Signora1897 ers, Juve memasuki pertandingan ini dengan tuntutan harus menang apabila ingin peluang lolos dari grup terbuka lebar. Dengan baru memiliki dua poin dari tiga pertandingan, Juve terancam gagal lolos apabila tidak menang karena di pertandingan lain, Galatasaray yang telah memiliki empat poin, diperkirakan akan menang mudah dari Kopenhagen.
Seperti di pertandingan away melawan Real Madrid dua minggu yang lalu, pelatih Antonio Conte kembali memainkan formasi 4-3-3 dengan Buffon; Caceres, Barzagli, Bonucci, Asamoah; Vidal, Pirlo, Pogba; Marchisio, Llorente, Tevez.
Arsene Wenger pernah mengatakan bahwa formasi 4-3-3 adalah formasi yang paling ideal untuk memanfaatkan seluruh luas lapangan dan terbukti, sebagian besar tim-tim top Eropa memainkan formasi ini atau 4-2-3-1, yang merupakan variasi dari 4-3-3.
Di Real Madrid, pelatih Carlo Ancelotti menurunkan formasi 4-2-3-1 dengan Casillas; Ramos, Varane, Pepe, Marcelo; Khedira, Alonso; Modric; Bale, Benzema, C. Ronaldo.
Walau memainkan formasi mirip, tampak satu perbedaan mencolok: Real Madrid memainkan dua DM dan satu trequartista di lapangan tengahnya sedangkan Juve satu regista dan dua box-to-box midfielder. Dari sini, tampak jelas Ancelotti mengutamakan kekokohan lapangan tengah dan belakang sambil memanfaatkan kejeniusan barisan depannya dalam serangan balik. Sebaliknya, dengan memainkan Andrea Pirlo, Conte mengandalkan penyerangan yang dibangun dari bawah sambil memanfaatkan kerja para pemain tengah yang lain ditambah para penyerang sayap.
Saat Real Madrid memegang bola, para pemain menciptakan formasi 3-3-4 dengan Luka Modric naik membantu barisan depan dan Sergio Ramos mengisi sayap kanan membantu lapangan tengah. Ancelotti meninggalkan tiga pemain belakang dengan pemikiran apabila diserang balik, ketiga pemain ini cukup untuk menghadapi dua penyerang Fernando Llorente dan Carlos Tevez, dimana penyerang ketiga Claudio Marchisio di kanan cenderung diposisikan lebih ke bawah oleh Juve. Posisi bek ketiga ini kerap diisi oleh Xabi Alonso.
Pada gambar di atas, Tevez sedang bertukar posisi dengan Paul Pogba, yang juga sering dilakukan di sisi kanan oleh Marchisio dan Arturo Vidal. Juventus, di lain pihak, bertahan dengan formasi 4-5-1 dengan kedua penyerang sayap Marchisio dan Tevez membentuk lima pemain tengah. Dengan hanya menempatkan empat pemain bertahan menghadapi empat penyerang musuh, memang para pemain tengah akan dapat dengan cepat menyerang saat mendapat bola tetapi mereka juga harus membantu barisan pertahanan supaya mempunyai keunggulan jumlah pemain. High risk, but high return tapi yang pasti, sangat melelahkan untuk para pemain tengah.
Sejak awal pertandingan, tampak Real Madrid bertujuan untuk memegang bola selama mungkin dan mengandalkan serangan balik saat tidak memegang bola. Di 10 menit pertama, Gareth Bale and terutama C. Ronaldo dua kali berhasil menusuk masuk ke sisi kiri pertahanan dengan serangan balik dan walau masih dapat dipantau pergerakannya oleh Kwadwo Asamoah dan Leonardo Bonucci, tendangan mendatar diagonal C. Ronaldo di menit kesembilan hanya meleset tipis di tiang kanan gawang Gianluigi Buffon.
Dengan dimainkannya Bonucci menggantikan Giorgio Chiellini yang terkena larangan main, pelatih Conte memanfaatkan kelebihan Bonucci dalam memanfaatkan long balls (dan sepanjang pertandingan, Bonucci melepaskan 11 long balls dan delapan accurate long balls, sama dengan trequartista Modric yang juga mengirim 11 long balls).
