terlalu maksimal.

Namun ketika dimainkan seperti posisi aslinya di Udinese, terlihat Asamoah bisa tampil lebih maksimal. Pergerakannya sebagai LCM membuat pemain belakang Sassuolo kalang kabut menjaganya, sayang Asamoah tidak beruntung malam itu, beberapa peluang emas mencetak gol belum dapat diselesaikannya dengan baik. Sementara Vidal dan Pogba mendampingi Asamoah di tengah.

Posisi LWB dipercayakan kepada Peluso, yang malam itu tampil luar biasa dengan menyumbangkan 1 gol. Kemudian Isla yang sudah pulih dari cedera kembali menempati posisi RWB. Perlahan Isla mulai menunjukkan kemampuannya beradaptasi dengan formasi 3-5-2 nya Conte. Perlu diingat bahwa saat memperkuat Udinese, Isla adalah RWB terbaik Serie A saat itu. Namun cedera panjang membuatnya perlu waktu kembali kebentuk permainan terbaiknya.

Untuk permainan Vidal dan Pogba tentu semua sudah tahu bagaimana kelas kedua pemain ini, mereka adalah salah satu dari pemain tengah terbaik Eropa saat ini. Peluso dan Isla jarang mendapatkan kesempatan sebagai starter selama ini, tentu saja dengan menjadi starter di pertandingan ini sebagai ajang pembuktian bahwa mereka mampu berkompetisi dengan pemain Juventus lainnya untuk bersaing masuk starting XI Conte.

XI Juventus giornata 16 XI Juventus giornata 16

Meskipun “hanya” menghadapi tim promosi Sassuolo, Conte enggan main-main di pertandingan kandang terkahir tahun ini. Conte tetap menurunkan skuad terbaiknya, Buffon masih ada di bawah mistar gawang, sekaligus melanjutkan rekor clean sheet nya selama 730 menit! Jika dalam pertandingan berikutnya melawan Atalanta di giornata 17 gawang Buffon tetap clean sheet, maka Buffon akan mencatat rekor clean sheet terbaik nomor 3 (820 menit), dibawah Zoff (903 menit – Juventus 1972-1973) dan Rossi (929 menit – AC Milan 1993-1994).

Trio Chiellini-Bonucci-Barzagli menjadi tembok tebal yang mengawal gawang Buffon. Sementara untuk lini depan, Conte tidak mau melewatkan on fire nya duet Tevez dan Llorente yang semakin padu. Kedua striker ini sudah menjadi pemain terbaik bulanan pilihan fans Juventus, November kemarin Llorente didaulat sebagai pemain terbaik pilihan fans.

Llorente - Terbaik November 2013 Llorente – Terbaik November 2013

Sebaliknya Sassuolo berada diperingkat 17 harus berusaha keras untuk dapat bertahan di Serie A. Dengan total poin 14 sampai dengan giornata 16, bahaya degradasi terus mengintai. Sassuolo hanya berjarak 4 poin dengan penghuni dasar klasmen saat ini, Catania.

Dalam skuad Sassuolo sendiri cukup banyak mantan pemain Juventus dan pemain yang dimiliki bersama kedua klub. Sebut saja mantan pemain Juventus seperti Ziegler, Chibsah, sampai pemain dengan kepemilikan bersama yang bersinar disana, Berardi (7 gol), Zaza (5 gol) dan Marrone (1 gol).

Namun Juventus masih terlalu kuat untuk Sassuolo, hasil 4-0 sudah membuktikan perbedaan kekuatan keduanya. Sebaliknya Juventus juga jangan berpuas diri dengan kemenangan ini, karena lawan yang mereka “hanya” Sassuolo, yang memang bukan lawan sepadan.

Berardi & Zaza - masa depan Juventus Berardi & Zaza – masa depan Juventus

Pelatih Sassuolo, Eusebio Di Francesco, mengakui bahwa ada kesenjangan yang besar antara tim nya dengan Juventus. Apalagi dia harus kehilangan striker andalannya, Domenico Berardi, yang juga merupakan pemain yang dimiliki Juventus.

Di Francesco menyebutkan bahwa Juventus memiliki kekuatan fisik serta teknik dan kemampuan untuk merebut bola di daerah pertahanan lawan. Selain itu Juventus juga bermain satu lawan satu, bahkan sampai 3 bek nya melakukan hal serupa dan itu membuat Sassuolo tidak bisa berbuat apa-apa melawan Juventus.

Giornata 16 ini dimulai dengan menggenang kepergian 2 pemain muda Juventus, Ale dan Ricky yang meninggal dunia karena tenggelam di danau buatan komplek latihan Vinovo pada 15 Desember 2006 lalu. Meskipun sudah terjadi 7 tahun yang lalu, namun Ale dan Ricky tidak akan pernah dilupakan sampai kapan pun juga.

Sebelum pertandingan dimulai, pihak klub telah menyiapkan sebuah klip untuk menggenang kepergian Ale dan Ricky yang disaksikan seluruh penonton di Juventus Stadium. Berbagai bentuk dukungan terus dilakukan pihak klub sebagai bentuk dedikasi terhadap 2 pemain muda ini, salah satunya adalah lewat organisasi amal yaitu Alessio Ferramosca, yang sudah banyak menolong anak-anak yang tidak mampu.

Selain itu di Juventus Stadium juga ada yang istimewa, dengan hadirnya 9.000 anak-anak dari berbagai sekolah di Turin yang mengisi Tribun Sud bagian selatan. Ini merupakan bagian dari program “Gioca con me … Tifa con me” yang Juventus lakukan untuk memerangi tindakan rasisme yang terkenal di Serie A selama ini.

Proses terjadinya gol-gol Juventus

Gol pertama Juventus terjadi di menit 15 lewat kaki Tevez. Berawal dari umpan terobosan Isla ke Llorente, kemudian Llorente berhasil mengelabui 2 pemain Sassuolo dengan memberikan umpan matang kepada Vidal yang berada di dalam kotak penalti. Vidal yang ditempel Magnanelli mampu mengecohnya dengan gocekan kelas dunia dan diteruskan dengan tendangan kaki kiri ke gawang Pegolo.

Gol pertama Juventus (Tevez 15") Gol pertama Juventus (Tevez 15?)

Meskipun mampu membaca arah bola namun Pegolo tidak dapat menangkap bola dengan baik dan dengan mudah Tevez segera menyambar bola rebound Pegolo dan membawa Juventus unggul 1-0 atas Sassuolo di babak pertama menit 15. Juventus 1-0 Sassuolo.

Gol kedua Juventus datang dari skema bola mati, Peluso berhasil menyundul umpan dari tendangan bebas Tevez di menit 28. Peluso yang berada dalam kotak penalti melompat lebih tinggi dari pada Antei yang menjaganya dan sundulan kerasnya mengarah ke pojok kanan atas gawang membuat Pegolo tidak sempat bereaksi apa-apa. Juventus 2-0 Sassulo.

Gol kedua Juventus (Peluso 28") Gol kedua Juventus (Peluso 28?)

Gol ketiga Juventus kembali terjadi masih di babak pertama, tepatnya di menit 45 menjelang berakhirnya babak pertama. Tevez mencetak gol keduanya setelah memanfaatkan blunder back pass dari Marzorati ke Pegolo.

Dan saat berhadapan satu lawan satu dengan Pegolo, dengan tenang Tevez melewati Pegolo dan menceloskan bola ke gawang yang sudah kosong. Tevez membawa Juventus semakin jauh dari Sassuolo. Menit 45 babak pertama, Juventus 3-0 Sassuolo.

Gol ketiga Juventus (Tevez 45") Gol ketiga Juventus (Tevez 45?)

Gol keempat Juventus (Tevez 68") Gol keempat Juventus (Tevez 68?)

Gol keempat Juventus terjadi di babak kedua, menit 68 dan Tevez sukses mencatatkan hattrick pertamanya bersama Juventus. Lewat umpan silang yang dilepaskan Isla dari dalam kotak penalti, Tevez tanpa kesulitan menaklukkan Pegolo untuk ketiga kalinya. Juventus membantai Sassuolo 4-0 malam itu.

========================================

========================================

Kemenangan atas Sassuolo menjadi moment yang tepat untuk bangkit pasca kekalahan tragis dari Galatasaray di Liga Champions. Namun yang harus diingat bahwa Sassuolo bukanlah lawan yang sebenarnya untuk Juventus. Perbedaan kualitas kedua tim bagaikan langit dan bumi, sehingga kemenangan 4-0 atas Sassuolo tidaklah terlalu mengherankan banyak pihak.

Juventus masih harus banyak berbenah, terutama dengan gagalnya mereka lolos ke 16 besar Liga Champions musim ini. Persaingan yang ketat di Serie A, mulai bergulirnya Coppa Italia sampai dengan pertandingan yang harus mereka mainkan di Liga Europa, sungguh perjalanan Juventus masih panjang musim ini. Yang pasti, kami semua bersamamu Juve!

========================================


View the original article here

Sunday, November 17, 2013

[Review UCL] Juventus 2-2 Real Madrid: Peluang Lolos Masih Terbuka Lebar!

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Review UCL] Juventus 2-2 Real Madrid: Peluang Lolos Masih Terbuka Lebar!

Signora1897 ers, Juve memasuki pertandingan ini dengan tuntutan harus menang apabila ingin peluang lolos dari grup terbuka lebar. Dengan baru memiliki dua poin dari tiga pertandingan, Juve terancam gagal lolos apabila tidak menang karena di pertandingan lain, Galatasaray yang telah memiliki empat poin, diperkirakan akan menang mudah dari Kopenhagen.

Seperti di pertandingan away melawan Real Madrid dua minggu yang lalu, pelatih Antonio Conte kembali memainkan formasi 4-3-3 dengan Buffon; Caceres, Barzagli, Bonucci, Asamoah; Vidal, Pirlo, Pogba; Marchisio, Llorente, Tevez.

Arsene Wenger pernah mengatakan bahwa formasi 4-3-3 adalah formasi yang paling ideal untuk memanfaatkan seluruh luas lapangan dan terbukti, sebagian besar tim-tim top Eropa memainkan formasi ini atau 4-2-3-1, yang merupakan variasi dari 4-3-3.

