About Me

My photo
have facebook , have twitter

Thursday, January 2, 2014

[Kolom Fidanzata] “Andai Aku Beppe Marotta” Part 1

cyndi

Sebut saja ia Cyndi. Gadis cantik asal Taipei yang kutemui secara tidak sengaja tiga bulan yang lalu. Saat itu aku sedang beristirahat dari segala rutinitas. Melalui Twitter aku mencoba menghilangkan segala penat. Membaca timeline para dedengkot Juventus membuatku sangat terhibur. Kecuali, tentu saja, akun si @fidanzata1897. Foto selfie-nya sangat menggangguku. ‘Sok ganteng bener sih ni orang” gumamku pelan.

Tiba-tiba pandanganku tertumbuk pada satu akun yang muncul di timeline-ku. Ia bernama Cyndi. Foto gadis cantik itu membuatku terpana. Namun timeline-nya membuatku pusing tujuh keliling. Deretan huruf-huruf mandarin membuatku sama sekali tidak mengerti. Sampai akhirnya pada tweet-nya ditiga bulan sebelumnya membuatku berkerut. Disitu dia menulis “cape deh bo”. ‘What?!’ batinku. ‘Orang Indo?’ gumamku. Tanpa pikir dua kali aku pun mengikuti akun itu dan berharap diikuti kembali. Hari pun berjalan. Dan ia tetap tidak mengikutiku. Nasib… -_-

Aku? Aku tentu saja bukan seorang kapiten. Sama sekali tidak memiliki pedang panjang. Aku adalah seorang jurnalis muda asal Jakarta. Saat ini aku sangat beruntung ditugaskan meliput talenta-talenta muda di Eropa. Namun satu hal yang membuatku merasa sangat beruntung didunia adalah ketika mendengar perintah Pak Susetyo, pemred dikantorku bekerja, dua bulan yang lalu. “Kris, kamu sekalian ngeliput ke Juventus Stadium ya. Juve-Roma”. Air hangat terasa membasahi celanaku saat itu juga. Itu pipis bahagia namanya.

————————————————————————————————————————————————————

Rue de la Huchette

Saat ini aku sedang di Paris. Duduk manis disebuah kafe dijalan Rue de la Huchette di seberang Katedral Notre Dame yang melintasi Sungai Seine. Suasana sore ini cukup dingin. Winter is coming. Begitu pun dengan jendela transfer kedua. Pikiranku melayang ke Juventus yang memberikan kebanggaan sekaligus kekecewaan sendiri bagiku. Tahun ini Juve mampu merebut Scudetto untuk kedua kalinya. Saat ini pun Juventus sedang mengukir rekor impresif di Serie A. 15 kali menang dari 17 kali pertandingan. Bahkan di 9 pertandingan terakhir, Juve selalu menang, dengan menggelontorkan 23 gol dan hanya menderita satu kebobolan. 46 point. Meninggalkan Roma diposisi 2 dengan perbedaan 5 poin. Sebuah pencapaian yang baik sekali. Juve pun merebut juara paruh musim.

Sayangnya, kehebatan Juve dikancah lokal tidak berbanding lurus dengan kiprahnya dipentas Eropa. Seperti yang kita ketahui bersama saat ini Juve harus puas berlaga di Liga Europa karena kandas dipenyisihan grup Liga Champions. Tidak perlu menuding siapapun kecuali diri sendiri. Begitu tanggapan allenatore Conte seusai pertandingan. Ia benar. Tentu saja tersingkir dikompetisi tertinggi Eropa dengan kondisi lapangan buruk merupakan cara yang menyakitkan. Namun jangan lupa bahwa Juve juga tidak dapat memanfaatkan keadaan diawal-awal kompetisi. Sering membuang peluang dan ceroboh. Sehingga semua ini tentunya wajib menjadi bahan introspeksi bagi skuad Juventus secara menyeluruh. Apalagi pada saat jendela transfer mulai dibuka sebentar lagi