Selain itu, perhatikan posisi Tevez yang menarik satu pemain tengah Real Madrid untuk menjaganya dan Pogba di kiri dan Vidal di kanan yang sangat maju sehingga, saat Bonucci melepaskan umpan lambung, lima pemain Real Madrid (empat bek plus Alonso) menghadapi empat pemain menyerang Juve. Dengan metode ini, Real Madrid hanya menyisakan Khedira di tengah menghadapi Tevez dan Pirlo dan membuat aliran bola Real Madrid ke depan terputus. Memang Modric sering turun untuk membantu tetapi kalah kuat dan kalah determinasi.
Dengan ini saja, dominasi belum terjamin tetapi yang menjadi pembeda adalah Vidal yang dengan luar biasa naik turun membantu penyerangan dan mematahkan serangan lawan di tengah. Di babak pertama saja, Vidal tercatat melakukan enam (!) tekel dan tiga interceptions, keduanya tertinggi dari seluruh pemain di atas lapangan. Dengan Vidal sibuk naik turun dan kerap memenangkan bola di tengah, Pogba dengan leluasa menyerang di sisi kiri dan dari sinilah peluang pertama tercipta.
Di menit ke-17, Pirlo melihat Tevez bebas di sisi kanan pertahanan Real Madrid dan sukses mengirim bola. Tevez kemudian bekerjasama dengan Pogba, yang berhasil melepas umpan mendatar ke tengah.
Bola yang mengarah ke Fernando Llorente berhasil dihalau oleh Pepe tetapi bola justru mengarah ke gawang Iker Casillas! Casillas dengan reflek luar biasa berhasil menghalau bola tetapi bola bergulir ke arah Marchisio. Sayang, bola yang disambar Marchisio terlalu dekat dengan Casillas yang maju sehingga bola kembali bisa dihalau.
Selepas 15 menit pertama, permainan Juve mulai mengalir lancar dan kerap menyerang dengan empat pemain, Marchisio-Llorente-Tevez ditambah dengan Pogba. Kedua bek Asamoah dan Martin Caceres juga aktif naik, menciptakan empat pemain tengah bersama dengan Vidal dan Pirlo. 2-4-4 a la Conte?
Namun, patut diacungi jempol juga para pemain Real Madrid, yang tetap menjaga formasi dan disiplin turun dengan enam pemain saat diserang balik. Walau Juve mendominasi, disiplin para pemain Real Madrid ini membuat mereka tetap sulit ditembus. Bisa dilihat, kehadiran Xabi Alonso sangat penting di Real Madrid. Organisasi permainan menjadi jauh lebih baik dan lebih balance saat menyerang dan bertahan.
Di menit ke-28, dalam sebuah serangan balik yang menjadi berbahaya berkat umpan panjang akurat Vidal, keempat pemain ini kembali berperan besar dalam menciptakan peluang emas. Bola sampai di kaki Pogba yang diteruskan ke Tevez yang masuk ke sisi kanan pertahanan Real Madrid.
Tanpa banyak menggoreng bola, pemain Argentina ini melepaskan crossing akurat ke sisi lain pertahanan Real Madrid dimana Marchisio sudah datang dan menyundul dengan kuat dan akurat ke gawang Casillas! Tapi sayang!! Bola yang seharusnya masuk masih bisa dihalau dengan kaki Casillas yang mengantisipasi dengan reflek luar biasa!!!
Dalam 30 menit pertama, dua reflek luar biasa Casillas menggagalkan dua peluang emas Juve untuk unggul dua gol.
Tetapi akhirnya, kerja keras para pemain kita tidak sia-sia. Di menit ke-40, berawal dari serangan yang dibangun dari bawah, bola sampai ke kaki Vidal di tengah dan langsung diteruskan ke Llorente. Disini, para pemain belakang Real Madrid sedikit lengah, dimana dua bek tengah menjaga Llorente sehingga bek kanan Ramos sendirian menjaga Pogba dan Tevez.
