About Me

My photo
have facebook , have twitter

Thursday, October 10, 2013

[Review Serie A Giornata 06] Torino 0-1 Juventus: Antara Fakta dan “Kontroversi”

You Are Here: Home » All Articles, Match Review » [Review Serie A Giornata 06] Torino 0-1 Juventus: Antara Fakta dan “Kontroversi”

Another Juve win, but sadly, another controversy. Ya, demikianlah inti berita dari kebanyakan media-media di Italia. Juve memang lagi-lagi menang, tapi dengan kontroversi. Tetapi apakah memang benar begitu? Atau kembali, beberapa “jurnalis” hanya mementingkan berita bombastis untuk mengejar oplah dan mengesampingkan fakta dan konteks? Mari kita lihat.

Torino menurunkan pemain-pemain terbaiknya dalam skema 3-5-2 milik pelatih Giampiero Ventura: Padelli; Glik, Rodriguez, Moretti; Darmian, Brighi, Vives, Kaddouri, D’Ambrosio; Immobile, Cerci.

Dilain pihak, pelatih Juve Antonio Conte mengistirahatkan Andrea Pirlo supaya regista kita ini fresh dalam menghadapi Galatasaray hari Rabu (Kamis dini hari) ini. Mirko Vucinic, yang masih belum 100% karena memar di lututnya, juga diistirahatkan. Akan tetapi selain mereka, semua pemain inti bermain dalam formasi 3-5-2: Buffon; Barzagli, Bonucci, Chiellini; Lichtsteiner, Vidal, Pogba, Marchisio, Asamoah; Giovinco, Tevez.

Paul Pogba mengambil alih posisi Pirlo tetapi tidak bermain sebagai regista, melainkan seorang defensive midfielder (DM) sedangkan Sebastian Giovinco mengantikan Vucinic tanpa merubah fungsi.

***

Sejak pertandingan dimulai dan sepanjang babak pertama, terlihat jelas tujuan Ventura yang menaruh 10 pemain di belakang bola untuk menghadapi delapan pemain Juve (dengan Giorgio Chiellini maju ke depan dan meninggalkan Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli dan Leonardo Bonucci di belakang).

08Juve_vs_10Toro

Memang, cara inilah yang selalu ditempuh tim-tim provinsial saat menghadapi Juve musim ini. Mereka mencari hasil imbang dan mencoba untuk memaksimalkan kesalahan pemain Juve, seperti yang dilakukan oleh Sampdoria, Verona dan Chievo. Mereka telah mempelajari saat Juve menaklukkan Lazio (dua kali dengan skor 4-0 dan 4-1), dimana Lazio yang mencoba bermain lebih menyerang dan terbuka justru kecolongan oleh kelalaian pemain tengah mereka dalam menjaga pemain tengah Juve, terutama Arturo Vidal.

Malam, ini giliran Vidal yang bermain tidak sebaik biasanya.

Seperti biasa, Juve memegang kendali pertandingan tetapi di menit ke-19, Claudio Marchisio terpaksa melakukan pelanggaran profesional terhadap Ciro Immobile karena kalau sampai Immobile lepas, tiga pemain Torino akan berhadapan dengan tiga bek Juve. Berbahaya.

Min19_Marchisio_Foul01

Hal ini terjadi karena Vidal terlambat turun sehingga Pogba harus menutup lubang yang ditinggalkannya dan akibatnya, Immobile kemudian masuk ke lubang yang ditinggal oleh Pogba. Kartu kuning untuk Marchisio.

Di menit ke-25, sebuah serangan Juve yang gagal berhasil sampai di kaki Omar El Kaddouri, yang dengan kecepatannya, berhasil meninggalkan Vidal yang bertugas menjaganya.

Min25_Pogba_Foul

Alhasil, Pogba harus meninggalkan “pos”nya dan datang membantu dengan melakukan pelanggaran terhadap El Kaddouri. Kartu kuning untuk Pogba.

Dari rekaman yang ada, dapat dilihat kedua pelanggaran ini adalah pelanggaran profesional yang memang layak diganjar kartu kuning tetapi bukan pelanggaran yang berbahaya terhadap pemain yang dilanggar.

Akhirnya, di menit ke-33, Juve pun menghasilkan peluang emas. Suatu kesalahan umpan dari Guilermo Rodriguez membuat bola berhasil diserobot Vidal yang kemudian menyodorkannya kepada Carlos Tevez, yang berdua dengan Giovinco tinggal berhadapan dengan satu pemain belakang Torino.