Di Real Madrid, pelatih Carlo Ancelotti menurunkan formasi 4-2-3-1 dengan Casillas; Ramos, Varane, Pepe, Marcelo; Khedira, Alonso; Modric; Bale, Benzema, C. Ronaldo.

Walau memainkan formasi mirip, tampak satu perbedaan mencolok: Real Madrid memainkan dua DM dan satu trequartista di lapangan tengahnya sedangkan Juve satu regista dan dua box-to-box midfielder. Dari sini, tampak jelas Ancelotti mengutamakan kekokohan lapangan tengah dan belakang sambil memanfaatkan kejeniusan barisan depannya dalam serangan balik. Sebaliknya, dengan memainkan Andrea Pirlo, Conte mengandalkan penyerangan yang dibangun dari bawah sambil memanfaatkan kerja para pemain tengah yang lain ditambah para penyerang sayap.

Juv_RM_Picture1

Saat Real Madrid memegang bola, para pemain menciptakan formasi 3-3-4 dengan Luka Modric naik membantu barisan depan dan Sergio Ramos mengisi sayap kanan membantu lapangan tengah. Ancelotti meninggalkan tiga pemain belakang dengan pemikiran apabila diserang balik, ketiga pemain ini cukup untuk menghadapi dua penyerang Fernando Llorente dan Carlos Tevez, dimana penyerang ketiga Claudio Marchisio di kanan cenderung diposisikan lebih ke bawah oleh Juve. Posisi bek ketiga ini kerap diisi oleh Xabi Alonso.

Pada gambar di atas, Tevez sedang bertukar posisi dengan Paul Pogba, yang juga sering dilakukan di sisi kanan oleh Marchisio dan Arturo Vidal. Juventus, di lain pihak, bertahan dengan formasi 4-5-1 dengan kedua penyerang sayap Marchisio dan Tevez membentuk lima pemain tengah. Dengan hanya menempatkan empat pemain bertahan menghadapi empat penyerang musuh, memang para pemain tengah akan dapat dengan cepat menyerang saat mendapat bola tetapi mereka juga harus membantu barisan pertahanan supaya mempunyai keunggulan jumlah pemain. High risk, but high return tapi yang pasti, sangat melelahkan untuk para pemain tengah.

Sejak awal pertandingan, tampak Real Madrid bertujuan untuk memegang bola selama mungkin dan mengandalkan serangan balik saat tidak memegang bola. Di 10 menit pertama, Gareth Bale and terutama C. Ronaldo dua kali berhasil menusuk masuk ke sisi kiri pertahanan dengan serangan balik dan walau masih dapat dipantau pergerakannya oleh Kwadwo Asamoah dan Leonardo Bonucci, tendangan mendatar diagonal C. Ronaldo di menit kesembilan hanya meleset tipis di tiang kanan gawang Gianluigi Buffon.

Dengan dimainkannya Bonucci menggantikan Giorgio Chiellini yang terkena larangan main, pelatih Conte memanfaatkan kelebihan Bonucci dalam memanfaatkan long balls (dan sepanjang pertandingan, Bonucci melepaskan 11 long balls dan delapan accurate long balls, sama dengan trequartista Modric yang juga mengirim 11 long balls).

Juv_RM_Picture2

Selain itu, perhatikan posisi Tevez yang menarik satu pemain tengah Real Madrid untuk menjaganya dan Pogba di kiri dan Vidal di kanan yang sangat maju sehingga, saat Bonucci melepaskan umpan lambung, lima pemain Real Madrid (empat bek plus Alonso) menghadapi empat pemain menyerang Juve. Dengan metode ini, Real Madrid hanya menyisakan Khedira di tengah menghadapi Tevez dan Pirlo dan membuat aliran bola Real Madrid ke depan terputus. Memang Modric sering turun untuk membantu tetapi kalah kuat dan kalah determinasi.

Dengan ini saja, dominasi belum terjamin tetapi yang menjadi pembeda adalah Vidal yang dengan luar biasa naik turun membantu penyerangan dan mematahkan serangan lawan di tengah. Di babak pertama saja, Vidal tercatat melakukan enam (!) tekel dan tiga interceptions, keduanya tertinggi dari seluruh pemain di atas lapangan. Dengan Vidal sibuk naik turun dan kerap memenangkan bola di tengah, Pogba dengan leluasa menyerang di sisi kiri dan dari sinilah peluang pertama tercipta.

Di menit ke-17, Pirlo melihat Tevez bebas di sisi kanan pertahanan Real Madrid dan sukses mengirim bola. Tevez kemudian bekerjasama dengan Pogba, yang berhasil melepas umpan mendatar ke tengah.

Juv_RM_Picture3

Bola yang mengarah ke Fernando Llorente berhasil dihalau oleh Pepe tetapi bola justru mengarah ke gawang Iker Casillas! Casillas dengan reflek luar biasa berhasil menghalau bola tetapi bola bergulir ke arah Marchisio. Sayang, bola yang disambar Marchisio terlalu dekat dengan Casillas yang maju sehingga bola kembali bisa dihalau.

Selepas 15 menit pertama, permainan Juve mulai mengalir lancar dan kerap menyerang dengan empat pemain, Marchisio-Llorente-Tevez ditambah dengan Pogba. Kedua bek Asamoah dan Martin Caceres juga aktif naik, menciptakan empat pemain tengah bersama dengan Vidal dan Pirlo. 2-4-4 a la Conte? :D

Juv_RM_Picture4

Namun, patut diacungi jempol juga para pemain Real Madrid, yang tetap menjaga formasi dan disiplin turun dengan enam pemain saat diserang balik. Walau Juve mendominasi, disiplin para pemain Real Madrid ini membuat mereka tetap sulit ditembus. Bisa dilihat, kehadiran Xabi Alonso sangat penting di Real Madrid. Organisasi permainan menjadi jauh lebih baik dan lebih balance saat menyerang dan bertahan.

Di menit ke-28, dalam sebuah serangan balik yang menjadi berbahaya berkat umpan panjang akurat Vidal, keempat pemain ini kembali berperan besar dalam menciptakan peluang emas. Bola sampai di kaki Pogba yang diteruskan ke Tevez yang masuk ke sisi kanan pertahanan Real Madrid.

Juv_RM_Picture5

Tanpa banyak menggoreng bola, pemain Argentina ini melepaskan crossing akurat ke sisi lain pertahanan Real Madrid dimana Marchisio sudah datang dan menyundul dengan kuat dan akurat ke gawang Casillas! Tapi sayang!! Bola yang seharusnya masuk masih bisa dihalau dengan kaki Casillas yang mengantisipasi dengan reflek luar biasa!!!

Dalam 30 menit pertama, dua reflek luar biasa Casillas menggagalkan dua peluang emas Juve untuk unggul dua gol.

Tetapi akhirnya, kerja keras para pemain kita tidak sia-sia. Di menit ke-40, berawal dari serangan yang dibangun dari bawah, bola sampai ke kaki Vidal di tengah dan langsung diteruskan ke Llorente. Disini, para pemain belakang Real Madrid sedikit lengah, dimana dua bek tengah menjaga Llorente sehingga bek kanan Ramos sendirian menjaga Pogba dan Tevez.

Juv_RM_Picture6

Umpan Llorente jatuh persis di kaki Tevez, yang kemudian memberi umpan vertikal ke depan ke Pogba. Pogba yang sudah jauh maju tidak dapat dikejar oleh Varane, yang memutuskan untuk melakukan sliding tackle. Tekelnya tidak mengenai kaki Pogba, tetapi kaki yang satu lagi (the trailing leg) dengan jelas mengenai dan melanggar kaki Pogba. PENALTI!!!

Juv_RM_Picture7Vidal yang menjadi algojo tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan mencetak gol dengan tendangan penalti yang sempurna.

Menit ke-41: Juve 1-0 Real Madrid (Gol: Arturo Vidal, penalti).

Menjelang akhir babak pertama, Real Madrid yang ganti menekan berhasil lolos di sisi kanan yang dijaga Caceres dan Vidal melalui Marcelo dan dia berhasil mengirim umpan datar menyilang yang akurat. Untunglah, C. Ronaldo dan Karim Benzema saling ‘berebut’ menembak bola sehingga bola malah meleset dari sasaran. Apabila Benzema lebih awas dan mengalah, mungkin C. Ronaldo telah dapat menyamakan kedudukan.

Hingga turun minum, skor tidak berubah.

HT: Juventus 1-0 Real Madrid (Juv: 41' (pen.) Vidal)

***

Saat menyerang, formasi 4-3-3 Juve dengan cepat berubah menjadi 2-4-4 apabila bola berhasil masuk ke final third Real Madrid atau saat serangan balik sukses melewati garis tengah. Formasi 4-2-3-1 Real Madrid pun berubah menjadi 4-4-2 saat bertahan. Suatu resiko yang membuahkan hasil dengan berhasilnya Juve unggul 1-0. Kegagalan Benzema menjaga Pirlo juga membuat Pirlo merajalela dan aman mengatur aliran bola yang membuat resiko Juve terkena serangan balik menjadi minimal.

Di lain pihak, saat bertahan, Juve menggunakan 4-5-1 untuk menghadapi 4-2-3-1 Real Madrid yang kerap berubah menjadi 3-3-4. Juve berhasil mendominasi setelah 15 menit pertama berkat penampilan tim yang baik dan terutama kecemerlangan Vidal di tengah dan majunya posisi Pogba mendukung Tevez yang membuat sisi kanan Real Madrid yang dijaga Ramos kerap ‘bolong’.

Akan tetapi, perubahan antara menyerang-bertahan ini membuat Vidal dan Pogba di tengah dan Tevez dan Marchisio di depan bekerja keras menutup area yang luas yang membuat mereka sangat terkuras tenaganya dibanding dengan pemain-pemain tengah dan depan Real Madrid.