Umpan Llorente jatuh persis di kaki Tevez, yang kemudian memberi umpan vertikal ke depan ke Pogba. Pogba yang sudah jauh maju tidak dapat dikejar oleh Varane, yang memutuskan untuk melakukan sliding tackle. Tekelnya tidak mengenai kaki Pogba, tetapi kaki yang satu lagi (the trailing leg) dengan jelas mengenai dan melanggar kaki Pogba. PENALTI!!!
Vidal yang menjadi algojo tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan mencetak gol dengan tendangan penalti yang sempurna.
Menit ke-41: Juve 1-0 Real Madrid (Gol: Arturo Vidal, penalti).
Menjelang akhir babak pertama, Real Madrid yang ganti menekan berhasil lolos di sisi kanan yang dijaga Caceres dan Vidal melalui Marcelo dan dia berhasil mengirim umpan datar menyilang yang akurat. Untunglah, C. Ronaldo dan Karim Benzema saling ‘berebut’ menembak bola sehingga bola malah meleset dari sasaran. Apabila Benzema lebih awas dan mengalah, mungkin C. Ronaldo telah dapat menyamakan kedudukan.
Hingga turun minum, skor tidak berubah.
HT: Juventus 1-0 Real Madrid (Juv: 41' (pen.) Vidal)
***
Saat menyerang, formasi 4-3-3 Juve dengan cepat berubah menjadi 2-4-4 apabila bola berhasil masuk ke final third Real Madrid atau saat serangan balik sukses melewati garis tengah. Formasi 4-2-3-1 Real Madrid pun berubah menjadi 4-4-2 saat bertahan. Suatu resiko yang membuahkan hasil dengan berhasilnya Juve unggul 1-0. Kegagalan Benzema menjaga Pirlo juga membuat Pirlo merajalela dan aman mengatur aliran bola yang membuat resiko Juve terkena serangan balik menjadi minimal.
Di lain pihak, saat bertahan, Juve menggunakan 4-5-1 untuk menghadapi 4-2-3-1 Real Madrid yang kerap berubah menjadi 3-3-4. Juve berhasil mendominasi setelah 15 menit pertama berkat penampilan tim yang baik dan terutama kecemerlangan Vidal di tengah dan majunya posisi Pogba mendukung Tevez yang membuat sisi kanan Real Madrid yang dijaga Ramos kerap ‘bolong’.
Akan tetapi, perubahan antara menyerang-bertahan ini membuat Vidal dan Pogba di tengah dan Tevez dan Marchisio di depan bekerja keras menutup area yang luas yang membuat mereka sangat terkuras tenaganya dibanding dengan pemain-pemain tengah dan depan Real Madrid.
***
Babak kedua dimulai tanpa banyak perubahan. Juve menurunkan intensitas sebagaimana layaknya sebuah tim yang telah all out di babak pertama tetapi tetap dengan organisasi permainan yang baik. Real Madrid sedikit menaikkan barisan dan melakukan pressing sebagaimana layaknya tim yang tertinggal. Namun secara keseluruhan, awal babak kedua ini berjalan normal dengan kedua tim masih meraba-raba perubahan yang dilakukan oleh masing-masing lawan.
Sayang, di menit ke-52, Caceres yang bermain sangat baik sampai saat itu, sedikit ceroboh dalam memberikan back pass yang dapat dibelokkan arahnya oleh C. Ronaldo sehingga jatuh di kaki Benzema.
Dari gambar di atas tampak pelatih Conte memang memberikan instruksi back pass kepada Caceres tetapi sayang dapat dibaca oleh C. Ronaldo. Bola yang jatuh di kaki Benzema itupun kemudian dikembalikan ke C.Ronaldo yang kemudian dengan mudah menaklukkan Buffon satu lawan satu.
