About Me

My photo
have facebook , have twitter

Thursday, October 10, 2013

[Review UCL] Copenhagen 1-1 Juventus: Hilangnya Dua Poin Penting

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Review UCL] Copenhagen 1-1 Juventus: Hilangnya Dua Poin Penting

Memasuki pertandingan ini, Juventus sangat diunggulkan untuk mengambila tiga angka penuh. Copenhagen sudah bukanlah tim yang sekuat tim musim 2010/11 dimana mereka berhasil melaju ke babak 16 besar UEFA Champions League. Tim yang sekarang telah kehilangan beberapa pemain terbaiknya dan beberapa kali mengalami pergantian pelatih. Pelatih yang sekarang, Stale Solbakken, baru kembali ke Copenhagen setelah resign di akhir musim 2010/11 dan selama dua tahun terakhir telah mencoba tiga pelatih lain yang semuanya gagal.

Di kompetisi dalam negri, Copenhagen berada di zona degradasi karena permainannya yang belum kunjung membaik. Maka tidak heran, para pengamat memprediksi Copenhagen akan selalu kalah dalam enam pertandingan grup UCL ini.

Namun, begitu peluit berbunyi, kenyataan berbicara lain. Copenhagen bermain luar biasa dengan pressing tinggi dan bertahan sebagai satu kesatuan unit dengan two banks of four.

Picture1

Selain itu, mereka bertahan sebagai satu unit dan jarak antara satu bagian dengan bagian lain sangat sempit, sekitar sepertiga lapangan.

Picture2

.

Picture3

Dari dua gambar di atas, bisa dilihat pemain-pemain Copenhagen tetap mempertahankan jarak vertikal begitu pemain-pemain Juve menusuk masuk. Pressing dan garis pertahanan tinggi ini menyerupai apa yang diterapkan oleh tim super Milan di masa Arrigo Sacchi yang merajalela di Eropa dan Dunia di akhir 1980an dan awal 1990an.

Dilain pihak, pelatih Antonio Conte mengandalkan bola-bola lambung yang mengarah ke belakang pertahanan Copenhagen, mungkin untuk menyimpan tenaga. Otomatis, Arturo Vidal dan Paul Pogba harus didorong ke depan supaya umpan-umpan tersebut lebih efektif. Sayang, taktik ini gagal menciptakan peluang dan justru Juve malah kebobolan.

Picture4

Padahal, apabila Vidal-Pogba turun, Juve dapat bermain pass-to-feet yang selama ini menjadi keunggulan mereka dan ini terbukti, dari satu-dua kesempatan yang ada, saat bola sampai ke kaki mereka di tengah, serangan Juve menjadi hidup.

Pemain-pemain Juve kurang cepat menanggapi hal ini sehingga di menit ke-14, melalui sebuah kegagalan dalam mengantisipasi tendangan bebas dari sisi kiri pertahanan, gawang Gianluigi Buffon harus kebobolan. Copenhagen 1-0 Juventus.

Setelah unggul, Copenhagen tetap mempertahankan pressing tinggi dan ke-compact-an unit sehingga mempersulit Juve untuk menembus pertahanan Copenhagen.

Walau begitu, kualitas Copenhagen yang biasa-biasa saja membuat Juve tetap bisa mendapatkan peluang emas. Di menit ke-21, sebuah serangan yang dibangun di sisi kanan diakhiri dengan crossing Vidal ke tengah. Bola gagal diantisipasi pemain-pemain belakang Copenhagen dan Giorgio Chiellini dengan bebas menyudul bola ke gawang. Sayang, bola mengarah ke kiper Johan Wiland dan sang kiper melakukan penyelamatan gemilang.

Dari sepak pojok hasil penyelamatan tersebut, kembali kemelut terjadi di gawang Copenhagen dan bola jatuh di kaki Pogba. Sayang, Pogba juga menembak ke arah Wiland dan berhasil diselamatkan dengan lututnya. Dua kesempatan emas terbuang karena bola diarahkan ke kiper yang juga bermain luar biasa.

Akan tetapi, kedua peluang emas ini tercipta secara acak dan bukan sesuatu yang sengaja dibangun. Dari sisi taktik, Juve gagal menembus pertahanan Copenhagen yang sebenarnya memiliki kualitas biasa-biasa saja.

Saat bertahan, pemain-pemain Juve tidak melakukan pressing dan hal ini memudahkan Copenhagen untuk mengalirkan bola. Sepertinya, pemain-pemain kita sengaja menyimpan tenaga untuk babak kedua. Memang, sulit untuk terus dapat melakukan pressing selama 90 menit.

HT: Copenhagen 1-0 Juventus (Cop: 14' Jorgensen).

Di babak pertama ini, Solbakken unggul taktik dengan menggunakan pressing tinggi dan pertahanan compact antar lini. Taktik Conte yang memainkan bola-bola lambung terbukti tidak efektif. Saat bertahan, Juve juga tidak melakukan pressing sehingga Copenhagen cukup leluasa memainkan bola.

***

Conte menyadari kesalahan ini dan di 10-15 menit terakhir babak pertama, Juve lebih sering bermain pass-to-feet dan permainan menjadi lebih baik dan ini berlanjut ke babak kedua.

Dan kesabaran Juve membuahkan sebuah peluang emas di menit ke-52. Setelah bola diputar ke sana-sini, akhirnya Pirlo melepas umpan lambung ke depan dan Carlos Tevez lepas dari perangkap offside. Sayang, tendangannya mengarah langsung ke kiper dan Wiland menyelamatkannya dengan kaki kirinya.