***

Babak kedua dimulai tanpa banyak perubahan. Juve menurunkan intensitas sebagaimana layaknya sebuah tim yang telah all out di babak pertama tetapi tetap dengan organisasi permainan yang baik. Real Madrid sedikit menaikkan barisan dan melakukan pressing sebagaimana layaknya tim yang tertinggal. Namun secara keseluruhan, awal babak kedua ini berjalan normal dengan kedua tim masih meraba-raba perubahan yang dilakukan oleh masing-masing lawan.

Sayang, di menit ke-52, Caceres yang bermain sangat baik sampai saat itu, sedikit ceroboh dalam memberikan back pass yang dapat dibelokkan arahnya oleh C. Ronaldo sehingga jatuh di kaki Benzema.

Juv_RM_Picture21

Dari gambar di atas tampak pelatih Conte memang memberikan instruksi back pass kepada Caceres tetapi sayang dapat dibaca oleh C. Ronaldo. Bola yang jatuh di kaki Benzema itupun kemudian dikembalikan ke C.Ronaldo yang kemudian dengan mudah menaklukkan Buffon satu lawan satu.

Selain kecerobohan Caceres, Real Madrid secara baik sekali melakukan pressing. C. Ronaldo menjaga back pass ke Barzagli (dan Buffon), Modric menjaga pass ke depan, dan Xabi Alonso menjaga pass ke samping ke Pirlo. Selain itu, hal yang jarang disinggung adalah ketidakberadaannya Vidal dan Marchisio sebagai pass outlet untuk menerima operan karena mereka terlambat turun.

Menit ke-52. Juventus 1-1 Real Madrid (Gol: Cristiano Ronaldo. Assist: Karim Benzema).

Sejak gol balasan ini, semakin tampak barisan Real Madrid yang naik, terutama kedua full back Ramos dan Marcelo. Barisan Juve pun semakin mundur dan semakin tertekan.

Di menit ke-56, sebuah serangan yang diawali dengan bergeraknya Benzema melebar ke daerah kiri pertahanan Juve membuka sedikit celah dan Xabi Alonso masuk dari tengah. Tendangan first time-nya dengan keras dan terarah menghantam mistar gawang Buffon! Semua ini terjadi karena naiknya seluruh barisan Real Madrid dan terlalu dalamnya pemain-pemain tengah Juve bertahan, terutama Pirlo yang kehilangan Xabi.

Peluang kemudian silih berganti datang. Di menit ke-58, sebuah serangan yang dibangun dari bawah sampai ke Tevez di sisi kanan pertahanan Real Madrid. Tevez kemudian memberikan umpan vertikal ke Pogba yang ditempel oleh Ramos. Ternyata, skill dan kecepatan Pogba berhasil mengelabui Ramos dan Pogba mengirimkan umpan menyilang mendatar ke Marchisio yang bergerak secara diagonal di dalam kotak penalti. Akan tetapi, sontekan Marchisio kembali dapat digagalkan oleh reflek Casillas!! Bola pantulannya yang disambar Marchisio-pun masih dapat dibuang di garis gawang oleh Pepe.

Gagal-lah Juve kembali unggul dalam waktu yang cepat. Malah hanya dua menit kemudian, tepatnya di menit ke-60, Juve kembali kebobolan. Marcelo memberikan umpan lambung ke C. Ronaldo, yang melihat celah di belakang Caceres dan masuk ke dalamnya. Tiba-tiba, Real Madrid sudah berada dalam posisi tiga lawan tiga dengan pemain-pemain belakang Juve.

Juv_RM_Picture22

Barzagli terpaksa bergerak melebar untuk menjaga C. Ronaldo dan Benzema menusuk masuk untuk menarik Bonucci sehingga Bale dengan leluasa menerima bola.

Nah, disinilah kelemahan Juve tereksploitasi. Asamoah yang bermain sebagai LB masih menjaga Bale tetapi karakteristiknya yang bukan asli pemain belakang membuatnya tidak berkutik dalam satu lawan satu dengan pemain cepat seperti Bale.

Bonucci, yang sangat baik dalam sistem tiga bek tetapi biasa-biasa saja dalam formasi empat bek, sebenarnya masih sempat datang membantu tetapi malah memilih untuk menjaga daerah dan tidak menutup pergerakan pemain Wales tersebut.

Selain itu, Pirlo sebagai CM tidak cepat mundur untuk membantu pertahanan. Seorang DM akan mempunyai naluri untuk turun sehingga menciptakan keunggulan jumlah pemain dan memperkecil peluang Real Madrid mencetak gol.

Tanpa “gangguan” pemain tengah dan menghadapi pemain yang out-of-position yang tidak dibantu oleh CB-nya, Bale tidak menemui kesulitan untuk mencetak gol.

Menit ke-60. Juventus 1-2 Real Madrid (Gol: Gareth Bale. Assist: Cristiano Ronaldo).

Akan tetapi, untunglah mental pemain-pemain kita tidak runtuh. Organisasi permainan tetap utuh dan akhirnya, Caceres membayar kesalahannya di awal babak kedua. Dengan semua empat pemain Juve yang berada di kotak penalti dijaga dengan baik, Caceres memberikan crossing yang akurat yang tepat berada di antara kiper dan pemain belakang.

Sedikit terlalu jauh, kiper akan dengan mudah mengambil bola. Sedikit terlalu dekat, pemain-pemain belakanglah yang mendapatkannya. Berkat crossing cemerlang ini, dan adanya seorang penyerang tengah tinggi besar dan bertenaga dalam diri Llorente, Juve berhasil menyamakan kedudukan!!!

Juv_RM_Picture23

Lihatlah bagaimana disiplinnya pemain-pemain belakang Real Madrid menjaga pemain-pemain kita di dalam kotak penalti. Mereka sama sekali tidak membuat kesalahan. Gol terjadi sebagian besar berkat crossing akurat Caceres, yang dimanfaatkan oleh Llorente yang dengan kekuatannya gagal ditahan oleh Varane.

Menit ke-65. Juventus 2-2 Real Madrid (Gol: Fernando Llorente. Assist: Martin Caceres).

Setelah ini, Juve yang telah kelelahan membuat Real Madrid lebih banyak memegang bola. Walau begitu, organisasi permainan tetap rapi dan bahkan Tevez dan penggantinya Fabio Quagliarella masih dapat melakukan tembakan langsung dari sisi kiri sedikit di luar kotak penalti tetapi masih dapat diblok dan ditahan oleh kiper Casillas. Real Madrid, yang tidak perlu ngotot mengejar kemenangan, juga bermain aman sambil memegang bola dan beberapa kali mendapat hadiah tendangan bebas yang tidak dapat menemui sasaran.

FT: Juventus 2-2 Real Madrid (Juv: 41' (pen.) Vidal, 65' Llorente; Rma: 52' C. Ronaldo, 60' Bale).

***

Sama seperti ketika Juve lengah saat melawan Fiorentina dan kebobolan tiga gol dalam waktu lima menit, kali ini Juve kebobolan dua gol (hampir tiga kalau saja tendangan Xabi Alonso tidak mengenai mistar) dalam waktu delapan menit. Menurut penulis, kelengahan-kelengahan ini terjadi karena:

Saat sudah sedikit lelah, terutama di babak kedua, pemain-pemain tengah kurang cepat mundur untuk menjadi pass outlet bagi pemain-pemain belakang. Selain kecerobohan Caceres, hal ini jugalah yang menjadi penyebab gol pertama Real Madrid.Saat sudah sedikit lelah, terutama di babak kedua, pemain-pemain tengah kurang cepat menyesuaikan diri dengan barisan lawan yang telah lebih naik dibandingkan dengan posisi mereka di babak pertama. Contoh: Pirlo “kehilangan” Xabi dan Xabi hampir mencetak gol. Untunglah hanya mengenai mistar.Pirlo, yang bukan seorang DM, kembali kurang cepat mundur menjelang gol kedua Real Madrid. Hal ini menyebabkan terjadinya situasi tiga lawan tiga dimana salah satunya bahkan bukan seorang bek murni.Tidak adanya seorang LB murni di dalam tim. Asamoah adalah seorang CM dan baik Paolo De Ceglie dan Federico Peluso adalah LWBs. Seorang LB murni akan dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah Bale mencetak gol kedua Real Madrid.

Dari poin nomor dua hingga nomor tiga, ada satu kesamaan: Pentingnya posisi yang dimainkan Pirlo untuk dapat cepat turun membantu pertahanan. Pirlo sendiri kurang cepat turun kemungkinan karena stamina yang sudah menurun di babak kedua. Penulis cukup yakin apabila tidak dibenahi, hal ini akan terus dieksploitasi oleh lawan-lawan Juve di pertandingan-pertandingan mendatang.

Mengenai posisi LB, tidak ada yang dapat banyak dilakukan selain diperbaiki dengan membeli seorang LB murni di Januari atau musim panas mendatang (akan tetapi melihat penampilan Napoli dan Roma, sepertinya akan terlambat kalau menunggu hingga musim panas).

Itu dari sisi pertahanan. Untuk penyerangan, mengambil seorang RWB baru yang memiliki karakteristik pemain tengah yang rajin bekerja sepertinya cukup untuk membuat tim kita ini semakin komplit. Pemain baru ini dan Simone Pepe dapat bergantian mengisi posisi ini.

***

PLAYERS RATING

Buffon: 6. Buffon masih seorang organisator pertahanan yang sangat baik dan di awal babak pertama dengan cepat menjatuhkan diri untuk menangkap tendangan yang masuk tetapi tidak dapat dipungkiri, refleknya sudah semakin menurun. Dengan badan yang tinggi besar, penurunan kecepatan dan reflek karena faktor umur akan lebih cepat terjadi dibandingkan dengan Iker Casillas yang lebih pendek dan enteng dari Buffon.

Caceres: 6. Tanpa kecerobohannya yang menyebabkan gol pertama Real Madrid terjadi, bersama Vidal, Caceres adalah pemain terbaik Juve malam ini. Kecepatan dan skill bertahannya mampu menahan C. Ronaldo di dua pertandingan berturut-turut dan crossing-crossing akuratnya (2 key passes, 4 crosses, 3 accurate crosses) sangat membantu ketajaman penyerangan Juve. Satu cross-nya berbuah menjadi assist dimana Llorente kemudian menyamakan kedudukan dan memastikan Juve menuai satu poin penting.