Selain kecerobohan Caceres, Real Madrid secara baik sekali melakukan pressing. C. Ronaldo menjaga back pass ke Barzagli (dan Buffon), Modric menjaga pass ke depan, dan Xabi Alonso menjaga pass ke samping ke Pirlo. Selain itu, hal yang jarang disinggung adalah ketidakberadaannya Vidal dan Marchisio sebagai pass outlet untuk menerima operan karena mereka terlambat turun.
Menit ke-52. Juventus 1-1 Real Madrid (Gol: Cristiano Ronaldo. Assist: Karim Benzema).
Sejak gol balasan ini, semakin tampak barisan Real Madrid yang naik, terutama kedua full back Ramos dan Marcelo. Barisan Juve pun semakin mundur dan semakin tertekan.
Di menit ke-56, sebuah serangan yang diawali dengan bergeraknya Benzema melebar ke daerah kiri pertahanan Juve membuka sedikit celah dan Xabi Alonso masuk dari tengah. Tendangan first time-nya dengan keras dan terarah menghantam mistar gawang Buffon! Semua ini terjadi karena naiknya seluruh barisan Real Madrid dan terlalu dalamnya pemain-pemain tengah Juve bertahan, terutama Pirlo yang kehilangan Xabi.
Peluang kemudian silih berganti datang. Di menit ke-58, sebuah serangan yang dibangun dari bawah sampai ke Tevez di sisi kanan pertahanan Real Madrid. Tevez kemudian memberikan umpan vertikal ke Pogba yang ditempel oleh Ramos. Ternyata, skill dan kecepatan Pogba berhasil mengelabui Ramos dan Pogba mengirimkan umpan menyilang mendatar ke Marchisio yang bergerak secara diagonal di dalam kotak penalti. Akan tetapi, sontekan Marchisio kembali dapat digagalkan oleh reflek Casillas!! Bola pantulannya yang disambar Marchisio-pun masih dapat dibuang di garis gawang oleh Pepe.
Gagal-lah Juve kembali unggul dalam waktu yang cepat. Malah hanya dua menit kemudian, tepatnya di menit ke-60, Juve kembali kebobolan. Marcelo memberikan umpan lambung ke C. Ronaldo, yang melihat celah di belakang Caceres dan masuk ke dalamnya. Tiba-tiba, Real Madrid sudah berada dalam posisi tiga lawan tiga dengan pemain-pemain belakang Juve.
Barzagli terpaksa bergerak melebar untuk menjaga C. Ronaldo dan Benzema menusuk masuk untuk menarik Bonucci sehingga Bale dengan leluasa menerima bola.
Nah, disinilah kelemahan Juve tereksploitasi. Asamoah yang bermain sebagai LB masih menjaga Bale tetapi karakteristiknya yang bukan asli pemain belakang membuatnya tidak berkutik dalam satu lawan satu dengan pemain cepat seperti Bale.
Bonucci, yang sangat baik dalam sistem tiga bek tetapi biasa-biasa saja dalam formasi empat bek, sebenarnya masih sempat datang membantu tetapi malah memilih untuk menjaga daerah dan tidak menutup pergerakan pemain Wales tersebut.
Selain itu, Pirlo sebagai CM tidak cepat mundur untuk membantu pertahanan. Seorang DM akan mempunyai naluri untuk turun sehingga menciptakan keunggulan jumlah pemain dan memperkecil peluang Real Madrid mencetak gol.
Tanpa “gangguan” pemain tengah dan menghadapi pemain yang out-of-position yang tidak dibantu oleh CB-nya, Bale tidak menemui kesulitan untuk mencetak gol.
Menit ke-60. Juventus 1-2 Real Madrid (Gol: Gareth Bale. Assist: Cristiano Ronaldo).
Akan tetapi, untunglah mental pemain-pemain kita tidak runtuh. Organisasi permainan tetap utuh dan akhirnya, Caceres membayar kesalahannya di awal babak kedua. Dengan semua empat pemain Juve yang berada di kotak penalti dijaga dengan baik, Caceres memberikan crossing yang akurat yang tepat berada di antara kiper dan pemain belakang.