Min33_Tevez_Chance

Sayang, Tevez terlalu lama memegang bola dan umpan lambungnya ke Giovinco pun keburu disambar oleh pemain belakang Torino yang kembali.

Nah, dari sini permainan mulai berjalan dengan lebih cepat dan Torino sedikit kedodoran. Di menit ke-36, berawal dari serangan Torino yang gagal, Juve melakukan serangan balik dengan Tevez memegang bola.

Min36_Immobile_Foul

Sebenarnya keadaan tidak terlalu berbahaya bagi Torino mengingat Giovinco dijaga dua pemain Torino dan pemain ketiga pun masih dapat menghalangi Tevez. Namun, sepertinya reputasi Tevez membuat Immobile panik dan diapun melakukan diving tackle dari belakang! Menurut aturan yang berlaku, diving tackle dari belakang otomatis harus diganjar kartu merah tetapi sayang, wasit salah mengambil keputusan dan hanya meng-kartukuningkan Immobile.

Bisa dilihat, kartu kuning Marchisio dan Pogba sangat berbeda dengan kartu kuning Immobile, dimana Marchisio melakukan tekel dengan berdiri dan Pogba menekel dari samping. Walau Immobile kemudian mencoba membenarkan keputusan wasit yang salah ini, seluruh pengamat di Italia sepakat bahwa pelanggaran itu seharusnya kartu merah.

Walau Tevez kemudian kembali ke lapangan, waktu yang tersisa di babak pertama ini tidak cukup untuk mengubah keadaan. HT: Torino 0-0 Juventus.

Dari babak pertama ini, tampak jelas ketidaktajaman kedua wingback kita, Stephan Lichtsteiner dan Kwadwo Asamoah, sehingga serangan dari sayap tumpul dan tidak berkembang. Di tengah, seperti biasa Tevez bermain ngotot di separuh lapangan lawan namun begitu bola sampai di kaki Giovinco, alur terhenti. Lemahnya kekuatan tubuh bagian bawah (lower-body power) membuat Giovinco sering terjatuh atau memerlukan waktu terlalu lama untuk mengolah bola.

Selain itu, di RCM Vidal juga tidak seganas biasanya dan Juve juga kehilangan daya gedor Pogba, dimana pemain muda Prancis ini lebih banyak menjaga kedalaman di tengah. Marchisio yang mengisi posisi LCM tidak mempunyai daya gedor sebaik teman setimnya tersebut. Di lapangan tengah, hanya Pogba yang bermain baik.

Namun diluar semua masalah tersebut, ada satu kabar baik: Untuk pertama kalinya dalam lima pertandingan terakhir, Juve tidak tertinggal lebih dulu sehingga kerja di paruh kedua bisa sedikit lebih ringan.

***

Tidak terjadi pergantian pemain seusai turun minum akan tetapi lima menit memasuki babak kedua, Conte melakukan sedikit perubahan. Dia menukar tempat Pogba dan Vidal dengan tujuan untuk memanfaatkan daya gedor Pogba, yang bermain baik di babak pertama. Vidal yang kurang baik, ditaruh di tengah dan lebih difokuskan untuk melapis para pemain bertahan dan mengalirkan bola dari tengah.

Dan hasilnya langsung terlihat. Dengan Vidal menjaga kedalaman, Marchisio lebih leluasa menyerang dan di menit ke-51, sebuah pergerakan di kanan membuat Giovinco lepas dan memberi umpan kepada Marchisio yang menusuk masuk. Kombinasinya dengan Tevez membuat Giovinco yang terus menusuk masuk lepas satu lawan satu dengan kiper Daniele Padelli namun sayang, Giovinco justru menembak ke arah kiper sehingga bola pun mental keluar.

Dari sini tekanan tidak berhenti dan akhirnya, di menit ke-54, sebuah tendangan penjuru Giovinco, hasil dari tusukan Pogba ke dalam sisi kanan kotak penalti, berhasil ditanduk mulus oleh Bonucci ke arah tiang jauh. Jalannya bola ternyata mengarah ke posisi Tevez yang menanduk ke gawang kosong. Sayang hanya membentur mistar tetapi pantulannya langsung dimanfaatkan Pogba, juga dengan tandukan, kembali ke gawang kosong. GOL JUVE!!! 1-0.