Barzagli: 6.5. Walau Real Madrid mencetak dua gol, keduanya bukanlah tanggung jawab Barzagli dan dari sisi bertahan, Barzagli-lah pemain terbaik Juve malam ini (2 tacles, 2 interceptions, 6 clearances). Positioning, decision-making… Dia semakin membuktikan diri sebagai bek tengah terbaik Italia saat ini.

Bonucci: 6. Menggantikan Chiellini di jantung pertahanan empat bek, Bonucci bermain cukup baik dalam menggagalkan serangan-serangan Real Madrid. Sayang keputusannya untuk tidak menutup pergerakan Bale dengan cepat menyebabkan pemain timnas Wales tersebut dapat mencetak gol kedua Real Madrid. Kembali, umpan-umpan panjangnya (11 long balls, 8 accurate long balls) menjadi salah satu alasan lancarnya aliran bola Juve.

Asamoah: 6. Untuk pertama kalinya dicoba sebagai bek kiri, Asamoah memanfaatkan ball-keeping-nya dengan baik untuk mengamankan daerah pertahanannya. Kelemahannya ada di marking dan begitu terdapat celah, Bale mampu mengeksploitasi Asamoah yang bukanlah seorang full back murni.

Vidal: 7. Dengan enam tekel di babak pertama, Juve merajalela di lapangan tengah dan terus mendapatkan bola berkat pemain timnas Chile ini. Menurun karena kelelahan di babak kedua (total tacles: 7, total interceptions: 3) namun berkat Vidal-lah Juve memiliki peluang untuk mengambil poin dari Real Madrid. Selain itu, diawali dengan kejelian umpan Vidal pula-lah gol pertama Juve tercipta.

Pirlo: 6.5. Apabila Vidal memenangkan bola, Pirlo-lah yang mengolahnya sehingga Juve begitu mendominasi di babak pertama. Tidak seperti Mario Mandzukic yang mematikan Pirlo di dua pertandingan Juve-Bayern musim lalu, Benzema tidak menjalankan tugasnya dengan baik dalam mengawal Pirlo. Modric juga turun ke bawah terlalu jauh untuk dapat mengganggu Pirlo. Alhasil, Il Maestro dengan leluasa mengontrol jalannya pertandingan (3 key passes, 94 passes,95% pass accuracy, 20 long balls, 19 accurate long balls). Sayang, umur membuat gerakannya di babak kedua menurun dan gagal membantu pertahanan dengan baik.

Pogba: 6.5. Secara statistik, permainan Pogba (2 key passes) tidak menonjol tetapi pergerakan dan kombinasinya dengan Tevez di kiri-lah senjata utama Juve malam ini. Berkali-kali kedua pemain ini saling bertukar posisi dan merobek-robek pertahanan bek kanan Ramos. Kerja keras dan skill pemain timnas Prancis ini semakin penting bagi permainan Juve.

Marchisio: 6. Kembali dipasang sebagai RFW dalam menghadapi Real Madrid, walau tidak spektakuler Marchisio menjalankan fungsinya dengan baik dan bahkan dapat mencetak dua gol apabila keberuntungan berpihak kepadanya. Walau tidak menonjol, pergerakan dan penempatan posisinya membuat pertahanan Juve lebih solid dan memusingkan bek-bek Real Madrid dengan tusukan-tusukan ke dalam kotak penaltinya.

Llorente: 6.5. Dijaga ketat oleh Varane dan Pepe dan bermain cukup baik, kerap dapat menahan bola tanpa kehilangan dan membuat permainan mengalir. Berkontribusi dalam dua gol Juve: Menahan bola dan kemudian mengalirkannya ke Tevez-Pogba dalam serangan balik untuk gol pertama dan menggunakan kekuatan dan tinggi badannya untuk mencetak gol pertama. Llorente akan berperan besar bagi Juve begitu dia mencapai match fitness yang optimal (tebakan penulis, sekitar Januari/Februari).

Giovinco: s.v. Masuk menggantikan Llorente di menit ke-88. Tidak memiliki waktu untuk berkontribusi.

Tevez: 7. Tevez memang kembali gagal mencetak gol di Champions League tetapi permainannya membuat Juve “hidup”. Dalam dua musim berturut-turut di bawah Conte, permainan Juve selalu “macet” saat memasuki final third lawan tetapi hal ini terpecahkan dengan masuknya Tevez musim ini. Permainan menyerang (5 key passes, 3 long balls, 3 accurate long balls) dan bertahannya seimbang tanpa menurunkan kualitas. Dengan kualitas seperti ini, penulis yakin Tevez akan segera mencetak gol di kancah ini.

Quagliarella: s.v. Masuk menggantikan Tevez di menit ke-82. Kecuali dua tendangan yang mengarah ke gawang, tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkontribusi.

***

Secara keseluruhan, tiga dari empat gol di pertandingan ini terjadi karena kesalahan dari masing-masing pihak. Memang seperti inilah pertandingan kelas tinggi Eropa (sekarang ini). Jarang gol terjadi murni berkat kejeniusan pemain, dan bahkan seorang C. Ronaldo juga baru dapat mencetak gol setelah terjadi kesalahan dari lawan lebih dulu.

Memiliki pemain kelas dunia akan sangat berguna saat permainan sedang “mentok” tetapi dengan perekonomian Italia dan Juventus sekarang ini, penulis yakin dengan menambal beberapa “lubang”, Juventus akan dapat menjadi lebih solid dan lebih berbahaya lagi, tidak kalah dari Real Madrid

Dari sisi formasi dan tipe pemain, penulis berpendapat 4-3-3 layak diusung menjadi andalan, setidaknya mulai musim depan, dan apabila poin-poin di atas dapat dibenahi, penulis yakin pertahanan Juve akan menjadi jauh lebih kuat. Dan apabila dapat dibenahi, sepertinya Juve dapat berbicara banyak di kancah Champions League (apabila lolos dari grup) dan berpotensi besar untuk meraih scudetto untuk ketiga kalinya berturut-turut.

Dengan hasil ini, Real Madrid memimpin grup B dengan 10 poin, kemudian disusul oleh Galatasaray 4 poin, Copenhagen 4 poin dan Juventus 3 poin. Walau saat ini berada paling bawah, Juve akan lolos apabila memenangkan dua pertandingan terakhir, Juventus-Copenhagen dan Galatasaray-Juventus, dan apabila dapat terus bermain seperti ini dan ditambah dengan meminimalkan kesalahan, Juve akan lolos.

Forza Juve!!!

______________________________________________________________________________________

“I didn’t choose Juve. Juve chose me.” @dwicarta is just an ordinary guy who happens to bleed black-and-white since Roby Baggio wreaked havoc in 1990 World Cup in Italy. When time permits, he’d like to spend it on hoops and one of his passions: writing. One day he stumbled into juventus.theoffside.com and now here he is: doing his passion on his passion.


View the original article here

[Match Review Giornata 9 Serie A 2013/2014] Juventus vs Genoa: Juve Belum Habis

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Match Review Giornata 9 Serie A 2013/2014] Juventus vs Genoa: Juve Belum Habis

Signora1897-ers, kegagalan meraih poin dalam dua pertandingan berturut-turut saat melawan Viola Merda dan Madrid tentu membuat banyak pihak sempat beranggapan bahwa anak asuh Antonio Conte telah kehilangan bahan bakar untuk mengarungi kompetisi pada musim ketiganya. Namun semua anggapan tersebut seolah menjadi pemacu para pemain Juve untuk membuktikan bahwa Juve belum lah habis.

Benar saja, pada lanjutan Serie A pekan ke 9 melawan Genoa di J Stadio, Juve seolah membuktikan bahwa Juve belum habis, bahkan semakin lebih baik lagi. Hal tersebut juga diakui oleh pelatih Genoa, Gian Piero Gasperini. Seusai laga, Gasperon sempat mengungkapkan bahwa Juve sedang tidak dalam kondisi krisis. Pernyataan Gasperon tersebut tentu menjadi sinyal bagi semua rival bahwa JUVE BELUM HABIS!

Pada pertandingan melawan Genoa, Conte memutuskan untuk kembali memakai formasi 3-5-2 kesayangaannya, setelah sebelumnya sempat memakai pola 4-3-3 saat melawan Madrid. Seentara dari pihak Genoa, Gasperon memakai pola 4-4-1-1.

preview

Dari susunan pemain, Conte menurunkan semua pemain intinya yang sedang fit. Di lini belakang, Leo Bonucci yang sempat dicadangkan saat melawan Madrid kembali ke starting line-up bersama Barzagli dan Chiello. Di lini tengah, cederanya Lichtsteiner tampaknya sedikit memberikan ruang untuk Isla bermain di posisi RWB, menemani Vidal, Pirlo, Pogba dan Asamoah di LWB. Di lini depan, menipisnya stok pemain pada posisi ini menyusul cederanya Vucinic, Quagliarella, dan kurang bugarnya kondisi Giovinco membuat Conte memilih duet striker yang baru tiba musim panas ini, yakni Tevez dan Llorente.

Sejak peluti dibunyikan, Juve langsung tancap gas untuk mencetak gol pada pertandingan ini. Fernando Llorente menjadi pemain pertama yang mendapatkan peluang untuk mencetak gol pada menit ke 6, namun sayang crossing Asamoah dari sisi kanan pertahanan Genoa gagal menemui kepala Fernando. Tidak lama kemudian, Fernando juga mendapatkan peluang emas untuk mencetak gol keduanya di Serie A, berawal dari crossing Isla dari sisi kiri pertahanan Genoa yang tidak dapat diantisipasi oleh Perin, bola muntah tersebut gagal dimaksimalkan oleh Fernando yang berada pada posisi yang seharusnya bisa menceploskan bola ke gawang. Selain reflek yang sangat bagus dari Perin, tampaknya Fernando tidak mengira bahwa bola tersebut akan mengarah tepat ke arahnya.