Sedikit terlalu jauh, kiper akan dengan mudah mengambil bola. Sedikit terlalu dekat, pemain-pemain belakanglah yang mendapatkannya. Berkat crossing cemerlang ini, dan adanya seorang penyerang tengah tinggi besar dan bertenaga dalam diri Llorente, Juve berhasil menyamakan kedudukan!!!
Lihatlah bagaimana disiplinnya pemain-pemain belakang Real Madrid menjaga pemain-pemain kita di dalam kotak penalti. Mereka sama sekali tidak membuat kesalahan. Gol terjadi sebagian besar berkat crossing akurat Caceres, yang dimanfaatkan oleh Llorente yang dengan kekuatannya gagal ditahan oleh Varane.
Menit ke-65. Juventus 2-2 Real Madrid (Gol: Fernando Llorente. Assist: Martin Caceres).
Setelah ini, Juve yang telah kelelahan membuat Real Madrid lebih banyak memegang bola. Walau begitu, organisasi permainan tetap rapi dan bahkan Tevez dan penggantinya Fabio Quagliarella masih dapat melakukan tembakan langsung dari sisi kiri sedikit di luar kotak penalti tetapi masih dapat diblok dan ditahan oleh kiper Casillas. Real Madrid, yang tidak perlu ngotot mengejar kemenangan, juga bermain aman sambil memegang bola dan beberapa kali mendapat hadiah tendangan bebas yang tidak dapat menemui sasaran.
FT: Juventus 2-2 Real Madrid (Juv: 41' (pen.) Vidal, 65' Llorente; Rma: 52' C. Ronaldo, 60' Bale).
***
Sama seperti ketika Juve lengah saat melawan Fiorentina dan kebobolan tiga gol dalam waktu lima menit, kali ini Juve kebobolan dua gol (hampir tiga kalau saja tendangan Xabi Alonso tidak mengenai mistar) dalam waktu delapan menit. Menurut penulis, kelengahan-kelengahan ini terjadi karena:
Saat sudah sedikit lelah, terutama di babak kedua, pemain-pemain tengah kurang cepat mundur untuk menjadi pass outlet bagi pemain-pemain belakang. Selain kecerobohan Caceres, hal ini jugalah yang menjadi penyebab gol pertama Real Madrid.Saat sudah sedikit lelah, terutama di babak kedua, pemain-pemain tengah kurang cepat menyesuaikan diri dengan barisan lawan yang telah lebih naik dibandingkan dengan posisi mereka di babak pertama. Contoh: Pirlo “kehilangan” Xabi dan Xabi hampir mencetak gol. Untunglah hanya mengenai mistar.Pirlo, yang bukan seorang DM, kembali kurang cepat mundur menjelang gol kedua Real Madrid. Hal ini menyebabkan terjadinya situasi tiga lawan tiga dimana salah satunya bahkan bukan seorang bek murni.Tidak adanya seorang LB murni di dalam tim. Asamoah adalah seorang CM dan baik Paolo De Ceglie dan Federico Peluso adalah LWBs. Seorang LB murni akan dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah Bale mencetak gol kedua Real Madrid.Dari poin nomor dua hingga nomor tiga, ada satu kesamaan: Pentingnya posisi yang dimainkan Pirlo untuk dapat cepat turun membantu pertahanan. Pirlo sendiri kurang cepat turun kemungkinan karena stamina yang sudah menurun di babak kedua. Penulis cukup yakin apabila tidak dibenahi, hal ini akan terus dieksploitasi oleh lawan-lawan Juve di pertandingan-pertandingan mendatang.
Mengenai posisi LB, tidak ada yang dapat banyak dilakukan selain diperbaiki dengan membeli seorang LB murni di Januari atau musim panas mendatang (akan tetapi melihat penampilan Napoli dan Roma, sepertinya akan terlambat kalau menunggu hingga musim panas).
Itu dari sisi pertahanan. Untuk penyerangan, mengambil seorang RWB baru yang memiliki karakteristik pemain tengah yang rajin bekerja sepertinya cukup untuk membuat tim kita ini semakin komplit. Pemain baru ini dan Simone Pepe dapat bergantian mengisi posisi ini.