Dari semua variabel introspeksi yang ada, terdapat satu hal yang banyak disorot para pemerhati, khususnya para fans. Hal tersebut adalah penggunaan taktik Conte dikancah Eropa. Pola 3-5-2 dianggap tidak efektif karena dianggap memiliki keterbatasan daya dobrak disisi sayap. Stephan Lichtsteiner dan Kwadwo Asamoah dianggap bukan pemain sayap murni yang mampu mengemban tugas menyisir dan mengacak-acak sisi lapangan serta memberi umpan-umpan lambung seperti layaknya wingers. Sebuah masukan yang masuk diakal. Seperti yang kita ketahui bersama, baik Asamoah maupun Lichtsteiner aslinya memang bukan pemain sayap. Asamoah adalah pemain tengah yang disulap menjadi sayap kiri sementara Lichtsteiner adalah bek kanan yang diminta maju kedepan untuk mengisi sektor sayap. Hasilnya memang tokcer diliga lokal dan dibeberapa pertandingan internasional. 3-5-2 terlihat seperti baja yang sangat kuat dan sulit tertembus. Bayangkan saja, empat pemain berotot otot besi mengisi lini tengah dan didukung oleh otak permainan dibelakangnya. Sangat kuat dan sangat trengginas. Namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa dalam beberapa kesempatan sangat terlihat Juventus seperti kehilangan akal. Jika faktor kreasi telah dikunci (baca: Andrea Pirlo) maka pergerakan Juve sangat mudah ditebak. Gempuran-gempuran Juventus akhirnya mudah dipatahkan dan ujungnya lawan hanya menunggu kesempatan untuk menyerang balik ketika Juventus lengah. Oleh karenanya dalam beberapa pertandingan, khususnya di kompetisi Eropa yang membutuhkan daya dobrak tinggi, Conte terlihat menggunakan formasi 4-3-3. Hasilnya memang cukup menyakinkan. Terlepas dari hasil yang didapatkan, namun secara tim, terlihat Juventus lebih menguasai pertandingan dan sangat ampuh menekan lawan. Perhatikan penampilan menawan Juventus melawan Madrid musim ini. Atau Bayern Munich dikompetisi Eropa musim lalu. Sayangnya, walau penampilannya cukup ciamik, tetap saja Juventus kalah. Kendala kurangnya winger berkualitas dianggap salah satu hal yang harus diperbaiki.

Faktor-faktor tersebutlah yang akhirnya membuat para fans mengharapkan kehadiran seorang (atau dua orang) winger yang mumpuni. Fungsinya jelas untuk menjadi alternatif pemecah kebuntuan. Hal ini sepertinya juga sejalan dengan manajemen Juventus. Dalam beberapa pemberitaan, kita semua sudah mahfum jika Juventus tengah mengincar para pemain sayap. Mulai dari Alessandro Diamanti, Jonathan Biabiany, Luis Nani, Jeremy Menez, Kevin De Bruyne, Erik Lamela sampai dengan Iker Muniain. Siapa yang akan mendarat?

Perlu diperhatikan bahwa Juventus di era Andrea Agnelli ini tidak pernah mengeluarkan budget besar diparuh kedua transfer. Jangan berharap kebijaksanaan tersebut akan tiba-tiba berubah karena penentuan kebijaksanaan selalu telah ditetapkan pada awal musim di Rapat Umum Pemegang Saham (shareholder general meeting). Jadi memang dituntut untuk realistis karena board wajib konsekwen terhadap hal yang sudah disepakati bersama. Oleh karenanya, tidak akan mungkin tiba-tiba Juventus mendatangkan Juan Mata dengan transfer sebesar $ 30 juta atau Robert Lewandowski sebesar $ 20 juta. Semua yang akan datang di jendela transfer musim kedua ini akan berbentuk pinjaman (loan), pinjaman dengan opsi membeli dikemudian hari (loan with an option to buy) atau metode pinjaman dengan kewajiban untuk membeli diakhir musim (loan with an obligation to buy). Jikapun dilakukan pembelian, maka dipastikan jumlahnya tidak akan signifikan dan disertai oleh opsi peminjaman pemain inti ataupun primavera kepada klub penjual.

Namun justru disinilah menariknya permainan transfer ini. Seorang CEO, Sporting Director, coach dan bahkan para scouts wajib mengetahui caranya mendatangkan pemain dengan budget yang terbatas. Ini bukan masalah kaya atau miskin. Ini masalah strategi bisnis. Apalagi Italia sedang kesulitan ekonomi sehingga jelas seorang Beppe Marotta dan timnya harus pintar-pintar menyiasatinya.