Di menit ke-54, akhirnya Copenhagen membuat kesalahan. Empat bek mereka tertarik ke tengah oleh pergerakan Fabio Quagliarella, Tevez dan Pogba yang naik dan sayap kanan mereka lalai mengikuti pergerakan Federico Peluso yang menusuk dari sisi sayap.

Picture5

Peluso yang bebas, dengan leluasa melepaskan umpan tarik mendatar ke tengah dan Quagliarella dengan tenang menyelesaikan umpan ini (dan TIDAK mengarah ke kiper!) GOAL! Copenhagen 1-1 Juventus.

Setelah gol ini, perlahan tapi pasti Juve mendominasi permainan dengan permainan pass-to-feet dan perlahan-lahan membongkar pertahanan two banks of four milik Copenhagen.

Di menit ke-59, Peluso kembali lepas dengan cara yang kurang lebih sama dengan saat gol Quagliarella (bek –> Tevez –> Peluso –> Penerima Umpan) terjadi namun kali ini, Stephan Lichtsteiner yang bebas menerima umpan gagal menembak bola ke arah gawang. Gagal-lah peluang emas Juve.

Di menit ke-61, permainan passing Juve membuat Pirlo lepas di depan kotak penalti lawan dan dia melakukan tendangan langsung ke gawang. Sayang Wiland kembali sigap. Bola yang muntah sebenarnya berhasil disambar Lichtsteiner di samping tetapi umpannya ke tengah tidak akurat sehingga peluang bagus kembali sirna.

Di menit ke-64, sebuah serangan yang dibangun berhasil sampai ke kaki Lichtsteiner di sayap kanan. Umpan tariknya sampai di kepala Quagliarella namun sayang, bola sundulannya hanya mengenai mistar gawang!

Akan tetapi, di menit ke-73, Conte melakukan pergantian pemain yang menurut penulis, mengherankan. Peluso yang bermain baik dan di babak kedua berkali-kali lepas di sayap kiri, digantikan oleh Paolo De Ceglie. Dengan pergantian ini, Juve kehilangan serangan dari sisi kiri.

Di menit ke-76, Pogba di tengah melepas umpan lambung ke Quagliarella yang kemudian menyundulnya ke arah Vidal yang menusuk masuk ke kotak penalti. Bek kiri Copenhagen gagal mengikuti pergerakannya tetapi sayang, satu lawan satu dengan Wiland, Vidal gagal menyarangkan bola dan tembakannya hanya mengenai kaki kiper Copenhagen tersebut.

Di menit ke-77, sebuah serangan Lichtsteiner di sayap kanan menciptakan peluang bagi Tevez, yang kemudian melepaskan tembakan langsung ke gawang. Namun kembali, Wiland kembali dapat mengantisipasi hal ini dan melakukan penyelamatan.

Namun setelah ini, peluang-peluang bagus tidak tercipta lagi terutama karena Juve kehilangan Peluso di kiri dan Quagliarella di jantung pertahanan Copenhagen. De Ceglie dan Sebastian Giovinco tidak dapat menggantikan peran mereka.

FT: Copenhagen 1-1 Juve (Cop: 14' Jorgensen; Juv: 54' Quagliarella).

Copenhagen_Juve_Stats

***

Copenhagen (4-4-2): Wiland; Jacobsen, Mellberg, R Sigurdsson, Bengtsson; Bolanos (79' Toutouh), Claudemir (85' Margreitter), Delaney, Braaten; Adi (69' Gislason), N Jorgensen.

Juventus(3-5-2): Buffon; Bonucci, Ogbonna, Chiellini; Lichtsteiner (85' Isla), Vidal, Pirlo, Pogba, Peluso (73' De Ceglie); Quagliarella (76' Giovinco), Tevez.

***

Menurut penulis, taktik memainkan bola lambung di babak pertama kurang tepat karena walau tim dapat menyimpan tenaga tetapi sebaliknya, Juve kebobolan karena pressing tinggi Copenhagen yang membuat Juve tertekan.

Di babak kedua, permainan pass-to-feet perlahan-lahan membongkar pertahanan Copenhagen dan pressing tinggi dan compactness mereka di babak pertama menghabiskan energi mereka. Tidak kurang dari enam peluang emas tercipta namun karena tembakan kebanyakan mengarah ke kiper dan Wiland bermain gemilang, Juve gagal menambah gol.

Dari sisi pergantian pemain, begitu Peluso dan Quagliarella ditarik keluar untuk digantikan De Ceglie dan Giovinco, serangan kiri Juve “mati” dan Juve kehilangan pemain di dalam kotak penalti yang terus bergerak. De Ceglie bermain buruk dan Giovinco lebih banyak bermain di luar kotak penalti.

Kalau saja Peluso bisa dipertahankan dan Fernando Llorente yang masuk menggantikan Quagliarella, ceritanya bisa lain. Namun walau begitu, pertandingan ini membuktikan bahwa tidak ada pertandingan mudah di Champions League dan Juve harus berusaha maksimal selama 90 menit. Tidak maksimal, poin hilang.

Mudah-mudahan di pertandingan berikutnya, Juventus-Galatasaray, Juve dapat mengambil hikmah dari pertandingan ini dan mengambil tiga poin yang sangat penting. Forza Juve!!!


View the original article here

No comments:

Post a Comment