About Me

My photo
have facebook , have twitter

Thursday, October 10, 2013

[Daily News 03/10/13] Hilang (Lagi) Dua Poin Penting Eropa

Tadi malam Juventus secara tak terduga mampu ditahan imbang oleh wakil Turki, Galatasaray dengan skor 2-2 di kandang sendiri semalam. Bermain di Juventus Stadium dan di hadapan pendukung setia mereka, Juve sempat membalikkan keadaan setelah lama tertinggal terlebih dahulu, sebelum Galatasaray menyamakan kedudukan.

Pertandingan berlangsung tak bersemangat. Kedua tim sama-sama kesulitan mengancam gawang lawan.  Lini tengah kedua tim sama-sama mematikan para kreator dari kedua pihak, Andrea Pirlo dan Wesley Sneijder. Galatasaray memperoleh peluang pertama di pertandingan ini ketika Didier Drogba mencoba menembak dari sudut sempit, tetapi Gianluigi Buffon mampu menahan bola di tiang dekat.

Mirko Vucinic mengalami cedera setelah memperoleh kesempatan di kotak penalti lawan. Otot pahanya mengalami cedera saat ia berusaha mengontrol bola lambung. Fabio Quagliarella masuk menggantikan dirinya. Quagliarella menjadi pemain Juve pertama yang mengancam gawang lawan, ketika ia menyambar umpan rendah Tevez tetapi sayang usahanya mampu digalau bek Galatasaray.

Galatasaray membuka skor lebih dahulu. Leonardo Bonucci mencoba melakukan backpass dari sebuah bola lambung, tetapi usahanya meleset dan lemah. Drogba yang berada di dekatnya menyambar bola mendahului Buffon yang keluar dari kotaknya. Buffon terkecoh dan Drogba pun mampu menceploskan bola ke gawang kosong.

Juve sempat kesulitan menembus pertahanan Galatasaray yang bermain rapat di babak pertama. Beberapa peluang dari jarak jauh oleh Kwadwo Asamoah, Carlos Tevez, dan Fabio Quagliarella antara dapat ditahan kiper Fernando Muslera atau tidak menemui sasaran.

Di babak kedua, Juve mulai menekan dan berkat Arturo Vidal, mereka sempat beberapa kali mengancam gawang Muslera, salah satunya dengan tendangan keras yang melambung sedikit di atas mistar. Permainan Juventus baru berkembang setelah Conte memasukkan Fernando Llorente menggantikan Leonardo Bonucci, dan nampak menggunakan skema 4-3-3. Sentuhan pertama Llorente bahkan hampir berbuah gol, setelah ia menanduk crossing Asamoah dari kiri namun sayang sundulannya melambung sedikit di atas gawang.

Akhirnya Juventus mampu menyamakan kedudukan melalui penalti Arturo Vidal. Fabio Quagliarella dijatuhkan oleh Nourredine Amrabat di dalam kotak penalti. Dari replay terlihat bahwa pelanggaran Amrabat tidak terlalu keras, namun cukup untuk membuat wasit Kasai memberikan hukuman serta kartu kuning bagi gelandang Galatasaray itu.

Empat menit menjelang pertandingan berakhir, akhirnya kemenangan ada di depan mata Juventus ketika, setelah gelombang serangan yang dilancarkan Juve, Andrea Pirlo melepas umpan silang terarah kepada Quagliarella yang tak terjaga di kotak penalti. Sundulan Quagliarella tidak mampu ditahan Muslera. Juventus unggul untuk pertama kalinya dalam laga ini.

Akan tetapi drama terjadi dan kemenangan Juve yang sudah di depan mata mampu digagalkan tim tamu satu menit berselang. Langsung dari kickoff mereka, Didier Drogba mampu melompat mendahului Giorgio Chiellini dan menanduk umpan lambung dari belakang kepada pemain pengganti Umut Bulut yang tak terjaga. Bulut pun mengontrol bola dengan satu sentuhan dan kemudian melepas tendangan yang tak mampu ditahan Buffon. Kedudukan kembali imbang ketika para fans Juventus masih merayakan gol Quagliarella.