————————————————————————————————————————————-

“Aku baru kelar gym“

Tiba-tiba Cyndi mengirimkanku sebuah pesan melalui Twitter setelah sekian lama tidak ada kabar. Ia memang selalu seperti itu. Menghilang seharian dan tiba-tiba muncul. Bergurau dan bercengkrama seakan tidak terjadi apa-apa. Mungkin benar aku terlalu berharap jauh. Mungkin benar aku terlalu delusional sehingga menginginkan hal yang lebih. Tapi aku cuma laki-laki biasa yang menyukai seseorang dan kemudian berharap dapat lebih dekat lagi. Nyatanya? Jangankan ukuran celana dalam atau setidaknya alamat rumah. Ia bahkan tidak memberiku pin bb, wechat atau whatsapp. Jadi selama ini aku hanya bertukar dm di Twitter! ‘Apa-apaan ini?!?!?!’ jerit batinku tak santai.

Dua bulan yang lalu. Hari itu memang hariku yang terbaik. Setidaknya dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Ok, mungkin peringkat kedua setelah hari wisudaku. Tapi yang jelas, hari itu aku benar-benar seperti berada dilangit ketujuh. Setelah mendengar perintah Pak Susetyo bahwa aku dikirim ke Juventus Stadium, aku pun dengan girangnya memberitahu kabar gembira itu keseluruh orang. Termasuk kurir dan para office boy dikantor. Satpam juga. Kemudian sambil berdendang kecil aku membuka pintu kamar kerjaku. Disitu terlihat Adi yang sedang serius bekerja dan Nenden yang sedang tertawa renyah ditelepon. Aku menuju mejaku. Segera membuka Twitter untuk mengabarkan berita gembira ini. Semua orang harus tahu. Termasuk ke 36 teman-temanku di Twitter.

Namun aku memicingkan mata. Ternyata ada 37 teman sekarang. ‘Siapa yang follow ya?‘ batinku sambil melihat notifikasi. Kemudian aku tertegun. Air hangat kembali terasa dicelanaku. Pipis bahagia kedua hari ini.

ejaculate

Aku masih ingat pesan pertamaku ke Cyndi hari itu. ‘Hai…apa kabar? Aku kabar baik lho“. Seketika itu pun aku menyesal. Seharusnya aku bisa lebih cool dari itu. Seharusnya aku bisa lebih pintar dalam mengolah kata-kata. Seharusnya aku malu dengan foto Marchisio yang menjadi avatarku. Penyesalan-penyesalan itu terus terbawa sampai beberapa hari. Sampai akhirnya dihari ketiga aku menerima notifikasi baru.

“Baik juga. You from Jakarta?“

Aku cukup bangga dengan self control-ku saat itu. Mungkin benar saat itu aku berada di Kopaja. Namun tentu aku bisa saja menjerit kegirangan. ‘Cyndi! Dia bales pesan gue. Oh Tuhan!’ Aku kemudian berusaha kembali menenangkan diri ini. Lalu dengan lebih berhati-hati dan dipikirkan berulang kali, aku pun membalas pesannya. Akhirnya kami berbagi pesan seharian itu. Ternyata dia pernah tinggal di Bandung selama 5 tahun mengikuti orangtuanya. Kemudian beberapa tahun belakangan ini kembali ke Taiwan untuk meneruskan sekolahnya. Cyndi ternyata sangat humoris dan baik hati. Terlepas bahwa ia tertarik untuk mengikutiku karena berpikir Marchisio adalah aku (ia mengakuinya) namun ternyata ia juga suka chatting karena aku lucu (Ia mengakuinya juga. Sumpah ga boong). Akhirnya, sebulan terakhir kami habiskan dengan ber-chatting ria sampai larut malam. Lama-lama aku semakin suka dengan dia. Sayangnya ia selalu menjaga jarak denganku….

————————————————————————————————————————————————

Lamunan itu tersentak ketika pesananku tiba. Croissant itu nampak sangat menggoda. Harum dan hangat. Aku menikmatinya dengan pelan dengan pandangan yang tidak terlepas pada satu figur di laptop-ku. Iker Muniain. Pemain muda berusia 21 tahun asal klub Fernando Llorente yang sudah mencuri perhatian sejak ia berusia 16 tahun. Saat itu ia sudah diprediksi akan menjadi bintang besar. Ia tercatat sebagai pemain termuda yang mencetak gol di divisi utama liga Spanyol pada umur 16 tahun 289 bulan.