Akan tetapi, dari sini muncul kontroversi. Tevez ternyata berdiri dalam posisi offside saat Bonucci menanduk bola ke arahnya.

Min54_Pogba_Goal01a

Dari gambar di atas memang tampak Tevez berdiri sedikit di depan Salvatore Masiello yang menjaganya namun tampak jelas juga, dengan Tevez dan Masiello menempel begitu ketat, posisi penjaga garis tidak memungkinkan untuk melihat selisih posisi Tevez dan Masiello. Selain itu, gambar di bawah memperlihatkan sesuatu yang lain.

Min54_Pogba_Goal00

Sesaat sebelum bola sampai di kepala Bonucci, tampak Tevez dan Masiello menempel sangat ketat. Hal ini mungkin tidak terlihat mengingat semua wasit memperhatikan kebanyakan peman disekitar Bonucci, dimana juga terdapat beberapa pemain yang menempel sangat ketat. Akan tetapi kalau kita perhatikan lebih lanjut…

Min54_Pogba_Goal02

… ternyata Masiello melakukan pelanggaran dengan menahan pergerakan Tevez yang maju menuju gawang. Menurut aturan, ini jelas penalti tetapi sayang, kembali posisi para wasit tidak ada yang dapat melihat hal ini.

Tidak berhenti disini, di menit ke-64 kembali “kontroversi” terjadi. Marchisio yang mengejar bola melakukan sliding tackle dari samping yang tidak mengenai kaki Giuseppe Vives namun pemain Torino ini melakukan aksi diving seolah-olah terlanggar keras oleh Marchisio. Untunglah wasit tidak terkelabui namun tekel ini kembali dipakai sebagai alasan oleh Immobile bahwa tekelnya ke Tevez dan tekel Marchisio ke Vives adalah sama.

Sepertinya, buat Immobile, tekel samping = tekel belakang dan diving = cap pergelangan kaki.

Tevez_Ankle_After_Immobile_Tackle

Melihat Marchisio tinggal “selangkah lagi” untuk mendapatkan kartu kuning kedua dan otomatis kartu merah, Riccardo Meggiorini yang baru masuk di menit ke-68, mencoba memanfaatkan situasi. Di menit ke-71, atau hanya kurang dari tiga menit sejak dia masuk, Meggiorini meninju Marchisio dari belakang!

Jelas, suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk memancing emosi Marchisio dan apabila terlihat wasit, bisa dipastikan Meggiorini akan terkena kartu merah.

Apabila memang para media Italia mau melihat fakta dan bukan kontroversi, memang Tevez offside menjelang gol Pogba tetapi Masiello melakukan pelanggaran terhadap Tevez sebelumnya dan seharusnya Torino diganjar penalti. Selain itu, Torino juga pantas diberikan dua kartu merah masing-masing kepada Immobile dan Meggiorini.

Sayang, offside Tevez-lah yang akan diangkat, terutama oleh para media dan fans anti-Juve, dan justru fakta-fakta di atas cenderung diabaikan. Sungguh persaingan yang tidak sehat. Fakta diabaikan demi menjatuhkan dan memenuhi nafsu antipati terhadap suatu klub tertentu. Jangan-jangan inilah wajah Italia yang sebenarnya?

Dengan masuknya Meggiorini menggantikan El Kaddouri, Ventura mengubah formasi menjadi 3-4-3 dan tidak lama kemudian, tepatnya di menit ke-74, Conte mengantisipasi hal ini dan memasukkan Padoin untuk menggantikan Asamoah. Formasi pun bergeser menjadi 4-3-3 (atau sebenarnya lebih mirip dengan 4-5-1 dengan Padoin berfungsi sebagai sayap kanan dan Giovinco turun ke sayap kiri) dengan tujuan untuk menjaga sayap-sayap Torino.

Begitu Torino keluar menyerang, Juve bermain jauh lebih baik dan peluang-peluang pun berdatangan melalui Vidal, Vucinic yang masuk menggantikan Giovinco, dan Tevez namun sayang, tidak ada yang menghasilkan gol. Walau begitu, Juve tetap dengan nyaman memimpin pertandingan dan pertandingan pun berakhir tanpa Torino dapat mengarahkan satu tembakan pun ke gawang Juve.

Picture1

FT: Torino 0-1 Juventus (Juv: 54' Pogba).