Selain Fernando, pemain lain yang juga mempunyai kesempatan untuk mencetak gol pertama pada pertandingan ini adalah Arturo Vidal. Melihat rapatnya barisan pertahanan Genoa, pada menit ke 19, Vidal mencoba peruntungan dengan melepaskan tendangan jarak jauh, namun sayang meskipun Perin hanya terpana dan tidak dapat berbuat apa-apa, tendangan tersebut dapat diselamatkan oleh tiang gawang.

asa

Seolah tidak lelah untuk mencari gol pertama, Juve terus menekan pertahanan Genoa, hingga pada akhirnya pemain Genoa, Davide Biondini melakukan pelanggaran terhadap Asamoah yang coba melakukan penetrasi ke daerah pertahanan Genoa. Banyak pihak berpandangan bahwa pelanggaran yang dilakukan Biondini terhadap Asamoah dilakukan di luar kotak penalty, namun wasit tetap memutuskan untuk memberikan penalti untuk Juve.

Arturo Vidal, yang menjadi algojo penalti tidak menyia-nyiakan peluang tersebut. Vidal berhasil menendang ke arah kanan dari Perin, sementara Perin salah mengantisipasi dengan mengarah ke arah yang berlawanan. JUVENTUS 1 – Genoa 0

1003486_10151685019247466_387258036_n

Setelah unggul 1 gol, Juve belum menurunkan pedal gas, bahkan semakin menambah serangan ke arah pertahanan Genoa. Dua menit setelah mencetak gol, lagi-lagi Juve mendapatkan peluang emas untuk menambah keunggulan, kali ini giliran Andrea Pirlo yang mendapatkannya, namun sayang peluang tersebut gagal dimanfaatkan dengan baik oleh Andrea. Pergerakan Pirlo ke dalam pertahanan Genoa tentu mengejutkan pemain Genoa, karena sebelumnya Andrea jarang melakukan tusukan ke dalam pertahanan lawan.

Selain Pirlo, pemain lainnya yang juga mempunyai kesempatan menambah keunggulan adalah Paul Pogba. Berawal dari kesalahan pemain Genoa yang terlalu lama membawa bola, Pogba yang berhasil mencuri bola tersebut gagal memanfaatkan peluang tersebut, tendangan yang coba diarahkan ke tiang jauh gagal menemui sasaran.

Akhirnya, setelah menggempur pertahanan Genoa, Juve berhasil mendapatkan gol keduanya melalui Carlos Tevez. Pada menit 36, memanfaatkan umpan Asamoah, Tevez berhasil mengelabui pemain Genoa, dan akhirnya berhasil menaklukkan Perin yang bermain gemilang pada pertandingan ini. JUVENTUS 2 – Genoa 0

Setelah dua kali berhasi mengoyak gawang Genoa, praktis di babak kedua Juve terus memburu gol ketiga, tragedi di Firenze tampaknya tidak ingin diulangi oleh semua pemain. Dari beberapa peluang yang didapatkan Juve di babak kedua, hanya peluang Fernando Llorente lah yang seharusnya bisa menambah keunggulan Juve, namun tendangan yang kurang sempurna dari Llorente membuat bola gagal masuk ke jala Perin.  Kedudukan 2-0 unuk Juve bertahan sampai peluit akhir dibunyikan. JUVENTUS 2 – Genoa 0

1003478_763814663645765_997061724_n

Hal menarik yang dapat dilihat dari pertandingan ini adalah intensitas Juve yang menekan Genoa untuk bermain setengah lapangan, bahkan Genoa menjadi tim kedua setelah Torino yang tidak dapat memberikan shot on target!. Meskipun hanya mencetak dua gol, namun melihat dari statistik permainan Juve yang mampu menguasai bola sampai 59% dan menciptakan 9 kali shot on target, boleh dibilang Genoa beruntung hanya kebobolan dua gol.

stat

Selain membuktikan bahwa Juve belum habis, kemenangan atas Genoa disaat banyak pemain yang cedera tentu menunjukkan kedalaman skuad yang dimiliki Antonio Conte. Fernando Llorente misalnya, meskipun sempat mengalami kesulitan pada awal kedatangannya, namun Spaniard jangkung tersebut membuktikan bahwa dirinya pantas untuk berada di Juve. Meskipun tidak mencetak gol, namun Llorente menjadi pemain yang paling sering melepaskan tendangan ke gawang Genoa, total Llorente melepaskan 5 kali tendangan dan 3 shot on target.

nando

Secara keseluruhan, permainan Juve sangat menghibur, terutama kombinasi Tevez dan Llorente. Meskipun menghibur, menurut penulis, permainan Juve sedikit menurun di babak kedua, dan sedikit mengendorkan serangan, beruntung pemain Genoa tidak dapat memaksimalkannya menjadi peluang. Salah satu penyebab Genoa tidak dapat menyerang pertahanan Juve adalah pergerakan Carlos Tevez yang juga ikut turun ke bawah untuk menjemput bola. Dilihat dari pergerakannya, Tevez sempat turun sampai garis tengah untuk membantu para gelandang untuk meredam permainan Genoa.

carlos

Apabila Juve mampu mempertahankan permainan seperti ini, bukan tidak mungkin Juve mampu meraih hasil positif ketika menjamu Madrid dan Napoli di J Stadio pekan depan, sehingga kesempatan untuk bermain di Lisbon dan mempertahankan Scudetto untuk ketiga kalinya akan semakin terbuka. Forza Juve!


View the original article here

[Review Serie A] Juventus 4-0 Catania: Penampilan Tak Memuaskan, Tapi Hasil Yang Memuaskan

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Review Serie A] Juventus 4-0 Catania: Penampilan Tak Memuaskan, Tapi Hasil Yang Memuaskan

Juventus melanjutkan catatan baik mereka di Serie A dengan mengalahkan Catania 4-0 di Juventus Stadium. Hasil ini membuat Juventus menempel peringkat pertama dan kedua, Roma dan Napoli. Sementara Roma sudah bermain belakangan, Napoli bermain di saat yang sama dengan Juventus. Ketiga tim memperoleh poin penuh, sehingga posisi klasemen tidak berubah.

Pelatih Antonio Conte membuat beberapa perubahan di starting line up. Martin Caceres menggantikan Andrea Barzagli dan Paolo De Ceglie dimainkan menggantikan Kwadwo Asamoah, sementara Claudio Marchisio kembali masuk ke line up setelah di partai sebelumnya melawan Genoa tempatnya digantikan Paul Pogba. Kontroversi terjadi karena Antonio Conte tidak mengadakan konferensi pers sebelum pertandingan. Conte menolak berbicara dengan media setelah pertanyaan-pertanyaan awak media yang mendesak dirinya setelah partai melawan Genoa.

First Half

Adalah Carlos Tevez yang memperoleh kesempatan membahayakan gawang lawan pertama kali. Gonzalo Bergessio juga kemudian mampu membahayakan gawang Juve, namun dapat dihalangi oleh Giorgio Chiellini. De Ceglie mampu melepas crossing baik dengan kaki kanannya, namun saying tidak dapat disundul dengan bersih oleh Fernando Llorente. Akhirnya Juventus membuka kemenangan ketika Arturo Vidal setelah mendapat umpan dari Carlos Tevez menembak dari luar kotak penalty Catania. Bola membentur dua pemain Catania sebelum melaju tak tertahan masuk ke gawang Mariano Andujar. Tapi sesungguhnya Juventus dan khususnya Vidal tidak bermain baik malam itu, khususnya di 15 menit awal masing-masing babak. Selebrasi Vidal setelah golnya melukiskan perasaan sang kapten Cili tersebut.

Tak lama berselang, Andrea Pirlo mencetak gol tambahan melalui freekick indah dari tempat yang hampir serupa dengan posisi gol Vidal. Tevez dilanggar dari belakang persis di luar kotak penalty, dan Pirlo melepas tendangan yang melesat ke tiang dekat tanpa bisa dikerja kiper Catania, yang sepertinya tidak mampu menduga arah lesakan bola. Tevez sekali lagi mendapat kesempatan membahayakan gawang lawan sebelum pergantian babak, tapi tendangannya kerasnya dari sudut sulit tepat menuju Andujar. Nampak Tevez sedikit tergelincir karena kondisi lapangan yang kurang baik dan agak licin, sesuatu yang berkali-kali menyulitkan punggawa Juve malam itu. Overall di babak pertama, Juventus tidak mampu mendominasi laga dan berkali-kali membuat kesalahan umpan.

Second Half

Babak kedua baru berjalan, Catania dua kali membahayakan gawang Juve melalui Bruno Petkovic dan Bergessio. Bergessio memanfaatkan kelengahan bek-bek Juve dan mampu membawa bola melewati Buffon, namun tidak bisa menembak dengan baik dari sudut sempit. Tak lama Juve memperoleh kesempatan emas, tetapi tendangan voli keras dengan kaki kiri Claudio Marchisio hanya membentur tiang gawang. Leonardo Bonucci sempat membuat blunder ketika dirinya sebagai orang terakhir pertahanan terpeleset ketika mengontrol bola. Sergio Almiron dengan cepat menyambar bola dari dan berlari sendirian ke gawang Juve, namun dengan luar biasa Giorgio Chiellini mampu mengejarnya dan melakukan block tackle dari samping, menyelamatkan Juventus dari kebobolan.

Tevez akhirnya mencetak gol setelah dengan cepat menyambar sapuan Nicola Legrotagglie. Bereaksi dengan cepat, Tevez membawa bola melewati kiper lawan dan menceploskan bola ke gawang tak terjaga. Gol ini menjadi penutup penampilan baik Tevez, yang setelah gol tersebut digantikan Sebastian Giovinco. Juventus menggenapkan kemenangan setelah Giovinco dengan brilian mampu melewati pemain belakang Catania dan kemudian memberikan umpan mendatar kepada Bonucci yang tanpa kesulitan meneruskan bola ke gawang Catania.