“Bart Simpson” begitu ia dijuluki oleh teman-teman satu timnya, bahkan sudah dipercaya menjadi pemain inti di Bilbao pada tahun 2011 yang lampau. Statistiknya pun sangat baik. Suatu hal yang sangat jarang ditemui oleh pemain-pemain muda sepertinya.

Iker 2011

Saat ini Muniain semakin berkembang. Ia tetap dipercaya sebagai pemain inti dan telah tampil sebanyak 15 kali dengan menyumbang 3 gol serta 2 assist selama ini. Posisi Muniain sendiri sangat pas bila ditempatkan disisi kiri lapangan dengan sistem 3 striker. Jika ia didatangkan oleh Juventus, tentu ia akan bersaing dengan Tevez atau Giovinco yang memang memiliki jatah sebagai striker gantung dikiri. Kehebatan pria bertinggi 169 cm ini dalam menyisir sisi kiri lapangan memang sudah tidak diragukan lagi. Bahkan pada awal Desember yang lalu, Munianin menjadi Man of the Match dengan mengacak-acak sisi kanan Barcelona dan berhasil mencetak satu-satunya gol kegawang Jose Pinto.

Bilbao

Satu hal yang menarik, kontrak Muniain akan habis musim depan. Dengan pengalaman Fernando Llorente yang dicaplok Juventus dengan gratis, tentu saja hal ini sangat dihindari oleh pihak manajemen Bilbao. Disinilah celah bagi Marotta untuk mendatangkan Munian dengan murah. Namun sayangnya, hal ini bagai punuk merindukan bulan. Secara terang-terangan President Bilbao, Josu Urrutia, menyatakan bahwa Muniain hanya akan dilepas sesuai dengan release clause yang tercantum dalam kontraknya saat ini yaitu € 38 juta. Mungkinkah Juventus berani menginvestasikan uang sebesar itu?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, rasanya hal tersebut sangat mustahil bila terjadi. Menggelontorkan uang sebesar itu diparuh musim transfer kedua untuk seorang pemain yang sisa kontraknya hanya setengah musim lagi tentu suatu langkah yang amat ceroboh. Oleh karenanya, nama Muniain untuk bulan Januari ini layak dicoret. Namun tunggu musim depan. Mari berharap wonderkid yang juga teman lamanya Llorente ini dapat bergabung dengan skuad Juventus.

Lalu siapa kira-kira winger yang patut bergabung dengan Juventus dibulan Januari ini? Nama Alessandro Diamanti terus bergaung dikepalaku. Seorang target yang sangat masuk diakal. Berkualitas, pintar memasak dan rajin menabung.

Ok now seriously. Dia memang berkualitas terutama kaki kirinya yang menyerupai seorang Juninho Pernambucano. Bukan itu saja, ini justru yang terpenting, dia disinyalir mau menerima status sebagai pemain cadangan mengingat umurnya yang sudah menginjak kepala tiga. Harganya pun masih terjangkau yaitu sekitar $ 10 juta (negotiable). Variabel ini sangat win-win solution bagi banyak pihak. Diamanti dapat menutup karirnya disebuah klub besar yang menjanjikan banyak gelar sementara Bologna bisa mendapatkan fulus yang bagus untuk diinvestasikan ke pemain yang lebih muda. Juventus sendiri juga mendapatkan keuntungan ganda. Juve bisa berhemat dan menyekolahkan talenta-talenta mudanya di Bologna (jika skema pembelian dapat dilakukan dengan uang dan meminjamkan pemain muda). Namun satu hal yang paling penting, Juve bisa mendapatkan cadangan berkualitas dan tidak perlu secara drastis merubah skema 3-5-2 secara tiba-tiba. Bayangkan jika Juventus mendapatkan Muniain saat ini. Tentu saja Muniain akan menuntut bermain dan mau tidak mau tim harus konsekwen serta mengakomodir pemain ini karena telah mendatangkannya dengan harga mahal.

Tapi layakkah Diamanti berbaju Juventus?