***
PLAYERS RATING
Buffon: 6. Buffon masih seorang organisator pertahanan yang sangat baik dan di awal babak pertama dengan cepat menjatuhkan diri untuk menangkap tendangan yang masuk tetapi tidak dapat dipungkiri, refleknya sudah semakin menurun. Dengan badan yang tinggi besar, penurunan kecepatan dan reflek karena faktor umur akan lebih cepat terjadi dibandingkan dengan Iker Casillas yang lebih pendek dan enteng dari Buffon.
Caceres: 6. Tanpa kecerobohannya yang menyebabkan gol pertama Real Madrid terjadi, bersama Vidal, Caceres adalah pemain terbaik Juve malam ini. Kecepatan dan skill bertahannya mampu menahan C. Ronaldo di dua pertandingan berturut-turut dan crossing-crossing akuratnya (2 key passes, 4 crosses, 3 accurate crosses) sangat membantu ketajaman penyerangan Juve. Satu cross-nya berbuah menjadi assist dimana Llorente kemudian menyamakan kedudukan dan memastikan Juve menuai satu poin penting.
Barzagli: 6.5. Walau Real Madrid mencetak dua gol, keduanya bukanlah tanggung jawab Barzagli dan dari sisi bertahan, Barzagli-lah pemain terbaik Juve malam ini (2 tacles, 2 interceptions, 6 clearances). Positioning, decision-making… Dia semakin membuktikan diri sebagai bek tengah terbaik Italia saat ini.
Bonucci: 6. Menggantikan Chiellini di jantung pertahanan empat bek, Bonucci bermain cukup baik dalam menggagalkan serangan-serangan Real Madrid. Sayang keputusannya untuk tidak menutup pergerakan Bale dengan cepat menyebabkan pemain timnas Wales tersebut dapat mencetak gol kedua Real Madrid. Kembali, umpan-umpan panjangnya (11 long balls, 8 accurate long balls) menjadi salah satu alasan lancarnya aliran bola Juve.
Asamoah: 6. Untuk pertama kalinya dicoba sebagai bek kiri, Asamoah memanfaatkan ball-keeping-nya dengan baik untuk mengamankan daerah pertahanannya. Kelemahannya ada di marking dan begitu terdapat celah, Bale mampu mengeksploitasi Asamoah yang bukanlah seorang full back murni.
Vidal: 7. Dengan enam tekel di babak pertama, Juve merajalela di lapangan tengah dan terus mendapatkan bola berkat pemain timnas Chile ini. Menurun karena kelelahan di babak kedua (total tacles: 7, total interceptions: 3) namun berkat Vidal-lah Juve memiliki peluang untuk mengambil poin dari Real Madrid. Selain itu, diawali dengan kejelian umpan Vidal pula-lah gol pertama Juve tercipta.
Pirlo: 6.5. Apabila Vidal memenangkan bola, Pirlo-lah yang mengolahnya sehingga Juve begitu mendominasi di babak pertama. Tidak seperti Mario Mandzukic yang mematikan Pirlo di dua pertandingan Juve-Bayern musim lalu, Benzema tidak menjalankan tugasnya dengan baik dalam mengawal Pirlo. Modric juga turun ke bawah terlalu jauh untuk dapat mengganggu Pirlo. Alhasil, Il Maestro dengan leluasa mengontrol jalannya pertandingan (3 key passes, 94 passes,95% pass accuracy, 20 long balls, 19 accurate long balls). Sayang, umur membuat gerakannya di babak kedua menurun dan gagal membantu pertahanan dengan baik.
Pogba: 6.5. Secara statistik, permainan Pogba (2 key passes) tidak menonjol tetapi pergerakan dan kombinasinya dengan Tevez di kiri-lah senjata utama Juve malam ini. Berkali-kali kedua pemain ini saling bertukar posisi dan merobek-robek pertahanan bek kanan Ramos. Kerja keras dan skill pemain timnas Prancis ini semakin penting bagi permainan Juve.