Juventus mencoba menggempur tim tamu di sisa laga, dan kendati masih mendapat satu peluang terakhir melalui sontekan Llorente, tidak mampu menambah gol. Kedudukan 2-2 bertahan hingga peluit panjang berbunyi.

Juventus 2 – 2 Galatasaray

Gol: Vidal 78 (pen), Quagliarella 87; Drogba 36, Bulut 74

Juventus: Buffon; Barzagli, Bonucci (Llorente 68), Chiellini; Lichtsteiner (Isla 46), Vidal, Pirlo, Pogba, Asamoah; Vucinic (Quagliarella 26), Tevez

Galatasaray: Muslera; Riera (Amrabat 60), Chedjou, Semih Kaya (Gokhan Zan25), Eboue; Felipe Melo, Selcuk Inan; Bruma, Sneijder (Bulut 74), Hakan Balta; Drogba

Wasit: Kassai (Hungaria)

Conte’s Reactions

Pelatih Juventus, Antonio Conte mengungkapkan isi pikirannya setelah hasil imbang melawan Galatasaray tersebut. Ia menyebutkan bahwa kecolongan gol dari tim lawan adalah hal yang dapat terjadi dalam sepakbola. Ia juga mengungkapkan mengapa dirinya tetap bersikukuh dengan formasi yang sama.

“Sayang sekali (hasil ini), karena kami sudah mampu membalikkan keadaan setelah start buruk akibat kesalahan individual, sesuatu yang bisa saja terjadi, tapi kemudian kebobolan tak lama setelah kami mencetak gol. Tapi itulah sepakbola. Kami membalikkan skor lalu langsung bisa disamakan. Kami harus lebih seksama dan fokus. Para pemain mencoba dengan keras untuk mampu meraih hasil terbaik, dan kami (sempat) berhasil melakukannya dengan baik.

Ini adalah perjalanan yang panjang dan sukar, tapi kami tidak akan membuat hal itu (kecolongan gol) mematahkan semangat kami. Kami harus menghadapi pertandingan Champions League berikut dengan belati di gigi kami dan apabila kami bisa meraih hasil baik, maka kami akan melaju (ke babak selanjutnya), dan apabila tidak berarti lawan kami lebih baik dan kami harus angkat topi untuk mereka.

Saya lebih memilih untuk membahas hal-hal taktikal dengan para pemain saya. Ketika kami menganalisa sebuah pertandingan, melihat sisi positif dan hal-hal yang kurang baik, kami bisa mengidentifikasi kesalahan-kesalahan ini. 

Membuat perubahan untuk membuat kaget lawan adalah sesuatu yang bisa dilakukan ketika pertandingan sedang berjalan. Tetapi kami hanya mempunyai Simone Pepe dalam skuad ini yang memungkinkan kami memainkan formasi 4-3-3. Anda harus memilih formasi yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaik personil yang ada dalam skuad anda. Saya rasa saya tidak bisa menggunakan Stephan Lichtsteiner atau Mauricio Isla di sayap kanan pada formasi 4-3-3. Sayangnya Pepe masih cedera dan saya tidak mempunyai pemain sayap (lain) di skuad ini.

Ada lima penyerang di skuad ini dan mereka semua mendapat kesempatan bermain, agar mereka semua merasa bagian dari tim. Apapun yang terjadi, saya akan selalu mendapat protes tentang siapa yang tidak saya gunakan, tetapi saya tidak dapat menggunakan mereka semua secara bersamaan.

Mirko Vucinic dan Stephan Lichtsteiner mendapat masalah pada otot mereka, Kami akan menunggu hingga esok untuk mendapat gambaran cedera mereka, tetapi saya harap cedera mereka tidak terlalu serius.”

Juventus akan menghadapi Milan pada akhir pekan ini, dan menarik untuk ditunggu bagaimana Conte dan para pemainnya akan bereaksi setelah hasil ini.