Diamanti

Tentu saja. Ia tentu saja tidak memiliki kharisma kegantengan para Alessandro yang lain. Wajahnya biasa saja. Rambutnya…ya biasa juga. Tapi kakinya, apalagi kaki kirinya, sangatlah dahsyat. Perhatikan video dibawah ini:

Jika ia didatangkan, tentu ia bisa menjadi pelapis Carlos Tevez yang sangat mumpuni. Atau bahkan memberikan alternatif yang sempurna jika Conte memutuskan untuk bermain dengan pola 4-3-3. Kemudian jika musim depan datang, ia bisa menjadi mentor yang baik bagi Manolo Gabbiadini, Domenico Berardi dan Simone Zaza untuk menjadi striker sayap yang berkualitas. Oleh karenanya, untuk saat ini, secara objektif nampaknya Diamanti-lah yang akan datangkan ke Juventus.

Selain Diamanti, target realistis Juve sebenarnya adalah Jonathan Biabiany. Harganya cukup terjangkau (kurang lebih $ 8 juta) dan berposisi sebagai sayap kanan di skema 4-3-3. Ia juga disinyalir tidak akan keberatan untuk menjadi cadangan terlebih dahulu mengingat ia bukan pemain inti Perancis yang akan tampil di Brazil. Kelebihannya yang lain adalah speed-nya yang diatas rata-rata. Tidak banyak yang tahu jika sebenarnya dia mempunyai catatan lari secepat 11.03 detik untuk 100 m. Bandingkan dengan Theo Walcott (10,6) yang digadang-gadang sebagai atlet sepakbola tercepat didunia dan sangat diminati Conte.

Banyak potensi Biabiany yang dapat diolah dan dipoles Conte terutama kecepatannya. Hal ini yang rasanya dicari-cari oleh Conte selama ini. Dulu ia sangat menginginkan para pelari cepat model Theo Walcott dan Victor Ibarbo (10,5 detik untuk 100 m). Jadi sangat wajar jika ia menginginkan Biabiany.

Biabiany juga mirip dengan Paul Pogba. Bermain untuk Perancis namun mempunyai darah Guadaloupe. Jika ia bergabung maka tentu akan memotivasi dirinya untuk terus melecut penampilannya agar dapat tampil di timnas Perancis bersama Pogba.

Oleh karenanya, variabel-variabel tersebut diatas terlihat sangat cocok satu sama lain dan Jonathan Biabiany juga mempunyai peluang yang cukup besar untuk bergabung dengan Juve dijendela transfer paruh kedua musim ini. 

————————————————————————————————————————————————

Manusia berhak mempunyai mimpi. Berhak untuk memiliki keinginan. Hanya Tuhan yang memiliki hak prerogatif untuk mem-veto mimpi kita. Dasar pemikiran itulah yang membuat para fans terus bermimpi untuk melihat pemain bintang untuk berkostum Juventus. Bermimpi agar sayap Juventus bisa dihuni kembali oleh winger sekelas Pavel Nedved atau Mauro Camoranesi. Banyak yang mengidamkan sosok Fabio Coentrao atau Angel di Maria yang mulai kehilangan tempat di Madrid. Namun banyak juga yang membuka tangan untuk Luis Nani dan Jeremy Menez yang saat ini sedang menjadi selebritas kolom gosip untuk datang ke Juventus. Kabar tersanter yang saat ini sedang ramai diperbincangkan adalah pertukaran Luis Nani dengan Mirko Vucinic. Lho…ada apa dengan Mirko?

Vucinic

Mirko ditenggarai sedang gundah. Kegelisahan pemain terbaik Montenegro ini sebetulnya sangat wajar. Selama dua tahun terakhir ia sudah memberikan banyak sekali bagi Juventus. Ia bahkan turut menyumbangkan scudetto pertama bagi Juventus setelah dua musim memble. Sayangnya musim ini semuanya mulai berubah dengan kedatangan Fernando Llorente dan Carlos Tevez. Vucinic pun mulai tergeser.