Torino (3-5-2): Padelli; Glik, Rodriguez (46' S. Masiello), Moretti; Darmian, Brighi, Vives (86' Fernarud), El Kaddouri (68' Meggiorini), D’Ambrosio; Immobile, Cerci.

Juventus (3-5-2): Buffon; Barzagli, Bonucci, Chiellini; Lichtsteiner, Vidal, Pogba, Marchisio, Asamoah (74' Padoin); Giovinco (77' Vucinic), Tevez (90+1' Quagliarella).

***

PLAYERS RATING

Buffon: s.v. Salah satu pertandingan termudah Buffon sepanjang karirnya.

Barzagli: 7. One key pass, 68 passes, 93% pass accuracy, one tackle, one interception, one clearance, 14 long balls, 13 (!) accurate long balls. Dengan minimnya serangan Torino yang berbahaya, Barzagli memanfaatkan waktu luangnya dengan sedikit “bergaya” Pirlo. Ternyata Barzagli juga mempunyai kemampuan umpan lambung jarak jauh yang akurat! Luar biasa.

Bonucci: 6.5. One key pass, 45 passes, 93% pass accuracy, six long balls, five accurate long balls, one tackle, one interception, one clearance. Sama seperti Barzagli, tidak banyak dipanggil tugas untuk bertahan. Bonucci malah sekali berhasil melakukan dribbling menusuk ke final third-nya Torino. Kalau dia dapat terus mengasah kemampuan ini, baik dari segi efisiensi dan timing, ini bisa menjadi salah satu senjata mematikan.

Chiellini: 6.5. 58 passes, 91% pass accuracy, three long balls, two accurate long balls, one tackle, three interceptions, one clearance. Tampak jelas, tanpa Pirlo, ketiga CB kita mengemban sebagian tugasnya dalam mengirim umpan lambung panjang ke depan/samping/sayap dan tampaknya mereka dapat melakukannya dengan baik. Satu skill tambahan yang semakin terasah dibawah bimbingan Conte. Akan sangat berguna dalam setiap pertandingan.

Lichtsteiner: 5.5. 40 passes, 88% pass accuracy, four crosses, one accurate crosses, one tackle. Setelah bermain luar biasa saat mengalahkan Lazio di SuperCoppa Italiana, Lichtsteiner belum dapat mendekati lagi permainan terbaiknya tersebut. Permainan lugas tanpa lelahnya memang masih mencolok tetapi sejauh ini, efektifitas dalam penyerangan belum terlihat di Serie A. Apakah faktor umur (29 tahun Januari kemarin) mulai berpengaruh? Sudah bukan menjadi rahasia bahwa menjadi seorang wing back dalam skema Conte memerlukan kerja dan stamina luar biasa.

Vidal: 5.5. 44 passes, 82% pass accuracy, two tackles. Permainan yang tidak biasanya dari El Guerrero kita. Tidak melakukan tekel sebanyak biasanya dan terutama, pergerakannya juga tidak semantap biasanya. Apakah dia sengaja menyimpan tenaga untuk Galatasaray? Untunglah Pogba bermain baik.

Pogba: 7.5. Man of the Match. One goal, 46 passes, 83% pass accuracy, four long balls, four accurate long balls, seven tackles. Bermain di posisi Pirlo dan di depan barisan pertahanan, Pogba dengan baik memutus semua serangan yang masuk ke daerahnya dan membantu Vidal dan Marchisio menjaga daerah mereka. Begitu Conte menaruhnya di posisi RCM, Pogba langsung mendapatkan sepak pojok yang berbuah menjadi satu-satunya gol dalam pertandingan ini. Jangan heran apabila Pogba menjadi pemain terbaik Juve dalam 1-2 tahun ke depan.

Marchisio: 6.5. Two key passes, 40 passes, 90% pass accuracy, 2 long balls and 2 accurate long balls, three tackles. Marchisio bermain cukup baik di pertandinga penuh keduanya setelah kembali dari cedera. Permainan offensifnya lebih berkembang setelah Pogba dan Vidal bertukar posisi dan memungkinkannya untuk lebih sering menusuk ke dalam kotak penalti lawan. Musim ini, MVPP akan menjadi sektor penentu kita di Serie A dan Champions League.

Asamoah: 5.5. Two key passes, 21 passes, 90% pass accuracy, three crosses, zero accurate crosses, one tackle. Sama seperti Lichtsteiner, baik dalam bertahan tetapi sangat tidak efektif dalam menyerang. Asamoah perlu memperkaya permainannya apabila ingin terus menjadi starting LWB bagi Juventus.

