About Me

My photo
have facebook , have twitter

Sunday, November 17, 2013

[Daily News 02/11/13] #116AnniJuve Bagian II: Era Boniperti, Trapattoni dan Platini

You Are Here: Home » - Daily News -, All Articles » [Daily News 02/11/13] #116AnniJuve Bagian II: Era Boniperti, Trapattoni dan Platini

Signora1897 ers, setelah Umberto Agnelli mundur sebagai presiden, prestasi Juventus menurun dan baru meraih Coppa Italia empat tahun kemudian dan scudetto enam tahun kemudian.

1964/65Rosette Cup Italia.svg Coppa Italia kelima, dibawah pelatih Heriberto Herrera (Paraguay). Sebagai pelatih Juve, Herrera akhirnya meraih satu scudetto dan satu Coppa Italia dan menjadi pelatih ketiga terbanyak yang memimpin pertandingan sebagai pelatih Juve, 215, dibelakang Giovanni Trapattoni dengan 596 pertandingan dan Marcello Lippi dengan 405 pertandingan.

1966/67Scudetto.svg Scudetto ke-13, dibawah pelatih Heriberto Herrera (Paraguay) dan presiden Vittore Catella.

Kemudian, prestasi Juve kembali merosot. Sejak 1962 hingga 1971, sembilan tahun, presiden Catella hanya berhasil meraih satu scudetto dan satu Coppa Italia sehingga akhirnya digantikan oleh mantan legenda, Giampiero Boniperti.

1968 – Presiden Catella mencoba untuk membangkitkan Juventus dengan memecahkan rekor dunia (kedua kali untuk Juventus, setelah Omar Sivori, 1957) saat membeli striker Pietro Anastasi dari Varese. Sayang, prestasi Juve tidak membaik dengan pembelian ini.

1971Giampiero Boniperti ditunjuk menjadi presiden Juventus, menggantikan Vittore Catella, dan langsung memberikan back-to-back scudetti bagi Juve. Dia juga menunjuk pelatih baru Cestmir Vycpalek dari Cekoslowakia.

1971/72Scudetto.svg Scudetto ke-14, dibawah pelatih Cestmir Vycpalek (Cekoslowakia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1972/73Scudetto.svg Scudetto ke-15, dibawah pelatih Cestmir Vycpalek (Cekoslowakia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1973 – Kiper Dino Zoff meraih peringkat kedua Ballon d’Or, dibawah pemenang Johan Crujff (Ajax/Barcelona).

1974 – Boniperti membeli pemain belakang muda dari Atalanta, Gaetano Scirea. Scirea kemudian akan membela Juventus hingga 14 tahun ke depan. Bagi sebagian Juventini, Scirea adalah the real/ultimate Capitano, dan mungkin adalah pemain Juve yang paling dicintai.

1974/75Scudetto.svg Scudetto ke-16, dibawah pelatih Carlo Parola (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

Setelah kegagalan Parola di musim 1975/76 dan pecahnya “perang” antara dua kubu di kamar ganti yaitu kubu Capello-Anastasi dan kubu Furino-Bettega, Boniperti memutuskan untuk mengganti Parola dengan Giovanni Trapattoni, yang selama 13 tahun ke depan, akan meraih 14 gelar bersama Juve, domestik dan internasional. Keduanya adalah rekor tertinggi yang belum terpecahkan hingga sekarang.

1976 – Salah satu pembelian pertama Trapattoni adalah striker Paolo Rossi, dari Vicenza, dengan memecahkan rekor dunia (yang ketiga kalinya bagi Juventus setelah Omar Sivori, 1957, dan Pietro Anastasi, 1968).

1976/77Scudetto.svg Scudetto ke-17 dan Coppauefa.png UEFA Cup pertama, gelar Eropa pertama Juventus, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

Gelar Eropa ini diraih dengan mengalahkan Athletic Bilbao 1-0 di Turin melalui gol Marco Tardelli dengan susunan pemain: Zoff; Cuccureddu, Morini, Scirea, Gentile; Furino, Benetti, Tardelli, Causio; Boninsegna (Gori), Bettega dan kalah 1-2 di Bilbao dengan gol dari Roberto Bettega dengan starting line-up yang sama, dengan Spinosi menggantikan Boninsegna di menit ke-60.

1977/78Scudetto.svg Scudetto ke-18, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1978/79Rosette Cup Italia.svg Coppa Italia keenam, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1980/81Scudetto.svg Scudetto ke-19, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1981/82Star *. Svg Star *. Svg Scudetto.svg Scudetto ke-20, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1982 – Di Piala Dunia 1982 di Spanyol, Italia meraih Piala Dunia yang ketiga kalinya dengan ditulangpunggungi oleh enam pemain Juventus: Kapten Dino Zoff (pemain tertua, 40 tahun, yang pernah memenangkan Piala Dunia), Gaetano Scirea, Antonio Cabrini, Claudio Gentile, Marco Tardelli dan Paolo Rossi, sang pencetak gol terbanyak.