Namun sejujurnya, hal ini sudah dapat diprediksi jauh-jauh hari. Dulu ia memang pilihan nomor 1. Kreatifitas dan olah bolanya belum ada yang mengalahkan dilini depan Juventus. Giovinco mungkin bisa mengimbangi dari segi dribling dan penguasaan bola. Namun ia kalah dari segi fisik. Begitu pun dengan Matri dan Quagliarella. Sayangnya Vucinic sering angin-anginan dan membuat banyak fans geregetan. Akhirnya masa keemasan Vucinic harus berakhir musim ini. Performa apik diawal musim bersama Tevez ternyata tidak berlanjut dan akhirnya ia harus menelan kenyatan pahit ketika Llorente tampil sangat baik ketika menggantikannya. Kemudian mudah ditebak, Vucinic pun gerah. Wajar saja karena ia memang pemain juara dan diumurnya yang sudah menginjak 30 ini, masuk diakal jika ia mencari sebuah kepastian dalam karirnya. Beppe Marotta juga sudah mengkonfirmasi hal ini. Menurutnya, Vucinic memang masih betah di Juventus. Namun jika terdapat tawaran yang menarik maka ia akan mempertimbangkan. Sontak gosip pun bergulir bagai bola salju. Tuttosport mengabarkan bahwa Manchester United tertarik untuk mendapatkan Vucinic dan bersedia dibarter dengan Luis Nani. Mungkinkah?

Seandainya berita ini muncul diawal musim, mungkin saya akan menanggapinya dengan antusias. Namun ditengah musim seperti ini? Dengan memperhatikan tingginya gaji Nani (£95,000/minggu) dan posisi Nani yang pure winger (dalam skema 4-4-2 dan 4-3-3) membuatku pesimis bisnis pertukaran pemain ini akan terjadi. Seperti yang dikatakan diawal, pada periode tengah musim, sungguh sangat riskan jika Juventus secara drastis merubah skema permainan (dari 3-5-2 ke 4-3-3).

Betul bahwa Nani harus berjuang untuk mendapatkan tempat. Betul bahwa sebagai pemain profesional maka Nani wajib menerima semua keputusan Conte. Tapi ini bukan film Disney ketika semua mimpi dapat menjadi kenyataan. Secara realistis, Nani membutuhkan kepastian untuk bermain secara kontinyu karena tahun depan Portugal tampil di Piala Dunia Brazil. Dengan posisi Juventus yang sudah lekat dengan 3-5-2 pasti membuat Nani agak sulit untuk beradaptasi. Apalagi dengan keberadaan Lichsteiner atau Asamoah yang sudah dipercaya Conte. Belum lagi dengan cadangannya seperti Peluso, Padoin dan Isla yang memang sudah mahfum dengan pola 3-5-2. Oleh karenanya, secara subjektif aku tidak bisa melihat Nani berkostum Juve setidaknya dimusim ini. Hal ini juga berlaku untuk Jeremy Menez dan Kevin de Bruyne. Pola permainan mereka sama persis dengan Luis Nani dan mereka membutuhkan kepastian untuk tampil di World Cup Brazil.

Kemudian belakangan ini muncul nama baru lagi dari ranah Inggris. Ia adalah Erik Lamela yang hanya tampil sebagai starter di tiga pertandingan Tottenham Hotspurs musim ini. Padahal ia adalah pembelian termahal Spurs sepanjang masa. Ia juga tercatat sebagai wonderkid yang sangat potensial dimana pada usianya yang baru menginjak 12 tahun ia sudah sanggup mencetak 120 gol bagi River Plate dikancah junior. Sayangnya Lamela tidak berkembang di Inggris dan dikabarkan akan ditukar oleh Vucinic untuk mengantisipasi kepergian Jermain Defoe yang akan hengkang bulan Januari ini.

Tipe permainan Lamela memang sama seperti Luis Nani, Jeremy Menez dan Kevin de Bruyne yang juga sanggup bermain sebagai striker bayangan dan striker sayap. Namun berbeda dengan ketiga pemain tersebut, Lamela bukan pemain inti di timnas Argentina sehingga ia relatif bisa menerima rotasi. Kondisi Lamela ini persis seperti Giovinco yang juga bukan pemain inti di timnas Italia sehingga ia mau menerima kondisi rotasi pemain. Sayangnya, gaji Lamela yang menembus $ 4 juta/musim membuat semua variabel-variabel tersebut menjadi goyah. Kecuali ia mau menurunkan setengah dari gajinya.