Giovinco sendiri bermain cukup baik sebagai pemain pengganti. Setelah assistnya, ia sempat tiga kali mengancam gawang Catania dengan tembakan-tembakan kerasnya namun saying masih kurang terarah dengan baik. Pemain pengganti lainnya, Paul Pogba juga sempat membahayakan gawang lawan, namun masih bisa diselamatkan Andujar. Chiellini diganjar kartu kuning setelah menekel Bergessio dengan keras. Tiberio Guarente diusir wasit di menit-menit terakhir pertandingan setelah mengambil Marchisio dari belakang dan dihadiahi kartu kuning kedua oleh wasit. Pertandingan berakhir dengan skor 4-0 bagi Juventus.

Juventus (3-5-2): Buffon; Caceres, Bonucci, Chiellini; Isla, Vidal (Pogba 61'), Pirlo, Marchisio, De Ceglie; Tevez (Giovinco 67'), Llorente (Motta 74')

Catania (3-4-1-2): Andujar; Rolin (Capuano 67'), Legrottaglie, Gyomber; Alvarez, Guarente, Almiron, Biraghi (Castro 46'); Keko; Petkovic (Maxi Lopez 65'), Bergessio

Wasit: Guida

Match Analysis

Overall, Juventus bermain tidak terlalu bagus. Mereka gagal mendominasi dengan baik. Catania sendiri mampu memanfaatkan kesalahan-kesalahan Juve, namun beruntung tidak mampu mengkonversinya menjadi gol. Catania sendiri baru kendor meladeni Juve setelah gol ke-3 mereka. Pertahanan Juve, terlepas dari 1-2 kesalahan mereka mampu tampil baik membuat clean sheet ke-2 dalam dua pertandingan. Setelah pertandingan yang dilakoni dengan baik namun hanya mencetak dua gol melawan Genoa, Juventus bermain tidak terlalu baik namun mampu menang besar. C’est la vie, c’est la football, c’est la Juve! Forza!

Player Ratings

Buffon 6
Sempat dua kali menyelamatkan gawang Juve, tapi selain itu tidak mendapatkan kesulitan yang berarti.

Caceres 6.5
Bermain sangat baik menggantikan Barzagli. Tampil lugas, dan bahkan sempat beberapa kali membantu serangan, salah satunya ketika ia hampir saja membuat (tiga) overhead kick. Dua penampilan yang baik sekembalinya dari cedera membuktikan bahwa Caceres adalah pemain yang penting dalam skuad Antonio Conte.

Bonucci 6
Membuat satu blunder yang baik, menutup kemenangan Juve dengan golnya. Terlepas dari itu, Bonucci tidak tampil menonjol di pertahanan. Sempat memberikan satu long ball cantik untuk Tevez yang sayangnya tidak mampu dikontrol dengan baik.

Chiellini 6.5
Tampil sangat baik. Sudah lama Giorgione tidak menjadi pemain terbaik di pertahanan Juve. Kredit khusus baginya setelah menyelamatkan Juve dari peluang emas setelah blunder Bonucci. Dibantu De Ceglie, ia membuat sektor kiri Juventus hampir tak tertembus.

Isla 6.5
Penampilan berturut-turut pertama musim ini bagi Mauri Isla. Dan dalam dua penampilan ini, dirinya tidak mengecewakan. Tampil solid kendati tidak terlalu membahayakan. Semoga perlahan-lahan eksplosivitasnya bisa kembali dipertunjukkan.

Vidal 6
Terlepas dari golnya, penampilan Vidal tidak terlalu baik malam itu khususnya di babak pertama. Berkali-kali membuat kesalahan sepanjang pertandingan, dan kegarangannya mengganggu lawan tidak terlihat. Vidal terlihat sangat kelelahan, bahkan di babak pertama. Conte juga melihatnya, dan menarik Vidal dengan cepat di babak kedua.

Pirlo 7
Sang metronome Juve bermain dengan sangat baik, seakan menunjukkan perannya di lini tengah Juventus masih tak tergantikan. Pirlo menjadi titik serangan Juventus malam itu, sesuatu yang melegakan jika melihat penampilan Vidal dan Marchisio yang tidak memuaskan. Menggenapi penampilan baiknya dengan free kick indah yang berbuah gol ke gawang Juventus.

Marchisio 6
Claudio belum kembali ke level permainan terbaiknya. Kualitas utamanya belum terlihat: lari yang kerap mengganggu pertahanan lawan, pun ketika menggalang serangan lawan. Dua kali sempat membahayakan gawang lawan, salah satunya menerpa gawang.

De Ceglie 6.5
Tanpa diduga De Ceglie dipasang Conte sejak awal. Yang lebih mengejutkan, De Ceglie tampil baik malam itu khususnya dalam menyerang. Berkali-kali membuat crossing baik dari sisi kiri, yang seharusnya bisa dimanfaatkan lebih baik oleh sang target utama, Llorente. Tampil lumayan dalam membantu Chiellini menghalau serangan di kiri, namun masih harus meningkatkan kemampuan dan staminanya dalam bertahan.

Tevez 7



Man of the match. Bekerja keras sepanjang pertandingan. Satu gol dan satu assist, untuk Vidal, dikemas Tevez malam itu. Gol Pirlo juga terjadi setelah dirinya dilanggar ketika mengancam gawang Catania.  Memperoleh paling banyak peluang malam itu, dan seharusnya bisa memperoleh lebih banyak gol.  Tevez lagi-lagi membuktikan dia adalah pembelian tepat bagi Juventus.

Llorente 6
Permainannya menurun dibanding melawan Genoa. Dua kali mendapat peluang bola-bola udara yang seharusnya bisa diselesaikan dengan tepat, namun sayangnya sundulan-sundulannya kurang bersih. Kerjasamanya dengan Tevez sangat baik, melanjutkan aksi kedua pemain berbahasa Spanyol ini ketika tampil gemilang melawan Genoa.

Motta 6
Mendapat siulan dan cercaan ketika masuk ke lapangan. Tetapi sesungguhnya Motta mampu tampil cukup baik di kanan. Selain De Ceglie, Motta memiliki crossing paling bagus di skuad Juventus.

Pogba 6
Tampil baik walaupun tak begitu menonjol. Bisa mengalirkan bola-bola dengan baik ke depan, dan membantu pertahanan menjadi penghalau serangan di tengah. Dua kali mengancam gawang lawan, sekali tendangannya ditahan kiper dan hampir menjangkau salah satu crossing De Ceglie.

Giovinco 6.5
Di penampilannya yang ke-100 bersama Juventus, Giovinco bermain baik masuk dari bangku cadangan. Selain assistnya, dia sempat 3 kali mengancam gawang lawan dengan tendangan-tendangan dari luar kotak, yang sayangnya semua mengarah tepat ke kiper lawan. Pantas mendapatkan gol.

FINO ALLA FINE FORZA JUVENTUS


View the original article here

Thursday, October 10, 2013

[Review UCL] Copenhagen 1-1 Juventus: Hilangnya Dua Poin Penting

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Review UCL] Copenhagen 1-1 Juventus: Hilangnya Dua Poin Penting

Memasuki pertandingan ini, Juventus sangat diunggulkan untuk mengambila tiga angka penuh. Copenhagen sudah bukanlah tim yang sekuat tim musim 2010/11 dimana mereka berhasil melaju ke babak 16 besar UEFA Champions League. Tim yang sekarang telah kehilangan beberapa pemain terbaiknya dan beberapa kali mengalami pergantian pelatih. Pelatih yang sekarang, Stale Solbakken, baru kembali ke Copenhagen setelah resign di akhir musim 2010/11 dan selama dua tahun terakhir telah mencoba tiga pelatih lain yang semuanya gagal.

Di kompetisi dalam negri, Copenhagen berada di zona degradasi karena permainannya yang belum kunjung membaik. Maka tidak heran, para pengamat memprediksi Copenhagen akan selalu kalah dalam enam pertandingan grup UCL ini.

Namun, begitu peluit berbunyi, kenyataan berbicara lain. Copenhagen bermain luar biasa dengan pressing tinggi dan bertahan sebagai satu kesatuan unit dengan two banks of four.

Picture1

Selain itu, mereka bertahan sebagai satu unit dan jarak antara satu bagian dengan bagian lain sangat sempit, sekitar sepertiga lapangan.

Picture2

.

Picture3

Dari dua gambar di atas, bisa dilihat pemain-pemain Copenhagen tetap mempertahankan jarak vertikal begitu pemain-pemain Juve menusuk masuk. Pressing dan garis pertahanan tinggi ini menyerupai apa yang diterapkan oleh tim super Milan di masa Arrigo Sacchi yang merajalela di Eropa dan Dunia di akhir 1980an dan awal 1990an.

Dilain pihak, pelatih Antonio Conte mengandalkan bola-bola lambung yang mengarah ke belakang pertahanan Copenhagen, mungkin untuk menyimpan tenaga. Otomatis, Arturo Vidal dan Paul Pogba harus didorong ke depan supaya umpan-umpan tersebut lebih efektif. Sayang, taktik ini gagal menciptakan peluang dan justru Juve malah kebobolan.

Picture4

Padahal, apabila Vidal-Pogba turun, Juve dapat bermain pass-to-feet yang selama ini menjadi keunggulan mereka dan ini terbukti, dari satu-dua kesempatan yang ada, saat bola sampai ke kaki mereka di tengah, serangan Juve menjadi hidup.

Pemain-pemain Juve kurang cepat menanggapi hal ini sehingga di menit ke-14, melalui sebuah kegagalan dalam mengantisipasi tendangan bebas dari sisi kiri pertahanan, gawang Gianluigi Buffon harus kebobolan. Copenhagen 1-0 Juventus.

Setelah unggul, Copenhagen tetap mempertahankan pressing tinggi dan ke-compact-an unit sehingga mempersulit Juve untuk menembus pertahanan Copenhagen.

Walau begitu, kualitas Copenhagen yang biasa-biasa saja membuat Juve tetap bisa mendapatkan peluang emas. Di menit ke-21, sebuah serangan yang dibangun di sisi kanan diakhiri dengan crossing Vidal ke tengah. Bola gagal diantisipasi pemain-pemain belakang Copenhagen dan Giorgio Chiellini dengan bebas menyudul bola ke gawang. Sayang, bola mengarah ke kiper Johan Wiland dan sang kiper melakukan penyelamatan gemilang.