1982 – Terdongkrak oleh penampilannya di Piala Dunia, Paolo Rossi memenangkan Ballon d’Or dan menjadi pemenang Ballon d’Or kedua Juventus setelah Omar Sivori (1961).

1982 – Walau baru saja meraih bintang kedua, usaha perbaikan Juventus tidak berhenti dan presiden Boniperti mendatangkan trequartista asal Prancis, Michel Platini. Selama lima tahun ke depan, Platini memastikan diri menjadi salah satu pemain terbaik Juventus, dan bahkan mungkin yang terbaik yang pernah ada sejauh itu.

1982/83Rosette Cup Italia.svg Coppa Italia ketujuh, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1983Platini hanya perlu satu musim bersama Juventus untuk memenangkan Ballon d’Or dan menjadi pemenang ketiga Juventus setelah Omar Sivori (1961) dan Paolo Rossi (1982).

1983/84Scudetto.svg Scudetto ke-21 dan Coppacoppe.png Cup Winners’ Cup (pemenang antar Coppa di Eropa) pertama, gelar Eropa pertama Juventus, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

Gelar Eropa ini diraih dengan mengalahkan FC Porto dengan skor 2-1 melalui gol-gol Beniamino Vignola dan Zbigniew Boniek dengan susunan pemain: Tacconi; Gentile, Brio, Scirea, Cabrini; Tardelli, Bonini, Vignola (89' Caricola), Platini; Rossi, Boniek.

Seusai musim ini, Giuseppe Furino pensiun. Legenda Juventus ini mengemas 500+ penampilan dalam 15 tahun (1969-1984) dan total 12 gelar: sembilan scudetti, dua Coppa Italia, satu Cup Winners’ Cup, dan satu UEFA Cup.

Platini memenangkan Ballon d’Or untuk kedua kalinya berturut-turut.

1984/85Coppacampioni.png Champions Cup pertama dan Supercoppaeuropea.png UEFA Super Cup pertama, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

UEFA Super Cup diraih dengan mengalahkan Liverpool, juara Champions Cup tahun sebelumnya, dengan skor 2-0 melalui doppietta Zbigniew Boniek dengan susunan pemain: Bodini; Favero, Brio, Scirea, Cabrini; Briaschi, Bonini, Tardelli, Platini; Rossi, Boniek.

Champions Cup diraih juga dengan mengalahkan Liverpool 1-0 melalui gol penalti Michel Platini dengan susunan pemain: Tacconi; Favero, Brio, Scirea, Cabrini; Briaschi (84' Prandelli), Bonini, Tardelli, Platini; Rossi (89' Vignola), Boniek.

Platini memenangkan Ballon d’Or untuk ketiga kalinya berturut-turut. Hingga sekarang, dialah satu-satunya pemain di dunia yang pernah melakukan hal ini. Marco van Basten (Milan) juga tiga kali memenangkan Ballon d’Or tetapi tidak berturut-turut.

1985/86Scudetto.svg Scudetto ke-22 dan Coppaintercontinentale.png Intercontinental Cup (pertandingan antara pemenang Champions Cup melawan pemenang Copa Libertadores) pertama, dibawah pelatih Giovanni Trapattoni (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

Intercontinental Cup diraih dengan mengalahkan Argentinos Juniors melalui adu penalti 4-2 setelah seri 2-2 setelah masa perpanjangan waktu, melalui gol-gol Michel Platini (penalti) dan Michael Laudrup dengan susunan pemain: Tacconi; Favero, Brio, Scirea (64' Pioli), Cabrini; Mauro (78' Briaschi), Bonini, Manfredonia, Platini; Serena, Laudrup.

Setelah memenangkan Intercontinental Cup dan scudetto ke-22, pelatih Giovanni Trapattoni mengundurkan diri di tahun 1986 dan pindah ke Inter Milan. Selama 10 tahun, Trapattoni meraih 13 gelar bersama Juve: enam scudetti, dua Coppa Italia, satu Champions Cup, satu Cup Winners’ Cup, satu UEFA Cup, satu UEFA Super Cup, dan satu Intercontinental Cup (Belakangan dia akan kembali di tahun 1991 hingga 1994 dan meraih satu gelar tambahan, UEFA Cup 1992/93.)