Quagliarella’s

 

Fabio Quagliarella hampir menjadi pahlawan kemenangan Juventus tadi malam. Gol tandukannya adalah yang kedua dalam dua pertandingan Champions League musim ini. Andai tidak langsung dibalas oleh Galatasaray, golnya akan menjadi gol kemenangan Juve. Quagliarella mengungkapkan kekecewaannya karena kecolongan dua gol dari Galatasaray yang minim mendapat peluang.

“Sayang sekali, karena saat itu (setelah gol kedua Juve) kami seperti akan memenangi pertandingan ini. Mengecewakan sekali, karena kami sudah menguasai jalannya pertandingan, dan harus kebobolan dua gol dari dua tembakan ke gawang. Juventus pantas memenangi laga ini. Momen seperti ini adalah bagian dari sepakbola, dan sayangnya momen ini berseberangan dengan kami. Ini meninggalkan sebuah perasaan pahit ketika anda mendorong begitu kuat dan akhirnya berhasil, tetapi kemudian mereka mencetak gol langsung di situasi selanjutnya.

(Penalti) itu jelas sebuah pelanggaran. Pemain bertahan itu menghampiri dengan dengan cepat. Kontak tak terhindarkan dan saya tidak bisa mengelak dan menjaga keseimbangan. Saya selalu siap untuk dimainkan, dan Conte mengetahui saya akan memberikan yang terbaik ketika saya ada di starting line-up ataupun jika saya masuk di tengah pertandingan. Kadang kala permainan berjalan dengan baik bagi kami, tapi di saat lainnya tidak.

Seperti yang Conte katakan dalam konferensi persnya, tim lain bertahan ketika ketika bertemu kami, sambil berharap bisa membahayakan melalui serangan balik. Keadaan menjadi sulit ketika seluruh tim lawan berada di belakang bola dan anda tidak bisa menemukan ruang gerak. Tetapi kami harus bekerja dan menemukan cara untuk mengatasi taktik bertahan ini.”

Quagliarella sudah mencetak 6 gol dalam dua musim terakhir di UEFA Champions League, terbanyak di antara pemain Juventus.

Bonucci’s Apology

Sementara itu bek Leonardo Bonucci meminta maaf atas kesalahannya yang berujung pada gol pertama Galatasaray. Bonucci salah memberikan backpass dan ini mampu dimanfaatkan Didier Drogba untuk menceploskan bola ke gawang Gigi Buffon. Ia juga mengungkapkan bahwa rasa lapar Juventus tidak berkurang sejak 2 musim terakhir.

“(Gol) itu kesalahan saya. Saya mengira Drogba lebih dekat, dan saya salah membuat operan. Drogba memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.  Di pertandingan Eropa anda harus membayar mahal kesalahan ini. Kesalahan bisa terjadi kapan saya, dan membuat kesalahan ketika anda pemain terakhir (di garis pertahanan) berarti anda harus membayar mahal. Sayang sekali karena kami bertahan dengan rapat sepanjang pertandingan dan harus kebobolan dua kali dari dua kesempatan dimana kami terekspos tim lawan.

Saya selalu berkata kami harus lebih baik di Eropa, dan sekarang kami harus bekerja keras untuk memperbaiki apa yang kami pelajari dari pertandingan ini. Di beberapa pertandingan terakhir, kami selalu tertinggal dan lawan selalu berusaha menekan saya sebagai orang terakhir. Saya selalu berusaha mencari jalan, memberikan bola kepada rekan-rekan setim di sekitar saya. Dari 200 operan dalam sebuah pertandingan, akan ada satu-dua yang tidak tepat sasaran. Saya tidak merasa momen-momen kecerobohan ini terjadi karena rasa lapar yang berkurang. Kami berhasil membalikkan keadaan malam ini, tetapi sayangnya tidak mampu mempertahankan keunggulan. Kami adalah Juventus dan itu berarti kami selalu mengincar kemenangan dari setiap pertandingan.”

Mancini’s Objection

Pelatih Galatasaray, Roberto Mancini merasa Galatasaray bisa menang jika Juventus tidak mendapat hadiah penalti yang menurutnya aneh.