Dari sepak pojok hasil penyelamatan tersebut, kembali kemelut terjadi di gawang Copenhagen dan bola jatuh di kaki Pogba. Sayang, Pogba juga menembak ke arah Wiland dan berhasil diselamatkan dengan lututnya. Dua kesempatan emas terbuang karena bola diarahkan ke kiper yang juga bermain luar biasa.

Akan tetapi, kedua peluang emas ini tercipta secara acak dan bukan sesuatu yang sengaja dibangun. Dari sisi taktik, Juve gagal menembus pertahanan Copenhagen yang sebenarnya memiliki kualitas biasa-biasa saja.

Saat bertahan, pemain-pemain Juve tidak melakukan pressing dan hal ini memudahkan Copenhagen untuk mengalirkan bola. Sepertinya, pemain-pemain kita sengaja menyimpan tenaga untuk babak kedua. Memang, sulit untuk terus dapat melakukan pressing selama 90 menit.

HT: Copenhagen 1-0 Juventus (Cop: 14' Jorgensen).

Di babak pertama ini, Solbakken unggul taktik dengan menggunakan pressing tinggi dan pertahanan compact antar lini. Taktik Conte yang memainkan bola-bola lambung terbukti tidak efektif. Saat bertahan, Juve juga tidak melakukan pressing sehingga Copenhagen cukup leluasa memainkan bola.

***

Conte menyadari kesalahan ini dan di 10-15 menit terakhir babak pertama, Juve lebih sering bermain pass-to-feet dan permainan menjadi lebih baik dan ini berlanjut ke babak kedua.

Dan kesabaran Juve membuahkan sebuah peluang emas di menit ke-52. Setelah bola diputar ke sana-sini, akhirnya Pirlo melepas umpan lambung ke depan dan Carlos Tevez lepas dari perangkap offside. Sayang, tendangannya mengarah langsung ke kiper dan Wiland menyelamatkannya dengan kaki kirinya.

Di menit ke-54, akhirnya Copenhagen membuat kesalahan. Empat bek mereka tertarik ke tengah oleh pergerakan Fabio Quagliarella, Tevez dan Pogba yang naik dan sayap kanan mereka lalai mengikuti pergerakan Federico Peluso yang menusuk dari sisi sayap.

Picture5

Peluso yang bebas, dengan leluasa melepaskan umpan tarik mendatar ke tengah dan Quagliarella dengan tenang menyelesaikan umpan ini (dan TIDAK mengarah ke kiper!) GOAL! Copenhagen 1-1 Juventus.

Setelah gol ini, perlahan tapi pasti Juve mendominasi permainan dengan permainan pass-to-feet dan perlahan-lahan membongkar pertahanan two banks of four milik Copenhagen.

Di menit ke-59, Peluso kembali lepas dengan cara yang kurang lebih sama dengan saat gol Quagliarella (bek –> Tevez –> Peluso –> Penerima Umpan) terjadi namun kali ini, Stephan Lichtsteiner yang bebas menerima umpan gagal menembak bola ke arah gawang. Gagal-lah peluang emas Juve.

Di menit ke-61, permainan passing Juve membuat Pirlo lepas di depan kotak penalti lawan dan dia melakukan tendangan langsung ke gawang. Sayang Wiland kembali sigap. Bola yang muntah sebenarnya berhasil disambar Lichtsteiner di samping tetapi umpannya ke tengah tidak akurat sehingga peluang bagus kembali sirna.

Di menit ke-64, sebuah serangan yang dibangun berhasil sampai ke kaki Lichtsteiner di sayap kanan. Umpan tariknya sampai di kepala Quagliarella namun sayang, bola sundulannya hanya mengenai mistar gawang!

Akan tetapi, di menit ke-73, Conte melakukan pergantian pemain yang menurut penulis, mengherankan. Peluso yang bermain baik dan di babak kedua berkali-kali lepas di sayap kiri, digantikan oleh Paolo De Ceglie. Dengan pergantian ini, Juve kehilangan serangan dari sisi kiri.

Di menit ke-76, Pogba di tengah melepas umpan lambung ke Quagliarella yang kemudian menyundulnya ke arah Vidal yang menusuk masuk ke kotak penalti. Bek kiri Copenhagen gagal mengikuti pergerakannya tetapi sayang, satu lawan satu dengan Wiland, Vidal gagal menyarangkan bola dan tembakannya hanya mengenai kaki kiper Copenhagen tersebut.

Di menit ke-77, sebuah serangan Lichtsteiner di sayap kanan menciptakan peluang bagi Tevez, yang kemudian melepaskan tembakan langsung ke gawang. Namun kembali, Wiland kembali dapat mengantisipasi hal ini dan melakukan penyelamatan.

Namun setelah ini, peluang-peluang bagus tidak tercipta lagi terutama karena Juve kehilangan Peluso di kiri dan Quagliarella di jantung pertahanan Copenhagen. De Ceglie dan Sebastian Giovinco tidak dapat menggantikan peran mereka.

FT: Copenhagen 1-1 Juve (Cop: 14' Jorgensen; Juv: 54' Quagliarella).

Copenhagen_Juve_Stats

***

Copenhagen (4-4-2): Wiland; Jacobsen, Mellberg, R Sigurdsson, Bengtsson; Bolanos (79' Toutouh), Claudemir (85' Margreitter), Delaney, Braaten; Adi (69' Gislason), N Jorgensen.

Juventus(3-5-2): Buffon; Bonucci, Ogbonna, Chiellini; Lichtsteiner (85' Isla), Vidal, Pirlo, Pogba, Peluso (73' De Ceglie); Quagliarella (76' Giovinco), Tevez.

***

Menurut penulis, taktik memainkan bola lambung di babak pertama kurang tepat karena walau tim dapat menyimpan tenaga tetapi sebaliknya, Juve kebobolan karena pressing tinggi Copenhagen yang membuat Juve tertekan.

Di babak kedua, permainan pass-to-feet perlahan-lahan membongkar pertahanan Copenhagen dan pressing tinggi dan compactness mereka di babak pertama menghabiskan energi mereka. Tidak kurang dari enam peluang emas tercipta namun karena tembakan kebanyakan mengarah ke kiper dan Wiland bermain gemilang, Juve gagal menambah gol.

Dari sisi pergantian pemain, begitu Peluso dan Quagliarella ditarik keluar untuk digantikan De Ceglie dan Giovinco, serangan kiri Juve “mati” dan Juve kehilangan pemain di dalam kotak penalti yang terus bergerak. De Ceglie bermain buruk dan Giovinco lebih banyak bermain di luar kotak penalti.

Kalau saja Peluso bisa dipertahankan dan Fernando Llorente yang masuk menggantikan Quagliarella, ceritanya bisa lain. Namun walau begitu, pertandingan ini membuktikan bahwa tidak ada pertandingan mudah di Champions League dan Juve harus berusaha maksimal selama 90 menit. Tidak maksimal, poin hilang.

Mudah-mudahan di pertandingan berikutnya, Juventus-Galatasaray, Juve dapat mengambil hikmah dari pertandingan ini dan mengambil tiga poin yang sangat penting. Forza Juve!!!


View the original article here

[Match Review Grup B UCL 13/14] Juventus vs Galatasaray – Blunder (Lagi) !!!

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Match Review Grup B UCL 13/14] Juventus vs Galatasaray – Blunder (Lagi) !!!

Sujud syukur Alhassane Soumah Sujud syukur pemain Primavera – Alhassane Soumah

Ketika Primavera Juventus menang 3-1 atas Primaveranya Galatasaray di UEFA Youth League U19, hasil berbeda diraih tim senior mereka. Lagi-lagi skuad Conte membuang kemenangan di depan mata yang diraih dengan susah payah karena kesalahan mereka sendiri.

Kini perjalanan Juventus di penyisihan Grup B semakin berat, karena dari 2 pertandingan yang sudah dimainkan, Juventus hanya mampu meraih 2 kali hasil imbang dengan 2 poin. Real Madrid berlari kencang di puncak klasmen dengan 2 kemenangan yang bernilai 6 poin. Di peringkat 3 dan 4 ada København dan Galatasary yang masing-masing memiliki 1 poin.

Memang peluang Juventus lolos ke fase berikutnya belum tertutup, hanya menjadi berat karena lawan mereka berikutnya adalah Real Madrid, sementara Galatasaray “hanya” bertemu København, yang diatas kertas merupakan lawan mudah untuk Galatasaray.

Conte sendiri mengakui bahwa skuadnya membuang kemenangan di depan mata mereka. Otomatis keadaan ini membuat perjalanan mereka di Liga Champions seperti menanjaki medan yang sulit. Conte juga menjelaskan mengapa dia tidak dapat mengubah formasi 3-5-2 nya menjadi 4-3-3 saat keadaan menjadi sulit di atas lapangan. Karena Conte menilai hanya Simone Pepe pemain di posisi winger yang mampu bermain dalam formasi tersebut. Conte membuat keputusan berdasarkan pemain yang tersedia di dalam skuad.

“It’s a shame because we had managed to wrestle a game back in our favour that had started badly due to an individual error, which is something that can happen, then to concede an immediate equaliser is unusual. But that’s football for you.

“We put in a strong effort to overturn their opener and managed to do so. It will be a long and uphill journey, but we can’t let it dishearten us. We need to face the next Champions League games with the bit between our teeth and if we’re good then we’ll go through.”

"Perjalanan di UCL menjadi rumit & menanjak untuk Juve" “Perjalanan di UCL menjadi rumit & menanjak untuk Juve”

Changing something to catch the opposition by surprise is something that can be done during a game. But we’ve only got Pepe in the squad who would enable us to adopt a 4-3-3 system. Based on the players available, you look to go for the formation that can get the best out of them.”