Setelah hanya meraih peringkat kedua di musim 1986/87, Michel Platini pensiun. Hanya dalam lima tahun, Platini meraih tujuh gelar: dua scudetti, satu Coppa Italia, satu Champions Cup, satu Cup Winners’ Cup, satu UEFA Super Cup, satu Intercontinental Cup. Namun diluar itu, secara luar biasa kapten timnas Prancis ini meraih tiga kali Ballon d’Or berturut-turut dan tiga kali capocannonieri berturut-turut, di tahun yang sama. Sejauh ini, mungkin Platini adalah pemain terbaik yang pernah bermain untuk Juventus.

Tanpa dua kekuatan utamanya, Trapattoni dan Platini, Juve tidak dapat meraih scudetto lagi hingga sembilan tahun ke depan, ketika seorang pelatih tidak kenamaan dari Napoli, Marcello Lippi, mengambil alih.

1988 – Il Capitano Scirea pensiun. Dalam 14 tahunnya bersama Juve, Scirea memenangkan tujuh scudetti, dua Coppa Italia, satu Champions Cup, satu Cup Winners’ Cup, satu UEFA Cup, satu UEFA Super Cup, dan satu Intercontinental Cup. Total 14 gelar.

1989/90Rosette Cup Italia.svg Coppa Italia kedelapan, dibawah pelatih dan mantan pemain Dino Zoff (Italia) dan presiden Giampiero Boniperti.

1990 – Akhirnya, setelah 19 tahun mengabdi sebagai presiden, Giampiero Boniperti pun pensiun dan mengundurkan diri dan digantikan oleh Vittorio Chiusano selama 13 tahun ke depan. Total Boniperti mengabdi 34 tahun untuk Juve, 15 tahun sebagai pemain dan 19 tahun sebagai presiden. Sebagai pemain, Boniperti meraih lima scudetti dan dua Coppa Italia dan sebagai presiden, sembilan scudetti, tiga Coppa Italia, satu Champions Cup, satu Cup Winners’ Cup, satu UEFA Cup, satu European Super Cup, dan satu Intercontinental Cup. Total 24 gelar. Luar biasa.

1990 – Juventus pindah ke kandang baru, Stadio Delle Alpi, dan ini juga adalah tahun dimana Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia, yang sayangnya hanya meraih peringkat ketiga.

1990 – Striker Juventus Salvatore Schillaci menjadi pencetak gol terbanyak di Piala Dunia ini dan menduduki peringkat kedua Ballon d’Or, dibawah pemenang Lothar Matthaus (Inter Milan).

1990 – Puasa gelar cukup lama, Juventus mencoba untuk bangkit dengan membeli Roberto Baggio dan memecahkan rekor dunia untuk keempat kalinya, setelah Omar Sivori (1957), Pietro Anastasi (1968), dan Paolo Rossi (1976).

Menurut penulis, super legenda di era ini adalah:

Giampiero Boniperti (presiden, 17 gelar dalam 19 tahun)Giovanni Trapattoni (pelatih (masa pertama), 13 gelar dalam 10 tahun)Giuseppe Furino (pemain, 15 tahun, 500+ penampilan, 12 gelar: delapan scudetti, dua Coppa Italia, satu Cup Winners’ Cup, satu UEFA Cup)Michel Platini (pemain, dalam lima tahun, tiga kali berturut-turut peraih Ballon d’Or, tiga kali berturut-turut capocannoniere, tujuh gelar: dua scudetti, satu Coppa Italia, satu Champions Cup, satu Cup Winners’ Cup, satu European Super Cup, satu Intercontinental Cup)Gaetano Scirea (pemain, 14 tahun dengan 14 gelar: tujuh scudetti, dua Coppa Italia, satu Champions Cup, satu Cup Winners’ Cup, satu UEFA Cup, satu UEFA Super Cup, satu Intercontinental Cup)

Trapattoni_Platini

Setelah Piala Dunia 1990 di Italia, pemain-pemain kelas dunia berlomba-lomba masuk Italia dan Juventus pun tidak ketinggalan dan mendatangkan Julio Cesar (Brazil), Thomas Hassler (Jerman) dan yang paling bersinar terang, Roberto Baggio (Italia) dengan memecahkan rekor dunia transfer saat itu. Selain itu, Juventus pun mendatangkan Luigi Maifredi, pelatih yang baru saja berhasil mengantar Bologna meraih peringkat delapan di musim sebelumnya dengan champagne football, sepakbola menyerang atraktifnya.

Nah, bagaimanakah kiprah Juventus di era 1990an dan seterusnya? Mari kita nantikan kelanjutannya di Daily News besok. Forza Juve!!!

______________________________________________________________________________________

“I didn’t choose Juve. Juve chose me.” @dwicarta is just an ordinary guy who happens to bleed black-and-white since Roby Baggio wreaked havoc in 1990 World Cup in Italy. When time permits, he’d like to spend it on hoops and one of his passions: writing. One day he stumbled into juventus.theoffside.com and now here he is: doing his passion on his passion.


View the original article here

No comments:

Post a Comment