Sementara itu Fabio Coentrao dan Angel di Maria tetap menjadi wishlist nomor satu dikalangan Juventini. Skill permainan anggota timnas Portugal dan Argentina ini memang sangat cocok di Juventus. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa mereka kehilangan tempat di Real Madrid sejak kedatangan Gareth Bale. Satu hal yang menarik, gaji mereka tidak terlalu tinggi. Baik Coentrao dan di Maria sama-sama memiliki gaji tidak lebih dari $ 3 juta/musim. Menarik bukan? Sekarang coba lihat skill mereka berdua dibawah ini:

Fabio Coentrao. Seorang bek sayap kiri asal Portugal yang memiliki kecepatan kaki diatas rata-rata. Pria berumur 25 tahun ini sebetulnya memiliki skill yang sangat baik. Ia bahkan terpilih dalam UEFA  Euro Team of The Tournament di tahun 2012 lalu. Sayangnya ia tidak mendapat tempat ditim inti Real Madrid. Baik pada saat Jose Mourinho maupun Carlo Ancelotti. Hal ini karena di Madrid bercokol seorang Marcello dan baru saja kedatangan seorang Gareth Bale. Ia menyadari semua itu dan berniat pindah. Pada awal musim yang lalu ia sebenarnya sudah siap pindah ke Manchester United. Sayangnya pada detik terakhir Madrid membatalkan peminjaman Coentrao karena  Guilherme Siqueira yang hendak dipinjam dari Granada untuk menggantikan Coentrao ternyata memilih pindah ke Benfica. Sebagai kompensasi atas pembatalan ini maka Madrid disinyalir memberikan obat luka dengan menyodorkan kontrak baru kepada Coentrao. Akhirnya Coentrao pun meneken kontrak barunya yang diperpanjang setahun. Tidak ada keterangan jelas mengenai jumlah gajinya. Namun dari beberapa berita dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada kenaikan gaji bagi Coentrao dan hanya pemberian insentif belaka. Oleh karenanya, status Coentrao sendiri sampai saat ini sebetulnya masih on the market. Dengan gaji yang tidak lebih dari $ 2 juta/musim rasanya tidak berat bagi Juventus untuk mengambilnya. Apalagi dengan status pinjam. Menariknya, nama putri Coentrao pun mirip dengan nama putri Antonio Conte yaitu “Victoria“. Dapat ditebak bahwa kedua orang tersebut selalu tidak lepas dari yang namanya kemenangan.

Sayangnya, secara pribadi aku tidak dapat melihat Coentrao berbaju Juventus. Hal ini dikarenakan Juventus telah menginvestasikan cukup banyak uang dan waktu untuk posisi sayap kiri pada diri Kwadwo Asamoah yang baru saja terpilih menjadi Ghana Player of the Year. Namun tentu semua ada pengecualian. Jika Juventus memutuskan untuk tidak memboyong Nainggolan maka ada kemungkinan Asamoah dipindah kembali ketempat asalnya ditengah dan Juve dapat membawa sosok sayap kiri yang baru. Mungkinkah? Melihat kebiasaan Conte yang enggan merubah sesuatu secara mendadak membuatku ragu hal itu bisa terjadi.

Lain Fabio Coentrao maka lain pula dengan Angel di Maria. Ada apa dengannya? Sebelum lanjut dengan pembahasan mengenai dirinya maka lebih baik ditonton dahulu skill-nya dibawah ini:

Ini dia pemain idolaku sejak di Rosario Central. Sayangnya ia dibeli Benfica dan kemudian Madrid. Pemain ini sangat cocok dengan skema di Juventus baik pada skema 4-3-3 maupun 3-5-2. Ia bahkan bisa bermain didua sayap. Skill dribble-nya yahud dan ia lebih kuat dari segi bertahan dibanding dengan Mauro Camoranesi. Gajinya pun masih terjangkau yaitu $ 3 juta/musim. Kemungkinan ia dilepas oleh Madrid pun tergolong besar karena di Maria sudah kelihatan gerah dengan kedatangan Gareth Bale.