Marchisio: 6. Kembali dipasang sebagai RFW dalam menghadapi Real Madrid, walau tidak spektakuler Marchisio menjalankan fungsinya dengan baik dan bahkan dapat mencetak dua gol apabila keberuntungan berpihak kepadanya. Walau tidak menonjol, pergerakan dan penempatan posisinya membuat pertahanan Juve lebih solid dan memusingkan bek-bek Real Madrid dengan tusukan-tusukan ke dalam kotak penaltinya.
Llorente: 6.5. Dijaga ketat oleh Varane dan Pepe dan bermain cukup baik, kerap dapat menahan bola tanpa kehilangan dan membuat permainan mengalir. Berkontribusi dalam dua gol Juve: Menahan bola dan kemudian mengalirkannya ke Tevez-Pogba dalam serangan balik untuk gol pertama dan menggunakan kekuatan dan tinggi badannya untuk mencetak gol pertama. Llorente akan berperan besar bagi Juve begitu dia mencapai match fitness yang optimal (tebakan penulis, sekitar Januari/Februari).
Giovinco: s.v. Masuk menggantikan Llorente di menit ke-88. Tidak memiliki waktu untuk berkontribusi.
Tevez: 7. Tevez memang kembali gagal mencetak gol di Champions League tetapi permainannya membuat Juve “hidup”. Dalam dua musim berturut-turut di bawah Conte, permainan Juve selalu “macet” saat memasuki final third lawan tetapi hal ini terpecahkan dengan masuknya Tevez musim ini. Permainan menyerang (5 key passes, 3 long balls, 3 accurate long balls) dan bertahannya seimbang tanpa menurunkan kualitas. Dengan kualitas seperti ini, penulis yakin Tevez akan segera mencetak gol di kancah ini.
Quagliarella: s.v. Masuk menggantikan Tevez di menit ke-82. Kecuali dua tendangan yang mengarah ke gawang, tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkontribusi.
***
Secara keseluruhan, tiga dari empat gol di pertandingan ini terjadi karena kesalahan dari masing-masing pihak. Memang seperti inilah pertandingan kelas tinggi Eropa (sekarang ini). Jarang gol terjadi murni berkat kejeniusan pemain, dan bahkan seorang C. Ronaldo juga baru dapat mencetak gol setelah terjadi kesalahan dari lawan lebih dulu.
Memiliki pemain kelas dunia akan sangat berguna saat permainan sedang “mentok” tetapi dengan perekonomian Italia dan Juventus sekarang ini, penulis yakin dengan menambal beberapa “lubang”, Juventus akan dapat menjadi lebih solid dan lebih berbahaya lagi, tidak kalah dari Real Madrid
Dari sisi formasi dan tipe pemain, penulis berpendapat 4-3-3 layak diusung menjadi andalan, setidaknya mulai musim depan, dan apabila poin-poin di atas dapat dibenahi, penulis yakin pertahanan Juve akan menjadi jauh lebih kuat. Dan apabila dapat dibenahi, sepertinya Juve dapat berbicara banyak di kancah Champions League (apabila lolos dari grup) dan berpotensi besar untuk meraih scudetto untuk ketiga kalinya berturut-turut.
Dengan hasil ini, Real Madrid memimpin grup B dengan 10 poin, kemudian disusul oleh Galatasaray 4 poin, Copenhagen 4 poin dan Juventus 3 poin. Walau saat ini berada paling bawah, Juve akan lolos apabila memenangkan dua pertandingan terakhir, Juventus-Copenhagen dan Galatasaray-Juventus, dan apabila dapat terus bermain seperti ini dan ditambah dengan meminimalkan kesalahan, Juve akan lolos.
Forza Juve!!!
______________________________________________________________________________________
“I didn’t choose Juve. Juve chose me.” @dwicarta is just an ordinary guy who happens to bleed black-and-white since Roby Baggio wreaked havoc in 1990 World Cup in Italy. When time permits, he’d like to spend it on hoops and one of his passions: writing. One day he stumbled into juventus.theoffside.com and now here he is: doing his passion on his passion.
No comments:
Post a Comment