(Antonio Conte – Juventus.com)

——————————————-

BABAK PERTAMA

Galatsaray sendiri tampil cukup baik di bawah pelatih baru mereka, Roberto Mancini. Hal ini didukung dengan buruknya permainan Juventus dari lini ke lini, sejumlah blunder yang dilakukan lini belakang Juventus berakibat fatal, ditambah lagi banyaknya peluang yang tidak mampu dimaksimalkan lini depan dan tengah Juventus.

Mirko Vucinic Masalah baru untuk Conte

Seperti sudah jatuh dan tertimpa tangga, keadaan semakin buruk dengan cederanya Vucinic di babak pertama dan Lichtsteiner saat jeda babak pertama. Bahkan kabar terakhir dari Tutto Sport, Vucinic dipastikan absen melawan AC Milan karena cedera fleksor paha kanan. Sementara Lichtsteiner masih menunggu hasil pemeriksaan medis lebih lanjut.

Juventus memulai pertandingan dengan formasi andalan mereka 3-5-2, dan pemain yang diturunkan Conte adalah Buffon; Barzagli, Bonucci, Chiellini; Lichtsteiner, Vidal, Pirlo, Pogba, Asamoah; Vucinic, Tevez.

www.uefa.com

Sementara Mancini memainkan formasi 4-2-3-1, dan pemain yang diturunkan adalah Muslera; Eboue, Chedjou, Kaya, Balta; Melo, Inan; Riera, Sneijder, Bruma; Drogba. Tensi permainan  mulai meningkat memasuki menit ke 18, peluang datang dari Galatasaray terlebih dahulu, Drogba yang menerima umpan dari Melo membawa bola masuk kedalam kotak penalti dengan mendapat pengawalan ketat dari pemain Juventus. Drogba melepaskan tembakan kaki kiri dari sudut sempit kiri gawang Buffon, beruntung tendangan keras Drogba dimentahkan Buffon dan langsung diamankan pertahanan Juventus.

www.uefa.com

Galatasaray kembali menekan pertahanan Juventus di menit 20. Giliran Drogba memberikan umpan ke Bruma di sisi kanan kotak penalti Juventus, namun tendangan kaki kiri Bruma masih dapat digagalkan Buffon. Di menit 25, pemain belakang Galatasaray, Semih Kaya digantikan Gökhan Zan karena mengalami cedera. Apesnya semenit kemudian Vucinic juga cedera saat mengejar umpan cantik Pirlo. Fabio Quagliarella masuk menggantikan Vucinic di menit 26.

Quagliarella langsung mendapatkan peluang saat menerima umpan dari Pirlo, sayang tandukannya masih melayang di atas mistar gawang Muslera. Dan kembali Quagliarella mendapatkan peluang di menit 27 saat melepaskan tendangan kaki kiri dari dalam kotak penalti namun tendangannya masih melebar dari sisi gawang Muslera.

www.uefa.com

Bencana pertama datang untuk Juventus. Bonucci bermaksud melakukan back pass ke Buffon, namun dia tidak melihat Drogba yang ada dibelakangnya. Dengan mudah Drogba mencuri bola back pass Bonucci dan mencetak gol. Buffon tidak bisa berbuat banyak karena bola lebih dekat dengan Drogba, usaha Barzagli untuk coba menyapu bola pun sia-sia. Galatsaray memimpin 1-0 di babak pertama. Kembali lagi Juventus harus kebobolan terlebih dahulu akibat blunder Bonucci.

Masih berbahaya di depan gawang! Masih berbahaya di depan gawang!

Tevez memiliki peluang di menit 37, sayangnya tendangan kaki kanannya dari tengah kotak penalti berhasil di block dan hanya menghasilkan tendangan sudut saja. Kembali Tevez mencoba keberuntungannya di menit 39, menerima umpan dari Quagliarella Tevez mencoba melepaskan tendangan keras kaki kanannya, namun masih melebar tipis disamping gawang Muslera.

www.uefa.com

Kembali Galatasaray menekan pertahanan Juventus dengan serangan balik yang cepat. Kali ini giliran Sneijder memiliki peluang di menit 42, menerima umpan Drogba, Sneijder mencoba melepaskan tendangan first time kaki kanan, namun tendanganny amasih melambung tinggi di atas gawang Buffon. Kembali Juventus membalas menekan pertahanan Galatasaray lewat Asamoah di menit 44, namun tendangan kaki kirinya dari sisi kiri masih dapat terbaca dengan baik.

Menit 45, Quagliarella nyaris mencetak gol, lewat kerjasama dengan Lichtsteiner disisi kanan gawang, tendangan jarak dekat Quagliarella dapat ditangkap dengan baik oleh Muslera. Tambahan waktu 3 menit di babak pertama belum menghasilkan gol untuk Juventus. Walaupun Juventus mendominasi di babak pertama (lihat statistik babak pertama di kolom bawah), namun blunder Bonucci membuat Juventus tertinggal 1-0, juga lini depan yang masih belum dapat memanfaatkan peluang demi peluang menjadi gol.

“I made a huge mistake, I thought Drogba was closer to me and I didn’t hit the ball cleanly. In Europe opponents always punish any mistake you make and especially players like Drogba. Now everything is more complicated in the group for us, let’s hope we can qualify as we did last season. We just have to continue working hard and start winning games. Today we were very good to come from behind but not as good to defend our lead. We must improve but I’m sure the spirit is always the right one.”

(Leonardo Bonucci – www.uefa.com)

——————————————-

BABAK KEDUA

Juventus memulai babak kedua dengan mengganti Lichtsteiner yang mengalami cedera di akhir babak pertama. Dan ini kesempatan untuk Isla menunjukkan bahwa dia belum habis setelah mengalami cedera parah, sayangnya sepanjang babak kedua, Isla bermain tidak maksimal dan belum menemukan bentuk permainan terbaiknya.

Dengan tertinggal 1 gol di babak pertama, sudah pasti Juventus akan menekan sejak awal babak kedua untuk secepatnya mencetak gol. Dan terbukti di menit 47, Vidal yang menerima umpan dari Isla langsung melepaskan tendangan keras dari jarak 25 meter dan masih melambung tipis di atas mistar gawang. Kemudian menit 50, Asamoah memiliki peluang yang sama dengan Vidal. Namun tendangannya juga masih melambung diatas mistar gawang.

Juventus kembali menekan di menit 53 lewat Tevez, namun kembali tendangan Tevez jatuh tepat di pelukan Muslera. Juventus butuh lebih dari sekedar keberuntungan dalam pertandingan ini. Di menit 58, umpan heading dari Isla, tendangan keras Vidal hanya melambung tipis saja di atas mistar gawang. Demikian juga peluang Vidal di menit 59 belum membuahkan gol untuk Juventus.

Arturo Vidal

Menit 60, Galatasaray menarik Riera dan memasukkan Amrabat, disusul Juventus di menit 68, Conte memasukkan Llorente dan menarik Bonucci keluar untuk menambah daya serang Juventus. Llorente langsung mendapatkan peluangnya di menit 70, umpan crossing Asamoah langsung disambut dengan headingnya, sayangnya masih melambung tipis. Menit 74, Mancini menarik Sneijder keluar dan memasukkan Umut Bulut.

Akhirnya Juventus mendapatkan kesempatan menyamakan kedudukan di menit 77, setelah wasit menilai Amrabat melakukan pelanggaran terhadap Quagliarella di dalam kotak penalti. Dan Vidal sebagai eksekutor dengan tenang menaklukkan Muslera yang keliru membaca arah bola Vidal. Juventus 1-1 Galatasaray. Mancini tampak tersenyum kecut di pinggir lapangan dan sesekali melakukan protes terhadap offisial keempat di pinggir lapangan.

Fabio Quagliarella

Dan akhirnya Juventus mampu berbalik unggul di menit 87 lewat heading Quagliarella. Berawal dari tendang keras Tevez dari luar kotak penalti yang berhasil di block pemain Galatasaray, namun rebound bola jatuh ke kaki Pirlo yang langsung memberikan umpan manis ke Quagliarella di dalam kotak penalti. eading keras Quagliarella membawa Juventus berbalik unggul 2-1 atas Galatasaray.

Namun keunggulan tersebut hanya bertahan 1 menit saja. Lini belakang Juventus kembali kalah cepat dengan serangan balik Galatasaray. Di menit 88, Drogba memberikan umpan lewat headingnya ke Umut Bulut yang tidak terkawal di sisi kanan gawang Buffon dan dengan mudah menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Tidak terlihat Barzagli maupun Isla yang seharusnya mengawal sisi pertahanan kanan Juventus saat serangan balik dari Galatasaray. Juventus kembali membuang peluang untuk meraih 3 poin malam itu.

www.uefa.com

Dengan sisa waktu yang ada, Juventus mencoba kembali mencetak gol, namun kesalahan lini belakang tersebut harus dibayar dengan mahal oleh Juventus. Satu-satunya peluang emas Juventus datang dari Llorente di sisa tambahan waktu. Mendapat pengawalan ketat dari Chedjou, Llorente tidak bisa berbuat banyak di dalam kotak penalti, tendangannya hanya melebar di samping tiang gawang.

Dan menit 95, wasit meniup peluit panjang tanda selesainya babak kedua. Juventus 2-2 Galatasaray. Hasil ini seperti Deja Vu dengan hasil musim lalu, saat itu Juventus juga meraih hasil imbang 3 kali berturut-turut sebelumnya menang tiga kali berturut-turut dan akhirnya menjadi juara grup. Masalahnya sekarang adalah lawan Juventus di pertandingan berikutnya adalah Real Madrid yang telah mencatatkan 2 kemenangan sempurna. Pertanyaannya bisa menang atau seri lagi Juve? (atau justru kalah?)

Penulis sendiri menilai bahwa peluang Juventus untuk lolos ke fase berikut masih terbuka cukup lebar, meskipun cukup sulit untuk menggeser Real Madrid dari puncak klasmen, paling tidak menjadi runner up sudah cukup membawa Juventus ke fase knock out. Bukankah kondisi seperti ini sudah pernah Juventus alami musim lalu dan mereka berhasil lolos? Bagaimana pandangan anda teman-teman?

Masih ada harapan Juve! Masih ada harapan Juve!

——————————————-


View the original article here