“I’m happy at Real Madrid because it is a team that has me in mind. What happens is that I knew that when a player of 100 million euro is signed he is expected to play“

Operasi mendatangkan di Maria dijamin akan sulit. Baik dari segi finansial maupun dari segi adaptasi taktik. Pastinya ada beberapa pemain cadangan yang akan dilepas untuk mengakomodir sosok di Maria di Juventus. Peluso, Padoin dan bahkan Mauro Isla bisa saja dilepas. Namun rasanya semua ini sepandan dengan figur di Maria sendiri yang mampu bermain diberbagai sisi lapangan. Sayangnya Juventus harus bersaing ketat dengan Monaco yang pasti menawarkan fulus jauh lebih tinggi. Selain itu, Monaco dijamin akan memberikan kepastian di Maria untuk selalu tampil disetiap pertandingan. Sesuatu yang mustahil ditawarkan oleh Juve khususnya Conte.

Jadi siapa sayap-sayap yang akan menghinggapi Juve? Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Diamanti atau Biabiany yang mungkin akan mendarat di Juve. Statistik mereka cukup baik dan sangat potensial untuk menjadi pemain berguna di Juve. Selebihnya hanya mimpi belaka. Namun salahkah kita untuk bermimpi? Lalu siapa pemain idaman kalian??

dream

——————————————————————————————————————————————————

Aku mengetatkan jaket yang membalut tubuh tipisku. Lalu lalang para wisatawan nampak membanjiri kota Paris. Tidak aneh karena hari ini tepat dengan perayaan hari Natal. Semua orang ingin merasakan indahnya Natal dipusat kota mode ini. Pemandangan indah nampak dimana-mana. Dari Champ Elysees dan tentu saja di Eiffel Tower. Tapi favoritku justru di Place Vendome yang terletak didekat Tuileries Gardens dan Église de la Madeleine. Semua ini adalah monumen bersejarah di Perancis yang sedari dahulu selalu kuimpikan untuk dikunjungi.

Xmas tree

Berbicara tentang mimpi, tentu tidak akan lepas dari bicara tentang mewujudkannya. Satu-satunya cara mewujudkan mimpi adalah membuka mata. Kemudian melakukan apa yang diimpikan. Saat ini aku berada dikota mimpi. Sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku bisa minum kopi di kota Paris. Anugrah Tuhan yang luar biasa. Dan aku pun bersyukur saat dulu mengikuti kata hati untuk melamar sebagai jurnalis. Untunglah aku tidak jadi melamar mantan kekasihku. Terbukti ia selingkuh dengan teman SMA-nya. Keputusanku untuk terus mengikuti mimpi akhirnya membawaku ke Juventus Stadium. Suatu kebahagiaan yang tiada tara.

Tiba-tiba pikiranku melayang ke Cyndi. Ia adalah mimpiku saat ini dan satu saat aku berharap bisa memilikinya. Walaupun ia sudah menikah….

Yep…ia sudah menikah. Kabar itu menyambarku bak petir disiang bolong. Itu dua minggu yang lalu. Ia mengatakan akan menghabiskan Natal bersama suaminya di Beijing. Saat itu aku hanya tertawa hambar. Tentunya aku menertawakan diriku sendiri. Begitu delusionalnya hingga bisa jatuh cinta di social network. Namun cinta memang tidak bisa ditebak. That’s why we call it “fall” in love. You just fall. You cant help it. Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah bangkit dan berjalan lagi. Terlepas dari apapun yang kita rasakan. Hadapilah. Dan berdoa untuk mendapatkan yang terbaik.

“Whenever I get gloomy with the state of the world, I think about the arrivals gate at Heathrow Airport. General opinion’s starting to make out that we live in a world of hatred and greed, but I don’t see that. It seems to me that love is everywhere. Often it’s not particularly dignified or newsworthy, but it’s always there – fathers and sons, mothers and daughters, husbands and wives, boyfriends, girlfriends, old friends. When the planes hit the Twin Towers, as far as I know none of the phone calls from the people on board were messages of hate or revenge – they were all messages of love. If you look for it, I’ve got a sneaky feeling you’ll find that love actually is…..all around“

Narasi Hugh Grant itu terngiang dikupingku. Memang benar. Love is actually everywhere. Mungkin benar mimpi ini sudah berakhir. Mungkin benar aku harus melupakannya. Masih banyak cinta yang lain. Tapi setidaknya bukan hari ini. Bukan pada saat Natal. Bukan pada saat aku sangat merindukan sosok ilusinya. Aku pun mengirimkan tweet ini kepadanya..

merry christmas

to be continue………..

Story created by @fidanzata1897

wine


View the original article here

No comments:

Post a Comment