“Pertandingan yang sangat aneh, karena Juventus tertinggal dan kemudian diberikan hadiah penalti yang, menurut saya, aneh. Saya rasa mereka tidak akan mampu mencetak gol tanpa penalti itu. Saya merasa itu bukan sebuah pelanggaran.

Kami bermain baik di babak pertama, tetapi setelah jeda kami kehilangan stamina dan Juventus mampu menekan kami lebih banyak. Kami memutuskan untuk bertahan dan merapatkan pertahanan, karena kami tahu Juventus menyukai bola-bola panjang dari Andrea Pirlo. Saya pikir ini bukan performa terbaik Juventus, seperti yang terlihat dari kesulitan yang mereka alami dalam beberapa pertandingan terakhir. Tapi ini hal yang normal bagi sebuah tim yang memenangi segalanya dalam dua tahun terakhir. Mereka juga harus menghadapi tim-tim yang bermain bertahan dan menutup ruang gerak lawan. Saya tahu ini akan menjadi pertandingan yang menyulitkan karena Juventus adalah tim yang hebat.

Fisik kami terkuras di babak kedua, dan ini adalah sesuatu yang harus dibenahi oleh tim. Kami akan bekerja untuk memperbaiki ini saat international break. Saya mengenal pemain-pemain saya dengan lebih baik, karena saya belum mengenal mereka semua dengan baik. Saya baru menangani tim ini selama dua hari, jadi saya mencoba mempelajari pemain-pemain saya. Drogba sangat luar biasa malam ini, dan sejujurnya saya tidak menyangka dia akan bermain sebagus ini. Ia bermain sangat hebat.”

Mancini dan Galatasaray selanjutnya akan menghadapi dua laga melawan FC Copenhagen di Champions League.

Another Juve, Another Result

Dari UEFA Youth League, tim primavera Juventus mampu mengatasi tim muda Galatasaray dengan skor 3-1. Anak-anak asuhan Andrea Zanchetta ini meneruskan rentetan kemenangan mereka setelah kemenangan di ajang Supercoppa Primavera melawan Lazio dan di kompetisi Campionato Primavera melawan Genoa.

Bermain sekitar 2 jam sebelum kickoff antara tim senior mereka, pertandingan Juve Primavera dan tim muda Galatasaray disaksikan oleh Pavel Nedved dan Simone Pepe. Pol Garcia Tena bertindak sebagai kapten memimpin rekan-rekannya di Stadio Gino Pistoni. Salah satunya adalah Emil Audero, kiper jebolan tim Allievi yang memiliki darah Indonesia. Tim muda Juventus juga memainkan formasi 3-5-2 yang diperkenalkan oleh Antonio Conte sejak dua setengah musim terakhir.

Babak pertama berlangsung cukup seimbang, dan Juventus tidak mampu membuka skor. Baru di babak kedua Juventus  bisa membuka keunggulan tepatnya di menit ke-3 babak kedua, ketika Younes Bnuo-Marzouk mencetak gol. Matteo Gerbaudo kemudian menggandakan keunggulan ini melalui tendangan keras dan terukur.

Pemain Galatasaray, Samet Orhan sempat memperkecil ketertinggalan namun Alhassane Soumah mampu memastikan kemenangan Juventus. Ini adalah kemenangan pertama tim primavera di ajang UEFA Youth League, yang sekaligus menempatkan mereka di posisi puncak grup B dengan 4 poin.

Dengan kompetisi Campionato Primavera yang akan memasuki jeda selama bulan Oktober, Juventus akan bisa berkonsentrasi menjelang dua partai melawan tim muda Real Madrid. Madrid sendiri baru memperoleh dua poin hasil dua kali imbang dengan Galatasaray dan Copenhagen.

_________________________________________________________________________________

Hit me @adityaregar and ask.fm/adityaregar.

PS: I honestly still prefer the 3-5-2, but Conte needs to learn to adapt a new system. And quick….


View the original article here

No comments:

Post a Comment