Padoin: 6. Masuk di menit ke-74 menggantikan Asamoah. One key pass, eight passes, 88% pass accuracy, one cross, one accurate cross. Menurut penulis, menjalankan tugasnya dengan sangat baik dalam menjaga sayap kanan dan bahkan sempat memberikan satu umpan tarik akurat.

Giovinco: 5.5. Three key passes, one shot, one shot on target (goalkeeper’s leg), one successful dribble, 20 passes, 80% pass accuracy, one (!) tackle. Menurut penulis, lower-body strength-nya tidak memadai untuk bermain dalam skema possession football. Tinggi badan tidak menjadi masalah, tetapi Maradona, Messi dan bahkan seorang Fabrizio Miccoli mampu tidak kehilangan bola berkat lower-body strength-nya yang luar biasa, menutupi kekurangan mereka dalam hal tinggi badan. Selain itu, walau memiliki skill tendangan bebas (dan sepak pojok) yang sangat baik, kemampuannya dalam menyelesaikan peluang di dalam kotak penalti masih harus ditingkatkan.

Vucinic: 6. Masuk di menit ke-77 menggantikan Giovinco. Two shots, two shots on target. Hampir mencetak gol apabila Padelli terlambat bereaksi. Pergerakannya cukup baik tetapi terlalu sedikit waktu untuk berkontribusi.

Tevez: 6.5. One key pass, five shots, one shots on target, one successful dribble, 26 passes, 85% pass accuracy, zero tackles. Penyerang terbaik kita ini perlu seorang partner yang cocok di depan. Sejauh ini, baru Vucinic yang mampu bekerjasama dengan baik dengannya. Walau begitu, permainannya sangat mengganggu lawan dan gaya permainannya yang direct (dan efektif) memberikan warna baru dalam penyerangan Juve.

Quagliarella: s.v. Masuk di menit ke-90+1 menggantikan Tevez.

***

Tidak adanya pemain-pemain Juve yang memiliki kecepatan diatas rata-rata atau umpan akurat di sepertiga terakhir pertahanan lawan (final third) membuat para lawan, terutama tim-tim provinsial, menurunkan formasi yang sama dengan Juve, 3-5-2, dan menaruh hingga 10 pemain di belakang bola.

Di lain pihak, Conte juga menyadari hal ini dan seperti umumnya saat terjadi dua tim memainkan formasi yang sama, tim yang memiliki pemain dengan kualitas skill individu yang lebih baiklah yang memiliki peluang menang lebih besar.

Namun sayang, tidak seperti saat Asamoah menjadi penentu gol penyama kedudukan saat melawan Inter Milan, pemain-pemain unggulan Juve seperti Asamoah, Stephan Lichtsteiner, trio MVP di tengah dan duo Giovinco-Tevez di depan tidak berada dalam puncak permainan malam tersebut. Giovinco tidak menunjukkan sesuatu yang spesial dan menunjukkan bahwa duo Vucinic-Tevez jauh lebih baik daripada saat dia berpasangan dengan pemain Argentina tersebut. Vidal dan Lichtsteiner yang biasanya merajalela di sisi kanan, kali ini juga tidak bersinar.

Untunglah Pogba bermain baik dan kejelian Conte dalam menukar posisi Pogba-Vidal lima menit memasuki babak kedua sukses besar. Tanpa perubahan ini, kemungkinan Juve hanya membawa pulang satu poin.

Di Januari nanti, penulis berpendapat sangat penting bagi petinggi-petinggi Juve untuk dapat merekrut satu atau bahkan dua orang yang memiliki kecepatan di sayap (mungkin Jonathan Biabiany bisa menjadi opsi yang murah meriah) dan/atau visi dan kemampuan dalam melakukan killer pass di final third lawan. Tanpa kedua hal ini, kemungkinan masih cukup untuk mempertahankan scudetto tetapi rasanya sulit untuk berbicara banyak di kancah Champions League.

______________________________________________________________________________________

“I didn’t choose Juve. Juve chose me.” @dwicarta is just an ordinary guy who happens to bleed black-and-white since Roby Baggio wreaked havoc in 1990 World Cup in Italy. When time permits, he’d like to spend it on hoops and one of his passions: writing. One day he stumbled into juventus.theoffside.com and now here he is: doing his passion on his passion.


View the original article here

No comments:

Post a Comment